Sejak tahun 2005 atribut yang dikenakan almarhum mulai booming, pakaian dari kulit kayu dengan hiasan tulang dan tengkorak, kepala burung yang dihias pula dengan bulu burung menjadi pakaian yang banyak ditiru oleh berbagai komunitas Dayak yang ada.
Sehingga Yohanes mengatakan, pakaian yang tampak berbagai komunitas Dayak saat ini tidak terlepas dari pola-pola pakaian yang dibuatnya bersama rekan-rekannya yang lain yaitu Lorens Kubal dan Amos.
Pakaian itulah yang mereka kembangkan dan sampai sekarang jadi trend.
Menurutnya itu adalah kreativitas seni yang memang tidak bisa disalahkan, pakaian Dayak yang telah dimodifikasi sedemikian rupa menggunakan kulit kayu, bulu burung, kepala burung, taring maupun tulang-tulang hewan.
"Kita patut salut dengan beliau, kegigihannya dengan berbagai cara, dengan kekurangan dia tidak malu menunjukkan kecintaannya pada budaya Dayak. Berkali-kali saya beri masukan, dan dia terima, walaupun dari segi umur dia jauh di atas, dia mau mendengar, dan tidak pernah berhenti belajar tentang budaya Dayak yang benar," lanjutnya.
Karena itulah dia mengatakan pencinta budaya Dayak harus berterimakasih pada almarhum, beliau sedikit banyak telah memberikan kontribusi pada budaya Dayak di Kalbar.
Kecintaannya pada budaya Dayak membuatnya meraih penghargaan dari pemerintah pusat sebagai pelestari budaya pada tahun 2010.
"Itu yang saya kenal tentang beliau, pesan saya untuk generasi muda, kita coba tirulah kegigihan berkesenian seorang Petrus Lengkong, dengan fasilitas yang sedikit, dengan lingkungan yang kurang mendukung beliau tidak ada masalah, beliau tetap berkesenian sampai akhir hayatnya dan beliau tidak pernah berhenti belajar budaya daerah," pungkasnya
Dia mengakui, bagaimanapun baginya almarhum Petrus Lengkong telah terukir sebagai pencinta budaya Dayak yang ada di Kalbar.