Nyeri Tenggorokan dan Bunyi Mengorok, Ini 5 Upaya Pencegahan Difteri yang Perlu Anda Ketahui

Penulis: Efrem Limsan Siregar
Editor: Efrem Limsan Siregar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

difteri

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID -- Baru-baru ini Kementerian Kesehatan menetapkan Difteri sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit.

Melansir situs berita BBC Indonesia, Selasa (5/12/2017) data Kementerian Kesehatan menujukkan sampai dengan November 2017, ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri.

Baca: Cegah Difteri, Dewan Minta Pemkot Singkawan Berperan Aktif

Secara keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia.

Namun, tak perlu kuatir. Masyarakat bisa mengenali tanda infeksi difteri pada anak dan melakukan upaya pencegahannya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam pernyataan resmi di situs idai.or.id, mengatakan upaya pencegahan harus dilakukan bersama-sama dengan tindakan deteksi dini kasus, pengobatan kasus, rujukan ke rumah sakit, mencegah penularan, dan memberantas karier.

Berikut Tribunnews.com merangkum upaya pencegahan difteri dilansir dari idai.or.id.

1. Nyeri Tenggorokan Disertai Bunyi Seperti Mengorok

Segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat jika anak mengeluh nyeri tenggorokan disertai suara berbunyi seperti mengorok (stridor).

Khususnya anak berumur di bawah 15 tahun.

2. Bawa ke Rumah Sakit

Anak harus segera dirawat di rumah sakit apabila dicurigai menderita difteria.

Hal ini dilakukan agar anak segera mendapat pengobatan dan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah anak benar menderita difteria.

3. Seluruh Anggota Keluarga Serumah Harus Segera Diperiksa Dokter

Untuk memutuskan rantai penularan, seluruh anggota keluarga serumah harus segera diperiksa oleh dokter.

Tujuannya untuk mengetahui, apakah mereka juga menderita atau karier (pembawa kuman) difteri dan mendapat pengobatan (eritromisin 50mg/kg berat badan selama 5 hari).

4. Anggota Keluarga yang Dinyatakan Sehat

Anggota keluarga yang telah dinyatakan sehat, segera dilakukan imunisasi DPT.

Jika belum pernah mendapat DPT, imunisasi primer DPT diberikan tiga kali dengan interval masing-masing 4 minggu.

Apabila imunisasi belum lengkap segera dilengkapi (lanjutkan dengan imunisasi yang belum diberikan, tidak perlu diulang).

Jika imunisasi primer (di bawah 1 tahun) telah lengkap, Anda perlu ditambah imunisasi DPT ulangan 1x.

5. Deman, Bengkak dan Nyeri

Masyarakat harus mengetahui dan memahami bahwa setelah imunisasi DPT, kadang-kadang timbul demam, bengkak dan nyeri ditempat suntikan DPT.

Ini reaksi normal dan akan hilang dalam beberapa hari.

Bila anak mengalami demam atau bengkak di tempat suntikan, boleh minum obat penurun panas parasetamol sehari 4 x sesuai umur.

Sering minum jus buah atau susu, serta pakailah baju tipis atau segera berobat ke petugas kesehatan terdekat.

Baca: Dewan Minta Dinkes Segera Lakukan Pencegahan Terhadap Wabah Difteri

TRIBUNNEWS.COM/Efrem Limsan Siregar

Berita Terkini