Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Kemeriahan peringatan event robo'-robo' tak hanya dilakukan masyarakat di sekitar pelabuhan Kuala Mempawah saja melainkan juga di Peniti Kecamatan Siantan, Rabu (30/11/2016).
Ratusan warga, unsur muspika dan pengunjung antusias mengikuti proses pembuatan pengkang raksasa.
Mereka bahu membahu menyelesaikan proses pembuatan pengkang raksasa itu untuk dapat disantap bersama-sama dihalaman pondok pengkang, jalan raya desa Peniti Luar, Kecamatan Siantan.
Selama 4 jam proses pembuatan pengkang raksasa akhirnya selesai, setelah melalui proses pembungkusan.
Sedangkan proses pembakarannya dilakukan secara alami, yakni dibakar dengan menggunakan 280 kilogram batok kelapa kering.
"Penganan pengkang ini kita suguhkan untuk disantap secara masal. Silahkan semuanya untuk dapat menikmati, ada sambal kepah, ada juga sambal udangnya,"ujar penggagasnya Haerani.
Baca: Pengkang Raksasa Meriahkan Puncak Robo-robo
Ia yang juga pengusaha pengkang setempat, Haerani mengatakan komposisi pengkang terdiri dari 400 kilogram pulut (ketan) putih.
"Kemudian ditanak dan diaduk dengan santan kelapa kurang lebih 500 buah,"ujarnya. Setelah setengah matang, penganan tersebut selanjutnya dikemas dengan mal khusus dibalut dengan daun pisang dan alumunium foil.
Bersama keluarga besarnya, ia berinisiatif membuat pengkang raksasa sepanjang 7 meter dengan diameter 1 meter.
"Saya dan keluarga besar beserta seluruh karyawan saya tulus berpartisipasi menyemarakkan tradisi robo-robo,"ujarnya yang juga anggota DPRD Kab Mempawah ini.
Penganan 'pengkang' raksasa disuguhkan dan dinikmati warga secara gratis di hari robo-robo itu tentu saja mengundang selera. Kendati dikatakannya robo-robo ni biasanya khas dengan ketupat, sambang udang serai dan lain sebagainya.
Penganan 'pengkang' sebenarnya sudah menjadi hak paten keluarga Haerani. Ciri makanan olahan pada kemasan dicapit menggunakan bambu dan diikat dengan tali bundung.
Haerani sekarang merupakan generasi ke-4 dari mendiang leluhurnya yang sudah mengolah dan memperkenalkan penganan 'pengkang' sejak 1942.
Lantas ia mengajak seluruh elemen masyarakat mendukung pemerintah daerah dalam melestarikan tradisi dan budaya kita ini sebagai simbol perekat, kebersamaan, kekeluargaan dan gorong royong.
Ia mengatakan tradisi Robo-robo, diantaranya identik dengan rangkaian napak tilas memperingati kedatangan Opu Daeng Manambon dari kerajaan Ketapang ke kerajaan Mempawah.