Berita Viral
Kisah Bocah 12 Tahun Penjual Kue di Cengkareng yang Belum Pernah Sekolah
Kisah bocah 12 tahun penjual kue di Cengkareng yang belum pernah sekolah akhirnya bisa belajar di SKB 07. Simak perjuangannya dan dukungan DPRD DKI.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, kisah seorang bocah 12 tahun penjual kue di Cengkareng menjadi sorotan.
Namanya Okta, anak lelaki yang sejak kecil terbiasa bekerja membantu orang tuanya.
Meski belum pernah duduk di bangku sekolah, ia punya impian besar: ingin menjadi seorang guru.
Kisahnya menyentuh hati banyak orang karena di usianya yang belia, Okta sudah mengerti arti perjuangan hidup.
Setiap hari, ia berjalan kaki menyusuri gang-gang di kawasan Duri Kosambi, Jakarta Barat, menjajakan kue seharga Rp2 ribu.
Hasil dagangan itu ia bagi dua dengan temannya, lalu sebagian diserahkan kepada ayahnya untuk kebutuhan rumah tangga.
Dari sana, jelas terlihat bagaimana seorang anak harus mengorbankan masa kecilnya demi keluarga.
“Dagang kue sama temen aku. Kadang-kadang bantu ayah aku juga. Abang aku juga bantu ayah,” kata Okta dengan polos saat ditemui di Pos RW 06 Duri Kosambi, Kamis 14 Agustus 2025.
Meski terbiasa hidup keras, mata Okta tetap berbinar ketika bicara tentang sekolah.
Ia pernah mengajak kakaknya untuk ikut belajar bersama, namun ajakan itu ditolak karena sang kakak merasa harus tetap bekerja demi nafkah keluarga.
“Katanya kalau ikut sekolah, nanti enggak ada yang cari duit,” tutur Okta lirih.
• Siswa SMP di Boyolali Bolos Sekolah Gara-Gara Seragam Rp 841 Ribu, Kisah Pilu 2025
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
Harapan Baru dari Sekolah Paket SKB 07
Kisah pilu Okta akhirnya sampai ke telinga anggota DPRD DKI Jakarta, Lukmanul Hakim.
Dari data yang ia kumpulkan, ternyata Okta bukan satu-satunya.
Ada 48 anak putus sekolah di wilayah Cengkareng, Semanan, hingga Tegal Alur.
Mayoritas berhenti sekolah karena alasan ekonomi.
Okta kini resmi menjadi siswa di SKB 07, sebuah sekolah paket yang menampung anak-anak putus sekolah di Jakarta Barat.
Meski belum pernah sekolah sama sekali, Okta kemungkinan akan langsung didaftarkan ke kelas tiga, menyesuaikan dengan usianya yang sudah 12 tahun.
“Senang,” jawab Okta sambil tersenyum malu ketika ditanya bagaimana rasanya akhirnya bisa sekolah.
Sejak itu, rutinitas berdagangnya pun berkurang.
Ia hanya berjualan kue pada hari Sabtu agar bisa lebih fokus belajar.
Dan ketika ditanya cita-citanya, tanpa ragu ia menjawab ingin menjadi guru.
Peran DPRD dalam Menemukan Anak Putus Sekolah
Awal Temuan dari Sosok Zaki
Lukmanul Hakim, anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, pertama kali menyadari masalah ini ketika bertemu Zaki, seorang anak yatim yang juga berjualan kue di Duri Kosambi.
Dari cerita Zaki, ia mulai membuka mata bahwa di balik gemerlap ibu kota, masih ada anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan.
“Awalnya saya tidak pernah dengar ada yang putus sekolah, karena setiap reses selalu ketemu adik-adik ini. Tapi tidak pernah ada cerita soal itu,” ujar Lukmanul.
Sejak itu, ia mengumumkan agar masyarakat melapor jika mengetahui ada anak putus sekolah.
Hanya dalam hitungan minggu, sudah 48 anak tercatat.
Faktor Ekonomi yang Menjadi Hambatan
Sebagian besar dari anak-anak itu berasal dari keluarga tidak mampu.
Banyak yang kehilangan ayah sebagai pencari nafkah, sementara ibu atau orang tua lainnya tidak punya pekerjaan tetap.
Ironisnya, bantuan pemerintah seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP) atau Jaklingko untuk transportasi belum mereka rasakan.
“Sebagian besar orang tua mereka memang tidak mampu secara ekonomi. Ada yang yatim juga. Yang miris, mereka belum mendapatkan bantuan dari pemerintah,” kata Lukmanul.
Tantangan Pendidikan di Jakarta Barat
Usia yang Tidak Sesuai Kelas
Salah satu tantangan besar adalah menyesuaikan usia dengan tingkat kelas. Lukmanul mengingatkan agar penempatan anak-anak ini harus tepat agar mereka tidak merasa asing atau malu.
“Jangan sampai nanti ada yang ketuaan di kelas 1 SD. Semua anak punya hak yang sama untuk sekolah, bahkan sampai kuliah,” tegasnya.
Karena itu, sekolah paket seperti SKB 07 menjadi solusi sementara bagi anak-anak yang sudah telat usia sekolah formal.
Anggaran Besar, Tapi Belum Merata
Menurut Lukmanul, Pemprov DKI sudah mengalokasikan Rp3,4 triliun untuk subsidi KJP tahun 2026.
Namun, kenyataan di lapangan masih banyak anak yang tidak tersentuh bantuan.
“Kalau tidak keliru, anggaran subsidi KJP tahun 2026 sekitar Rp3,4 triliun. Tapi ternyata masih ada yang belum dapat,” tambahnya.
Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan distribusi bantuan yang perlu segera dibenahi.
Masa Depan Anak-Anak Cengkareng
Kisah Okta hanyalah satu dari puluhan anak di Cengkareng yang kini berjuang mengejar pendidikan.
Mereka adalah gambaran nyata bahwa masih ada anak-anak Jakarta yang terpinggirkan dari sistem pendidikan, meski tinggal di ibu kota dengan anggaran pendidikan triliunan rupiah.
Bagi Okta, sekolah bukan hanya sekadar ruang kelas dan buku pelajaran. Sekolah adalah jendela masa depan, jalan menuju cita-cita menjadi guru, dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.
Lukmanul Hakim berharap pemerintah lebih serius dalam memperhatikan anak-anak seperti Okta.
Mulai dari penyediaan akses sekolah gratis, bantuan KJP yang tepat sasaran, hingga fasilitas transportasi yang memadai.
“Anak-anak ini harapan kita. Mereka berhak mendapat masa depan yang lebih baik,” tegasnya.
Sebuah Harapan Baru
Kehadiran Okta di bangku sekolah adalah awal dari sebuah perubahan.
Dari bocah penjual kue di Cengkareng yang tak pernah sekolah, kini ia menjadi simbol harapan bagi anak-anak lain yang nasibnya serupa.
Pendidikan bukanlah kemewahan, melainkan hak setiap anak.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa di balik wajah kota besar, masih ada cerita perjuangan yang layak diperjuangkan bersama.
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Bocah 12 Tahun Penjual Kue Belum Pernah Sekolah, Punya Cita-cita Jadi Guru
* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
bocah penjual kue di Cengkareng
anak putus sekolah Jakarta Barat
SKB 07 sekolah paket Jakarta
DPRD DKI bantu anak putus sekolah
KJP DKI Jakarta 2026
kisah inspiratif anak Jakarta
pendidikan anak kurang mampu
cita-cita jadi guru
Siswa SMP di Boyolali Bolos Sekolah Gara-Gara Seragam Rp 841 Ribu, Kisah Pilu 2025 |
![]() |
---|
Ibu Pergi, 5 Anak Terlantar di Gresik Bertahan Hidup Jual Barang Rumah |
![]() |
---|
Ngeri Puluhan Bangkai Kucing di Freezer Solo, Kasus Menggemparkan 2025 |
![]() |
---|
Pilu Gizi Buruk Bayi di Mamuju 2025, Potret Masalah Stunting yang Mendesak |
![]() |
---|
Fatwa MUI: Jangan Pernah Samakan Pajak dengan Zakat atau Wakaf |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.