Apa Itu Fenomena Down Trading Masyarakat Kelas Menengah yang Perlu Diwaspadai Pemerintah

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Fenomena down trading sedang marak yang kini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Indonesia.

Dimana pemerintah diminta mewaspadai fenomena down trading pada masyarakat kelas menengah yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. 

Seperti yang dijelaskan oleh Head of Macroeconomics & Market Research Permata Bank, Faisal Rachman.

Ia menilai menjaga konsumsi rumah tangga, khususnya dari kelompok menengah, menjadi kunci agar ekonomi tumbuh di atas 5 persen.

Faisal mengingatkan, jika kelas menengah diabaikan, risiko down trading akan berlanjut. 

• Apa Itu E-Audit? Aturan Baru Bea Cukai per Agustus 2025 untuk Perketat Sistem Pemeriksaan Kepabeanan

“Down trading bukan hanya beralih ke barang yang lebih murah.

Tetapi juga ke barang bekas atau ilegal yang tidak memberi dampak positif pada perekonomian,” ungkap Faisal, Senin 11 Agustus 2025.

Ia menyarankan pemerintah menyelaraskan program prioritas dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat.

Seperti penciptaan lapangan kerja dan pelatihan keterampilan.

Langkah ini diharapkan dapat memperkuat daya beli secara merata.

Meski persepsi konsumen masih lemah, Faisal melihat adanya tren positif di penjualan kendaraan mewah dan mobil listrik (EV) di segmen menengah atas.

Namun, sebagian kelompok ini masih menahan belanja. 

“Untuk mengakselerasi konsumsi mereka, pemerintah perlu memberi insentif yang dapat mendorong pengeluaran di segmen ini,” katanya.

Faisal juga mengingatkan, jika pemerintah harus puna cara baru.

Sehingga tidak hanya mengandalkan konsumsi dari kelas menengah atas.