Tips Mengelola Laporan Posisi Keuangan Individual

Pengelolaan keuangan bukan hanya diterapkan dalam perusahaan, tetapi dapat juga diterapkan untuk individual ataupun rumah tangga.

Editor: Mirna Tribun
ISTIMEWA
Ilustrasi pengelolaan keuangan. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pemahaman keuangan itu sangat penting di zaman sekarang, tetapi fakta di Indonesia lebih banyak orang yang menggunakan sudah menggunakan produk-produk keuangan tetapi belum paham tentang dasar-dasar ilmu keuangan.

Hal ini tampak dari ketimpangan data inklusi keuangan dan literasi keuangan dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK 2025).

Artikel ini bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan pembacanya.

Artikel ini akan membahas tentang salah satu dasar dari pengelolaan keuangan yaitu tentang Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position).

Pengelolaan keuangan bukan hanya diterapkan dalam perusahaan, tetapi dapat juga diterapkan untuk individual ataupun rumah tangga.

Laporan Posisi Keuangan individual tidak terikat oleh standar akuntansi dan ketentuan lainnya sehingga dapat disederhanakan.

Laporan Posisi Keuangan individual terdiri dari 3 komponen utama, yaitu : Aset, Kewajiban dan Kekayaan Bersih.

Hasil dari Laporan Posisi Keuangan Individual adalah mendapatkan angka Kekayaan Bersih individu.

Baca juga: Emas Antam Turun Buyback Juga Turun Rp 9.000, Ini Rincian Harga Lengkap Hari Ini

Persamaan yang nanti kita dapat gunakan adalah “Aset - Kewajiban = Kekayaan Bersih”.

Mari kita identifikasi komponen utama pertama yaitu Aset. Aset seorang individu secara sederhana terdiri dari uang tunai (cash), tanah dan bangunan, alat transportasi dan mesin (motor & mobil), harta bergerak lainnya (emas), surat berharga (saham, obligasi, dll) dan harta lainnya.

Paradigma sosial yang ada di Indonesia melihat Aset sebagai kekayaan, padahal aset bukanlah kekayaan. Kekayaan bersih seseorang itu adalah total aset dikurangi dengan total kewajiban(utang). 

Komponen utama kedua yaitu kewajiban / utang / liabilitas. Kewajiban seseorang secara sederhana terdiri dari utang jangka pendek (cth : cicilan kartu kredit) dan utang jangka panjang (cth : Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor). 

Komponen utama terakhir yaitu kekayaan bersih. Kekayaan bersih dihitung dengan cara mengurangi aset dengan kewajiban.

Nilai Kekayaan Bersih inilah yang menjadi indikator kekayaan individu tersebut.

Seorang individu dapat dikatakan semakin kaya apabila nilai kekayaan bersih meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Mari kita analogikan laporan posisi keuangan antara 2 individual sebagai berikut, sebut saja Bapak A dan Bapak B.  Bapak A memiliki uang tunai 50jt, rumah senilai 100jt dan motor senilai 20jt. Bapak A tidak memiliki utang. Kekayaan bersih bapak A adalah 170jt.

Kemudian bapak A membeli mobil senilai 150jt secara kredit dengan DP 50jt dan 125jt sebagai sisa yang harus dilunasi secara kredit.

Kekayaan bersih Bapak A menjadi 145 juta.

Kesimpulannya, dengan membeli mobil secara kredit, kekayaan bersih Bapak A justru berkurang dari yang awalnya 170 juta menjadi 145 juta karena harus membayar bunga kredit. Masih terdapat pula faktor depresiasi harga mobil yang belum kita perhitungkan.

Bapak B memiliki uang tunai 50 juta, rumah senilai 100 juta dan motor senilai 20 juta. 

Bapak B tidak memiliki utang. Kekayaan bersih bapak B adalah 170 juta. Kemudian bapak B membeli mobil secara tunai senilai 50 juta rupiah dan nilai Kekayaan Bersih bapak B tetap 170 juta. 

Kesimpulannya, dengan membeli mobil secara tunai, kekayaan bersih Bapak B tidak bertambah. Tetapi aset bapak B hanya berubah bentuk dari uang tunai menjadi mobil. Keputusan Bapak B lebih bijak secara keuangan.

Pemahaman seperti inilah yang disebut dengan pemahaman akan Laporan Posisi Keuangan.

Untuk dapat meningkatkan kekayaan bersih, maka seorang individu harus berfokus pada kemampuan untuk meningkatkan penghasilan atau income.

Memiliki aset memang membentuk paradigma sosial akan status kekayaan, tetapi dalam konsep keuangan, aset dan kekayaan memiliki makna yang berbeda.

Marilah kita berfokus pada peningkatan penghasilan untuk meningkatkan Kekayaan Bersih dan membantu negara mencapai Indonesia Emas 2045 ! (*)

Penulis: Edwin Suwantono, S.M., M.M. Dosen Universitas Widya Dharma Pontianak

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved