Netty Herawati, Akademisi Kalbar yang Siap Berkiprah di Dewan Energi Nasional

Namun sebuah panggilan dari dosen membawanya kembali ke dunia akademik. Ia resmi menjadi dosen PNS pada 1990, dan sejak itu mencintai

Penulis: Peggy Dania | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
PROFIL - Netty Herawati Dosen senior FISIP Untan dan Siap Berkiprah di Dewan Energi Nasional, Jumat 25 Juli 2025. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Akademisi perempuan Kalbar, Netty Herawati, Dosen Senior FISIP Untan kini masuk dalam jajaran kandidat Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) periode 2026–2030. 

Kiprahnya di dunia akademik dan penelitian selama lebih dari 15 tahun, terutama soal energi nuklir, menjadi modal kuatnya menuju peran strategis tersebut.

Awalnya Netty tak pernah membayangkan akan menjadi dosen. Selepas kuliah di tahun 1988, ia langsung bekerja di sebuah perusahaan dan dalam waktu singkat diangkat menjadi direktris.

Namun sebuah panggilan dari dosen membawanya kembali ke dunia akademik. Ia resmi menjadi dosen PNS pada 1990, dan sejak itu mencintai dunia pendidikan tinggi.

“Nah pada waktu itu kan dosen tuh S1, terus usaha saya kasihkan ke adik, terus ikut S2 ngambil komunikasi, lalu S3 selesai pada 2005 udah doktor, saya tertantang membedakan diri saya dengan yang bukan doktor. Dari situlah saya mulai mendalami dunia penelitian,” ujar Netty.

Salah satu titik baliknya adalah persoalan krisis listrik di Kalimantan Barat. Ia mempertanyakan, bagaimana mungkin Kalimantan sebagai lumbung energi tetap mengalami mati lampu. Ia kemudian menemukan bahwa negara-negara industri dan berpenduduk besar umumnya memiliki PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). Maka dimulailah riset panjangnya tentang energi nuklir.

TP PKK Kota Pontianak Unggul di HKG PKK Kalbar, Bukti Karya Nyata untuk Masyarakat

Sejak 2010, ia tak pernah putus melakukan penelitian yang didanai Kemenristek tentang penerimaan masyarakat terhadap nuklir.

Ia menyadari, persepsi negatif publik tentang nuklir masih tinggi karena terasosiasi dengan bom, perang, dan kecelakaan seperti Chernobyl dan Fukushima.

“Karena itulah, dari situ sampai sekarang saya selalu meneliti. Mengenai bagaimana persepsi publik, bagaimana penerimaan publik. Jadi public acceptance bagaimana. Dari situlah tahun 2010 saya tidak pernah putus mendapat pendanaan penelitian terkait PLTN jadi energi baru,” jelasnya.

Ia juga dipercaya mewakili Indonesia dalam berbagai pelatihan internasional, seperti di Argonne National Laboratory, AS (2016), dan pelatihan di Jepang (2019). Ia juga baru saja dinominasikan BRIN untuk mengikuti pelatihan komunikasi publik terkait PLTN di Jepang pada Oktober nanti bersama delegasi dari 12 negara.

Netty menyampaikan, saat ini pemerintah Indonesia telah memutuskan akan membangun PLTN pertama di Sumatera dan Kalimantan.

Salah satu calon tapaknya ada di Kalimantan Barat. Maka, menurutnya, penting untuk memastikan masyarakat Kalbar menjadi penerima manfaat utama dari pembangunan tersebut.

“Saya ingin pastikan, kalau PLTN dibangun di Kalimantan, jangan sampai masyarakat tidak merasakan akibatnya. Oleh karena itu, saya ingin mendampingi masyarakat dan pemerintah,” tegasnya.

Menurutnya, listrik murah dari PLTN akan membuka peluang industrialisasi daerah. Petani getah dan jeruk tak perlu menjual bahan mentah ke luar melainkan bisa mengolahnya di daerah sendiri.

Namun, ia tak menampik risiko PLTN, seperti radiasi dan limbah. Karena itu, pengawasan dan penerapan standar internasional dari IAEA sangat penting.

Ia mengungkapkan, teknologi SMR (Small Modular Reactor) yang akan digunakan jauh lebih aman dan efisien dibanding PLTN besar.

Dalam pencalonan DEN saat ini, Netty menjadi satu dari hanya lima perempuan dari total 50 kandidat yang lolos seleksi administrasi.

“Selama ini kebijakan energi jarang melibatkan perempuan. Padahal, perempuanlah yang paling terdampak dari kebijakan apapun termasuk perubahan energi dan lingkungan,” katanya.

Ia menegaskan bahwa partisipasi perempuan dalam sektor energi sangat penting.

Sebagai akademisi sekaligus peneliti, ia merasa punya kompetensi dan rekam jejak untuk duduk di posisi pengambil kebijakan terutama untuk mewakili suara perempuan yang selama ini kerap terabaikan.

“Separuh penduduk negeri ini perempuan. Kita harus hadir dalam pengambilan keputusan, terutama di sektor energi. Saya ingin jadi representasi mereka,” ungkapnya.

Menurutnya tantangan terbesar saat menggeluti sektor energi adalah cara berpikir semua orang yang mana mengotak-ngotakkan laki-laki dan perempuan padahal perempuan punya potensi yang sama untuk aspek apa saja termasuk energi.

Netty berpesan kepada generasi muda untuk memperluas wawasan yang menantang kedepan untuk kemajuan bersama.

“Salah satunya adalah dengan melibatkan diri dengan pendekatan sains, pokoknya kita harus mengembangkan kemampuan intelektual, tidak ada batasan untuk kita,” tambahnya.

Profil
Nama Lengkap: Netty Herawati
Tempat Lahir: Pontianak
Tanggal Lahir: 29 Oktober 1965
Nama Ayah: M.Oentoeng Soekarno
Nama Ibu: Sri Hartati
Anak kedua dari enam bersaudara
Nama Anak: Yohanita Anggraini Kencana dan Bambang Nardhito Hutomo
Warna Favorit: Lilac dan Broken White
Hobi: Membaca dan Travelling
Riwayat Pendidikan:
* S1 Ilmu Administrasi Universitas Tanjungpura 1988
* S2 Ilmu Sosial/Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran 1998
* S3 Ilmu Sosial/Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran 2005

Prestasi
* Pemenang Poster Hasil Penelitian Fundamental Terbaik 2008
* Satyalencana Karya Satya XX dan XXX dari Presiden RI
* Best Paper dalam Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir. 

Pengalaman Kerja
* Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak (1990-Sekarang)
* Staf Pengajar Program Magister Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak (2006-Sekarang
* Staf Pengajar di Program Pascasarjana Universitas Terbuka

Keanggotaan Profesi
* Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
* Dewan Riset Daerah Kalimantan Barat (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved