Berita Viral
Viral Fenomena Rojali dan Rohana di Mal, Perilaku Pengunjung Ramai Tapi Yang Belanja Sepi
Viral Fenomena Rojali dan Fenomena Rohana dimana perilaku pengunjung ramai tapi yang belanja hanya sebagian kecil saja.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Viral Fenomena Rojali dan Fenomena Rohana dimana perilaku pengunjung ramai tapi yang belanja hanya sebagian kecil saja.
Belakangan ini, istilah rojali dan rohana kembali ramai diperbincangkan di media sosial maupun dunia usaha.
Dua istilah tersebut merujuk pada perilaku konsumen yang sering dijumpai di pusat perbelanjaan atau mal.
Rojali merupakan akronim dari "rombongan jarang beli", sedangkan rohana berarti "rombongan hanya nanya".
Keduanya menggambarkan fenomena pengunjung mal yang datang beramai-ramai, namun hanya melihat-lihat atau bertanya, tanpa melakukan transaksi pembelian yang berarti.
• SIAPA DJ Panda Asal Surabaya yang Viral Disebut Mirip Aktor Korea hingga Bikin Kagum Para Penggemar
Meskipun bukan fenomena baru, kemunculan rohana dan rojali kini menjadi sorotan karena dinilai mencerminkan kondisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.
Fenomena Lama yang Semakin Sering Terjadi
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja mengatakan bahwa rojali sebenarnya bukanlah tren yang tiba-tiba muncul, melainkan sudah terjadi sejak lama.
“Pengunjung datang ke pusat perbelanjaan tapi sedikit atau tidak belanja. Ini bukan tren baru. Kondisi seperti itu selalu terjadi setiap saat,” ujar Alphonzus, Senin 21 Juli 2025.
Namun, menurut Alphonzus, intensitas fenomena ini meningkat seiring melemahnya daya beli masyarakat, khususnya dari kalangan menengah ke bawah.
“Jumlahnya akan sangat tergantung dari berbagai faktor, seperti saat ini, ketika daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih,” ujarnya.
Apakah Rojali Merugikan Pengelola Mal?
Meski terkesan negatif, Alphonzus menilai bahwa rojali belum sampai mengganggu kinerja pusat perbelanjaan secara nasional. Sebab, daya beli masyarakat di luar Pulau Jawa relatif masih stabil.
“Secara umum belum berdampak besar. Tapi jika daya beli tidak juga pulih, maka dampaknya bisa meluas, bukan hanya ke sektor ritel tetapi juga ke sektor manufaktur, jasa, hingga keuangan,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, para pengelola mal kini gencar menggelar berbagai promo, terutama menjelang momentum belanja seperti Natal dan Tahun Baru.
“Promo juga bertujuan mempersingkat periode low season yang lebih panjang tahun ini karena Ramadan dan Idul Fitri datang lebih awal,” katanya.
Mendag: Belanja Online atau Offline Itu Pilihan Konsumen
Menteri Perdagangan Budi Santoso menilai rojali bukan sesuatu yang perlu dirisaukan secara berlebihan. Menurut dia, masyarakat bebas menentukan apakah ingin berbelanja secara daring maupun langsung di toko.
“Kan kita bebas mau beli di online, mau beli di offline. Dari dulu juga sudah begitu,” ujar Budi di Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Ia menambahkan, banyak konsumen datang ke mal hanya untuk memastikan kualitas barang sebelum memutuskan membeli secara daring.
“Orang lihat dulu barangnya bagus atau tidak, harganya seperti apa. Jangan sampai dapat barang palsu atau rekondisi. Jadi dicek dulu,” ujarnya.
Rojali Justru Menguntungkan Ritel F&B
Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah mengungkapkan, fenomena rojali justru mendatangkan berkah bagi sektor ritel makanan dan minuman (food and beverage/F&B).
“Kalau F&B seperti J.Co atau Starbucks itu sudah biasa, yang minum satu, yang ngumpul lima. Jadi sekarang konsumen itu meeting-nya ya di sana,” ujar Budihardjo, Rabu 23 Juli 2025.
Meski tidak semua membeli produk makanan, kehadiran pengunjung tetap berdampak positif. Omzet toko-toko F&B justru naik 5 hingga 10 persen.
“Orang muter-muter di mal, akhirnya haus dan lapar. Paling enggak, beli minum. Jadi yang paling untung dari rojali ya F&B,” jelasnya.
Faktor Ekonomi Jadi Pemicu Utama
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menilai, maraknya rojali dipicu oleh menurunnya pendapatan masyarakat. Meski begitu, kebutuhan akan hiburan tetap ada.
“Hiburan paling murah saat ini ya jalan-jalan ke mal tanpa membeli. Kalau pun mau beli, biasanya mereka akan cari harga lebih murah lewat platform daring,” kata Nailul.
Padahal, menurutnya, pemerintah telah menggulirkan banyak program diskon. Namun, program tersebut belum mampu mendongkrak daya beli secara signifikan.
Rohana, "Saudara Dekat" Rojali
Selain rojali, pengelola mal juga menghadapi fenomena rohana alias "rombongan hanya nanya".
Perilaku ini menggambarkan pengunjung yang masuk ke toko hanya untuk bertanya-tanya, tanpa berujung pada transaksi.
• HEBOH Fenomena Aphelion jadi Penyebab Cuaca Dingin di Indonesia Bulan Juli 2025? Ini Kata BMKG
Fenomena ini dinilai lumrah dalam dinamika pusat belanja modern.
Namun, apabila berlangsung dalam jangka panjang, tetap berpotensi menurunkan omzet toko-toko tertentu, terutama di sektor ritel non-makanan.
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
DAFTAR Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis di Sejumlah Daerah Indonesia Hingga Bangun Tenda Darurat |
![]() |
---|
DIBUKA Lowongan Kerja BPJS Kesehatan Terbaru 2025 Lengkap Syarat dan Wilayah Penempatan |
![]() |
---|
Resmi Berlaku Skema Baru SPBU Swasta Mulai Jual BBM Pertamina Per 1 Oktober 2025 |
![]() |
---|
RESMI Gaji ASN Naik Mulai Oktober 2025 Lengkap Nominal Semua Golongan PNS TNI Polri dan Pensiunan |
![]() |
---|
Solusi BBM Langka di SPBU Swasta, Pemerintah Tawar Pasokan dari Kilang Minyak Pertamina |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.