KELOMPOK LGBT dan Kaum Homo Sasar Remaja Pontianak! Psikolog Ungkap Peran Orangtua Sangat Penting

Hal yang harus menjadi perhatian serius adalah kelompok LGBT dan homoseksual di Pontianak ini menyasar kalangan remaja.

|
Editor: Syahroni
ISTIMEWA
FENOMENA LGBT - Psikolog Dr. Fitri Sukmawati menjelaskan penyebab seseorang bisa terjerumus dalam kelompok LGBT. Kasus LGBT menjadi perhatian serius dan kini menyasar kalangan remaja. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,PONTIANAK - Belakangan ini kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) merebak di Pontianak, bahkan kelompok ini sudah terang-terangan memnbuat grup komunitas di media sosial.

Fenomena ini tentu tak boleh dianggap sebelah mata dan harus ada langkah-langkah konkret dari pemangku kepentingan terlebih orangtua.

Hal yang harus menjadi perhatian serius adalah kelompok LGBT dan homoseksual di Pontianak ini menyasar kalangan remaja.

Melihat fenomena ini Psikolog, Dr. Fitri Sukmawati M.Psi menegaskan bahwa perilaku menyimpang, termasuk orientasi seksual seperti LGBT, tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan.

Baca juga: SIKAP Edi Kamtono Terhadap Kaum LGBT atau Homoseksual di Pontianak, Pemkot Gandeng Penegak Hukum!

“Pelaku menyimpang itu kan tidak serta-merta, di ujug-ujug sama. Orang mengalami gangguan kepribadian itu tidak serba-tiba langsung. Artinya, banyak penyebab,” ujar Dr. Fitri saat diwawancarai, Jumat 11 Juli 2025.

Ia menjelaskan bahwa dalam diri setiap individu terdapat peran maskulin dan feminin, namun jika peran-peran ini berkembang secara tidak seimbang, terutama dalam lingkungan sosial yang tidak sehat, maka dapat memicu penyimpangan perilaku.

“Kalau kita normal ya, peran maskulin, feminin, itu semua ada di dalam tubuh kita. Cuma ketika kita perempuan, peran maskulin-nya mungkin lebih sedikit daripada feminin-nya,” jelasnya.

Menurutnya, peran orang tua menjadi kunci utama dalam mendeteksi dan mencegah penyimpangan perilaku sejak dini.

Perubahan perilaku anak perlu diperhatikan dengan seksama, terutama di tengah situasi keluarga modern yang minim interaksi dan komunikasi.

“Kurangnya komunikasi itu menjadi salah satu penyebabnya. Anak jadi tidak dekat dengan orang tuanya, tidak terbuka, dan akhirnya dia melakukan ini,” ungkap Dr. Fitri.

Ia menekankan bahwa saat anak sudah menunjukkan tanda-tanda penyimpangan, orang tua tidak seharusnya memarahi atau menghakimi, melainkan merangkul dan mendampingi anak untuk keluar dari pengaruh lingkungan negatif.

“Nggak perlu kita marahin. Kita rangkul, berusaha menjauhkan dari komunitasnya, dan tarik atas penyebabnya. Orang tuanya harus mendampingi, bukan menyalahkan atau membiarkan,” tegasnya.

Dalam pandangan psikologi, lanjut Dr. Fitri, proses pemulihan membutuhkan modifikasi perilaku dan pemutusan hubungan dari komunitas yang mendorong penyimpangan.

“Dia harus modifikasi perilaku, memperlepas, meninggalkan komunitas itu. Kalau dia masih di situ, ya dia nggak akan berubah. Artinya, dia sudah tidak sehat,” tuturnya.

Dari sisi keislaman, ia menambahkan bahwa seseorang yang menyimpang harus diarahkan kembali ke komunitas yang benar agar dapat menjalani kehidupan yang lebih sehat secara mental.

“Kalau dalam Islam, artinya dia kembali lagi kepada komunitas yang benarnya,” pungkasnya.

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!! 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved