Rahasia Nikmatnya Bakso Malang, Kerja Keras Pria Ini Mampu Mengubah Nasib

Bahan baku seperti daging digiling langsung di pasar dan proses pembuatan baksonya dilakukan sendiri.

Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FAISAL ILHAM MUZAQI
BAKSO MALANG - Persiapan para pedagang bakso malang yang akan menjajakan dagangannya, di Jalan Dr. Wahidin, Gang Margodadirejo 2B, Sungai Jawi, Kecamatan Pontianak Kota, Kalimantan Barat, Rabu 9 Juli 2025. Bakso yang dijual Ngadi memiliki ciri khas tersendiri. Kuahnya dimasak menggunakan arang, sehingga menghadirkan rasa dan aroma yang lebih nikmat dan tradisional. 

 TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Perjalanan hidup Ngadi, pria asal Malang, Jawa Timur membuktikan bahwa ketekunan dan kerja keras mampu mengubah nasib.

Siapa sangka, pria yang dulunya bekerja di bidang kontraktor kini sukses menjadi bos bakso keliling di Kota Pontianak.

Ngadi mengaku sudah merantau ke Pontianak sejak tahun 2014. Awalnya, ia hanya membantu kakaknya berjualan bakso dan masih bekerja di bawah bos.

Namun sekitar satu tahun terakhir, ia memutuskan untuk mandiri dan membuka usaha sendiri. Saat ini, Ngadi sudah memiliki tiga gerobak bakso yang beroperasi di sejumlah kawasan di Pontianak dan Kubu Raya.

“Alhamdulillah sekarang sudah ada tiga gerobak, mudah-mudahan bisa nambah sampai sepuluh kalau memang diizinkan Allah,” ujarnya penuh harap saat diwawancarai Tribun Pontianak di kediamannya, Jalan Dr. Wahidin, Gang Margodadirejo 2B, Sungai Jawi, Kecamatan Pontianak Kota, Kalimantan Barat, Rabu 9 Juli 2025 pagi.

Bakso yang dijual Ngadi memiliki ciri khas tersendiri. Kuahnya dimasak menggunakan arang, sehingga menghadirkan rasa dan aroma yang lebih nikmat dan tradisional. 

Bahan baku seperti daging digiling langsung di pasar dan proses pembuatan baksonya dilakukan sendiri.

Pedagang Bakso Malang di Pontianak Terjungkal akibat Kabel yang Menjuntai

Setiap hari, Ngadi bisa menghabiskan sekitar 8 hingga 9 kilogram daging. Satu gerobak biasanya membawa sekitar 200 butir bakso.

Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu per porsi. Untuk pesanan khusus, biasanya dibanderol Rp 15 ribu per porsi. Dalam satu mangkuk bakso, terdapat pangsit kering dan basah, tahu, mie kuning, serta pentol bakso.

Ngadi menyebutkan, ada sekitar 50 pedagang bakso lain dari kampung halamannya di Malang yang juga merantau dan berjualan di Pontianak. Namun, mereka memiliki bos yang berbeda-beda. Sementara dirinya memilih untuk mandiri dan menjadi bos bagi usaha sendiri.

“Sekarang saya sudah lebih nyaman jalankan usaha sendiri. Keuntungannya dibagi, 75 persen buat saya, 25 persen untuk yang jualan. Mereka tinggal jualan saja, semua perlengkapan mulai dari motor sampai gerobaknya saya yang siapkan,” ungkapnya.

Ngadi juga menjelaskan bahwa pembagian hasil ini dinilai adil karena para penjual tak perlu pusing memikirkan modal atau perlengkapan dagang. Ia berharap usahanya bisa terus berkembang agar dapat membuka lebih banyak peluang kerja bagi orang lain.

“Buat saya yang penting cukup untuk makan, rezeki halal, dan bisa jalan terus. Nggak usah muluk-muluk, yang penting usaha ini tetap hidup,” tambahnya.

Usaha Ngadi pun sejalan dengan program pemerintah yang tengah gencar mendorong pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar terus tumbuh dan berkembang.

Ngadi berharap ke depan usahanya bisa semakin maju dan memberikan manfaat lebih luas bagi keluarganya maupun masyarakat sekitar.

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!! 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved