Mempawah Dalam Data

48 Destinasi Wisata Budaya di Kabupaten Mempawah, Makam Keramat hingga Rumah Adat

Makam Opu Daeng Menambon dulunya dikenal dengan nama Sebukit Rama adalah sebuah bukit yang ramai atau banyak dikunjungi...

Editor: Dhita Mutiasari
Kolase/ @tribunpontianak.co.id @mempawahtourism.com
WISATA BUDAYA MEMPAWAH - Gambar sejumlah destinasi wisata budaya yang dapat dikunjungi di Kabupaten Mempawah diantaranya Istana Keraton Amantubillah (kiri atas) Patung Bunda Maria di Goa Maria Anjongan (tengah atas) Masjid Al Falah Mempawah (kanan atas) Tangga Seratus Bukit Seliung (kiri bawah) Makam Opu Daeng Manambon (tengah bawah) dan Rumah Adat Turun Temurun (kanan bawah). Kabupaten Mempawah memiliki beberapa destinasi wisata yang menarik, mulai dari pantai, alam, hingga wisata budaya.  

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Mempawah adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang beribu kota di Kota Mempawah. 

Kabupaten Mempawah terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 352) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) sebagaimana dicabut oleh Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2022 tentang Provinsi Kalimantan Barat.

Wilayah Kabupaten Mempaw.ah ini cukup strategis karena berada pada wilayah perlintasan dan berada diantara 2 (dua) kutub pertumbuhan kawasan perkotaan di Provinsi Kalimantan Barat, yakni Kota Pontianak dan Kota Singkawang.

Kabupaten Mempawah memiliki beberapa destinasi wisata yang menarik, mulai dari pantai, alam, hingga wisata budaya. 

Dilansir dari mempawahtourism.com, sejumlah destinasi wisata untuk kategori wisata budaya yang dapat dikunjungi di Kabupaten Mempawah diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Makam Opu Daeng Menambon 

Makam Opu Daeng Menambon dulunya dikenal dengan nama Sebukit Rama adalah sebuah bukit yang ramai atau banyak dikunjungi. Nama Sebukit Rama ini diberikan oleh Opu Daeng Manambon yangsebelumnya dinamai Negeri Lama sebagai pusat Pemerintaan Kerajaan Panembahan Senggauk (Bangkule Rajakng). Dan ditempat ini pula dikebumikannya Pati Gumantar. Setelah memerintah di Kerajaan Mempawah yang berpusat di Sebukit Rama, tepatnya pada hari Senin tanggal 26 Syafar Pukul 21.00 Opu Daeng Manambon Daeng Tandri' Burang Daeng Ri' Laga (bergelar Pangeran Mas Surya Negara)  (bergelar Pangeran Mas Surya Negara) menghembuskan nafasnya yang terakhir, kemudian dikebumikan pada hari selasa tanggal 27 Syafar pukul 10.00 Tahun 1761 M (Tahun 1181 H) di sebukit Rama.

2. Istana Keraton Amantubillah

Istana Amantubillah merupakan nama istana dari Kerajaan Mempawah. Nama Amantubillah berasal dari bahasa Arab, yang berarti Aku beriman kepada Allah. Istana yang didominasi oleh warna biru muda ini terletak di Jalan Adiwijaya RT.04 RW.12 Kelurahan Pulau Pedalaman, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan catatan sejarah, Istana Amantubillah dibangun pada masa pemerintahan Gusti Jamiril pada tahun 1761.

Setelah Gusti Jamiril dinobatkan menjadi raja di Kerajaan Mempawah untuk menggantikan ayahandanya yang bernama Upu Alinu Malinu Daeng Menambon yang kelak ketika menjadi raja bergelar Pangeran Mas Surya Negara.

Saat Gusti Jamiril diangkat menjadi Raja Mempawah, beliau menyandang gelar sebagai Panembahan Adiwijaya Kesuma Jaya yang berkuasa atas seluruh rakyat yang berada di daerah Kerajaan Mempawah.

Belum berapa lama usai Gusti Jamiril dinobatkan menjadi Raja Mempawah, atas nasihat Mufti Kerajaan, Tuan Besar Habib Husain Alkadri, beliau memindahkan istana atau pusat pemerintahannya dari Sebukit Rama ke dekat Kampung Galahirang, di mana Sang Mufti bertempat tinggal.

Disitulah istana pertama dari Panembahan Adiwijaya Kesuma Jaya berdiri tegak.

Berhubung Kerajaan Mempawah tidak mau takluk di bawah kekuasaan Belanda, maka dengan dalih untuk memulihkan ketentraman, Belanda menyerang Kota Mempawah pada tahun 1787 yang dipimpin Mayor Amral dan Katen Silviser atas nama Gubernur Jenderal di Batavia. Pada tahun 1880, Istana Amantubillah mengalami kebakaran ketika tampuk kekuasaan istana dipegang oleh Gusti Ibrahim, yang bergelar Panembahan Ibrahim Mohammad Syafiuddin (1864-1892). Setelah itu, Istana Amantubillah mengalami beberapa kali direhabilitasi hingga Istana Amantubillah dapat berdiri kembali pada hari Kamis, 22 November 1922 pada masa Panembahan Mohammad Taufik Akkamadin.

Kompleks Istana Amantubillah dibagi dalam tiga bagian, yaitu bangunan utama, bangunan sayap kanan, dan sayap kir. Pada zaman dahulu, bagunan utama merupakan tempat singgasana raja, permaisuri, dan tempat tinggal keluarga raja.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved