Singkawang Dalam Data

7 Event dan Festival Tahunan di Kota Singkawang, Ada yang Baru Pertama Kali Digelar

Kota Singkawang juga dikenal dengan beragam acara dan festival yang menarik. Beberapa di antaranya adalah Festival Cap Go Meh, Pawai Lampion...

Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUN PONTIANAK/TRI PANDITO WIBOWO
PAWAI LAMPION - Tampak dari udara ratusan ribu masyarakat menyaksikan pawai lampion, di Jalan Firdaus, Kota Singkawang, Senin, 10 Februari 2025 malam. Pawai lampion tersebut dalam rangka menyemarakkan perayaan Cap Go Meh 2025. Kota Singkawang juga dikenal dengan beragam acara dan festival yang menarik di antaranya adalah Festival Cap Go Meh, Pawai Lampion, dan Singkawang Bakcang Festival dan masih banyak lagi lainnya. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID -  Kota Singkawang adalah sebuah kota yang berada di Propinsi Kalimantan Barat, Indonesia.

Kota yang  memiliki sejarah berdiri pada 17 Oktober 2001 ini dikenal dengan keberagaman etnis dan budayanya, serta sebagai simbol kerukunan beragama.

Kota Singkawang berjarak 145 km di sebelah utara kota Pontianak. 

Pendirian Kota Singkawang berasal dari keberadaan orang-orang Tionghoa di masa lalu.

Menurut keyakinan orang-orang Tionghoa dari suku Hakka, nama Singkawang berasal dari kata “San Kew Jong” yang artinya kota yang terletak di antara laut, muara, gunung dan sungai.

Hal ini karena Kota Singkawang berbatasan dengan Laut Natuna pada bagian barat dan berbatasan dengan Gunung Roban, Pasi, Raya, Gunung Poteng dan Sakok.

Singkawang pun dikenal dengan banyak sebutan mulai dari Kota Amoi, Kota Seribu Kelenteng, hingga Hongkong Van Borneo.

Tjhai Chui Mie Tegaskan Infrastruktur dan Penanganan Banjir Jadi Prioritas Pembangunan Singkawang

Kota Singkawang memiliki kerukunan antar umat beragama yang sangat tinggi. Penduduknya mayoritas Tionghoa, Dayak, dan Melayu, sehingga sering disingkat menjadi Tidayu, hidup berdampingan dengan rukun dan damai.  

Singkawang mendapatkan beberapa julukan diantaranya sebagai Kota Amoy, Kota Seribu Kelenteng , dan Kota Toleransi di Indonesia. 

Kota Singkawang pun dinobatkan sebagai Kota Paling Toleran di Indonesia Tahun 2018 oleh Setara Institute, hal ini karena kehidupan harmonis masyarakatnya yang majemuk.

Masyarakat dari berbagai suku dan agama hidup berdampingan dengan rukun dan harmonis. Keberagaman ini tercermin dalam berbagai acara dan festival yang digelar di kota tersebut. 

Salah satu wujud tingginya tingkat toleransi beragama di Kota Singkawang adalah keberadaan Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang dikenal dengan sebutan Pekong Toa yang konon telah berusia 200 tahun, yang berseberangan dengan Mesjid Raya yang merupakan mesjid terbesar yang telah berdiri sejak tahun 1885 di Kota Amoy.

Kota Singkawang merupakan pemecahan dari Kabupaten Sambas yang dibentuk pada tanggal 21 Juni 2001 dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4119).

Kota yang juga terkenal dengan keindahan alam ini juga memiliki keragaman budaya yang khas.

Kota Singkawang juga dikenal dengan beragam acara dan festival yang menarik. Beberapa di antaranya adalah Festival Cap Go Meh, Pawai Lampion, dan Singkawang Bakcang Festival. 

Berikut deretan event dan festival tahunan yang ada di Kota Singkawang:

  1. Festival Cap Go Meh:

Perayaan Cap Go Meh di Singkawang sangat terkenal, dengan puncak acara berupa pawai Tatung dan pawai lampion.  Cap Go Meh merupakan salah satu perayaan budaya yang menjadi penutup rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.

Singkawang, sebuah kota di Kalimantan Barat yang dikenal dengan julukan Kota Seribu Kelenteng, menjadi pusat perhatian setiap tahunnya karena perayaan Cap Go Meh yang spektakuler. Acara ini tidak hanya menjadi ajang perayaan keagamaan, tetapi juga simbol harmoni budaya yang kaya di Indonesia.

Dilansir dari Kemenpar.go.id, secara harfiah, istilah "Cap Go Meh" berasal dari bahasa Hokkien, yang berarti "malam kelima belas" Dalam tradisi Tionghoa, malam ini merupakan malam purnama pertama dalam tahun baru Imlek, yang dianggap sebagai simbol keberuntungan dan harapan baru.

Di Singkawang, tradisi Cap Go Meh mendapatkan sentuhan lokal yang khas, dengan pengaruh budaya Dayak, Melayu, dan Tionghoa yang hidup berdampingan. Ini menciptakan suasana yang unik, di mana perayaan ini bukan hanya milik satu komunitas, tetapi dirayakan bersama oleh masyarakat dari berbagai latar belakang.

2. Pawai Lampion:

Merupakan bagian dari perayaan Cap Go Meh, pawai lampion menampilkan berbagai kendaraan hias dan replika naga atau barongsai yang dihiasi lampion.  

Antusias ribuan orang untuk menyaksikan festival ini begitu besar dan mereka datang dari berbagai penjuru Indonesia maupun mancanegara.

Hiburan rakyat ini menjadi seru dan bermakna karena budaya dan tradisi yang disajikan berasimilasi dengan budaya lokal setempat.

Festival lampion ini biasanya mengambil rute di jalan-jalan utama Kota Singkawang. Melakukan start di kantor Walikota Singkawang, di kawasan jalan Firdaus menuju jalan Diponegoro, mengarah ke Jalan Niaga melewati Jembatan Rusen, menuju Jalan Budi Utomo dan finish di Jalan Tani atau di sekitar Singkawang Mall. 

3. Singkawang Bakcang Festival:

Festival ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seperti Bakcang Run, lomba membungkus bakcang, dan perang air.  

Festival Bakcang Singkawang adalah acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Singkawang untuk melestarikan budaya Tionghoa, khususnya tradisi bakcang. Festival ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seperti Bakcang Run, lomba membungkus bakcang, dan water war (perang air).

Festival ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan dan memperkenalkan budaya Tionghoa kepada generasi muda. 

4. Festival Budaya Nusantara:

Singkawang juga aktif menggelar festival budaya sepanjang tahun, sebagai wujud pelestarian budaya dan toleransi antar etnis.  

Festival Budaya Nusantara di Singkawang adalah acara tahunan yang digelar untuk merayakan keberagaman budaya di kota tersebut.

Festival ini menampilkan berbagai seni dan budaya dari 17 paguyuban etnis yang ada di Singkawang, serta kuliner khas nusantara.

Acara ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan, meningkatkan kebanggaan lokal, dan memperkenalkan budaya Singkawang ke dunia luar, menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Singkawang

5. Mandi Siau:

Sebuah tradisi unik di mana masyarakat mandi bersama di siang hari pada tanggal 5 Mei, sebagai bagian dari perayaan budaya.

Mandi Siau adalah bagian dari perayaan Festival Bakcang atau Duanwu Jie di Kota Singkawang, yang jatuh pada tanggal 5 Mei, pukul 12 siang.

Acara ini biasanya bertepatan dengan Festival Kue Bulan, dan menjadi salah satu daya tarik wisata di Singkawang. 

6. Kirab Budaya Grebek Suro:

Ini adalah acara budaya yang baru-baru ini diselenggarakan dan mendapat sambutan meriah dari masyarakat.

Pada tahun 2025 ini merupakan pertama kalinya Kirab Budaya Grebek Suro digelar di Singkawang.

Kirab Budaya Grebeg Suro digelar pada 28-29 Juni 2025 di Taman Parkir Kridasana.

Mengusung tema “Kirab Budaya Perkuat Toleransi, Manfaat Ekonomi untuk Kota Singkawang,” acara ini akan menjadi ajang perayaan budaya Jawa terbesar di Singkawang sekaligus mendorong geliat ekonomi kerakyatan lewat stand kuliner dan UMKM.

7. Gawai Dayak Naik Dango:

Perayaan budaya tahunan masyarakat Dayak di Singkawang, yang bertujuan untuk melestarikan dan merayakan warisan budaya Dayak. 

Gawai Dayak Naik Dango adalah perayaan budaya tahunan masyarakat Dayak di Singkawang, Kalimantan Barat, yang bertujuan untuk mensyukuri hasil panen dan melestarikan adat serta tradisi. Tahun 2025, Gawai Dayak Naik Dango ke-25 akan diselenggarakan pada tanggal 28-31 Mei di Rumah Adat Dayak Kota Singkawang

Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved