Berita Viral
Retret Damai yang Berujung Teror, Siswa Kristen Diusir dan Vila Dirusak di Sukabumi
Video kejadian ini pun viral di media sosial, memperlihatkan aksi perusakan hingga simbol salib yang dijatuhkan dan digunakan untuk memecahkan kaca.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID – Suasana tenang sebuah retret rohani berubah menjadi mimpi buruk ketika sekelompok siswa Kristen dari Jakarta yang tengah beribadah di sebuah vila di Sukabumi, Jawa Barat, diserbu oleh massa pada Jumat 27 Juni 2025.
Dalam sekejap, kegiatan ibadah yang seharusnya menjadi momen refleksi dan damai justru menjadi ajang kekerasan berbasis intoleransi.
Video kejadian ini pun viral di media sosial, memperlihatkan aksi perusakan hingga simbol salib yang dijatuhkan dan digunakan untuk memecahkan kaca.
Massa berdalih vila tersebut mengganggu akses jalan karena sering digunakan untuk misa, namun para pengamat menyebut ini sebagai tindakan diskriminatif yang berulang.
Aktivis dan politisi, seperti Ronald A Sinaga, Guntur Romli, dan Permadi Arya, mengecam keras insiden tersebut sebagai bentuk kegagalan negara dalam melindungi kebebasan beragama.
Para siswa yang menjadi korban pun tak hanya kehilangan tempat beribadah, tetapi juga mengalami trauma atas kekerasan yang menyasar keyakinan mereka.
Di tengah seruan keadilan, publik kini menuntut aparat bertindak cepat agar insiden ini tak menjadi luka baru dalam kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
• Kesurupan Massal Para LC di Malam Satu Suro, Antara Tekanan Batin dan Mitos Spiritualitas
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
Apa yang Terjadi Saat Retret Siswa Kristen Diganggu?
Bagaimana Kronologi Insiden Intoleransi di Sukabumi?
Dalam video yang beredar, tampak sekelompok orang menggeruduk vila tempat ibadah berlangsung.
Mereka memecahkan kaca, merusak bangunan, dan bahkan menjatuhkan serta menghantamkan kayu berbentuk salib ke jendela vila.
Simbol agama Kristen itu dijadikan alat penghancur, tindakan yang memicu kemarahan banyak pihak.
Berdasarkan narasi dari akun yang mengunggah video, insiden terjadi karena vila tersebut dianggap warga kerap digunakan sebagai tempat ibadah yang menyebabkan gangguan, seperti menutupi akses jalan.
Ketua RT setempat, Hendra, menyebut bahwa vila itu sudah tiga kali dipakai untuk misa.
Ia mengaku sempat menegur penggunaan vila untuk kegiatan ibadah karena dianggap mengganggu.
"Pernah saat misa beberapa waktu yang lalu sampai ada 23 mobil serta menggunakan bis. Sudah kami tegur dan larang," jelas Hendra.
Namun hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pemilik vila.
Polisi pun belum merilis kronologi resmi ataupun tindakan hukum yang diambil.
Bagaimana Reaksi Publik dan Tokoh Politik terhadap Peristiwa Ini?
Siapa Saja yang Mengecam Tindakan Intoleran Ini?
Insiden ini menuai kecaman luas, terutama dari tokoh-tokoh politik dan aktivis.
Ronald A Sinaga, calon Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), menyatakan kesiapannya untuk mendampingi pemilik vila secara hukum jika ingin menggugat pelaku pengrusakan secara perdata.
"Kepada pemilik villa, jika para anarkis nantinya sudah ketangkep dan mau lakukan gugatan perdata ganti rugi, silakan hubungi saya," tulis Ronald melalui akun Instagram @bro.ron.
Politikus PDIP, Muhammad Guntur Romli, juga angkat bicara.
Ia menilai perusakan tersebut sebagai tindakan yang melawan hukum dan merusak kerukunan umat beragama.
"Ini main hakim sendiri, merusak, dan menyakitkan. Simbol salib digunakan untuk merusak? Bayangkan jika lafadz 'Allah' diperlakukan demikian, tentu umat Islam akan marah," tegas Guntur.
Ia menekankan pentingnya peran negara dalam menjamin kebebasan beribadah, tanpa harus selalu berkutat pada soal izin.
Ia juga mendorong aparat untuk menangkap seluruh pelaku perusakan.
• Tari Perpisahan Siswi SD di Lebak Tuai Sorotan, Antara Ekspresi Anak dan Batasan Budaya
Mengapa Aksi Intoleransi Terus Terjadi?
Apakah Retret Memerlukan Izin Resmi?
Aktivis anti intoleransi, Permadi Arya alias Abu Janda, menyoroti hal mendasar bahwa kegiatan retret sejatinya adalah aktivitas pembinaan rohani yang tidak memerlukan izin resmi, terutama jika dilakukan di ruang privat seperti vila.
"Retret itu semacam piknik rohani. Mereka pergi ke vila, nyanyi-nyanyi, belajar kitab, berdoa. Tapi malah digeruduk dan diusir," kata Permadi dalam video di Instagramnya.
Ia menilai insiden ini bukan soal administratif, melainkan bentuk dari Kristenphobia yang dibiarkan tumbuh subur.
"Ini bukan soal izin. Ini soal kebencian dan ketakutan terhadap Kristen yang dibiarkan negara sejak zaman Presiden Jokowi sampai Prabowo," tambahnya.
Permadi juga menyindir sikap pemerintah yang dianggap sering tutup mata terhadap kasus-kasus intoleransi.
Apa Dampaknya bagi Toleransi dan Kerukunan di Indonesia?
Apakah Negara Sudah Gagal Melindungi Minoritas?
Peristiwa Sukabumi ini menjadi potret buram kehidupan beragama di Indonesia, khususnya bagi kelompok minoritas.
Tindakan represif terhadap kegiatan ibadah siswa Kristen mencerminkan rapuhnya jaminan konstitusional atas kebebasan beragama.
Muhammad Guntur Romli menekankan bahwa negara tidak boleh tunduk pada tekanan kelompok intoleran.
"Negeri kita tidak boleh kalah pada pihak-pihak yang bertujuan merusak persatuan dengan mengatasnamakan agama," katanya.
Tragedi ini bukan hanya menyisakan luka bagi siswa yang diusir dan tempat ibadah yang dirusak, tapi juga menandai urgensi untuk memperbaiki mekanisme perlindungan kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Apa Langkah Selanjutnya?
Saat ini publik menanti langkah tegas dari kepolisian dan pemerintah untuk menindak para pelaku.
Tak hanya soal keadilan, tetapi juga sebagai upaya nyata menjaga keutuhan bangsa yang majemuk.
Jika intoleransi dibiarkan, maka bukan hanya retret yang terganggu.
Seluruh sendi kehidupan bersama sebagai bangsa bisa runtuh oleh kebencian yang terus dipelihara.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul VIRAL Massa Bubarkan Retret Siswa Kristen di Vila Sukabumi, Marah Ada Ibadah, Aksi Intoleran Dikecam
• Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
• Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
aksi intoleransi Sukabumi
siswa Kristen diusir
vila tempat ibadah dirusak
retret rohani dibubarkan
salib dijadikan alat perusakan
retret siswa Kristen Jakarta
vila ibadah Cidahu Sukabumi
kekerasan terhadap minoritas agama
pelanggaran HAM beragama
Abu Janda soal intoleransi
Kalender 2026 - Maret Bertabur Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, September Nihil Tanggal Merah |
![]() |
---|
Pengamat Bongkar Penyebab BBM Kosong di SPBU Swasta, Kasus Oplosan Berujung Pemaksaan Terselubung |
![]() |
---|
Daftar 20 Nama MTs di Kapuas Hulu yang Tersebar di 14 Kecamatan Lengkap Status Akreditasi |
![]() |
---|
Tarif Cukai Harga Rokok 2026 Resmi Turun? Menkeu Purbaya Prioritaskan Nasib Industri dan Buruh |
![]() |
---|
Mengerikan! Kronologi Bus Transjakarta Seret Motor, Hantam Mobil dan Jebol 4 Ruko di Pulogebang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.