Berita Viral

Guru Mundur Massal dari Sekolah Swasta Elite di Bekasi, Dipaksa Kerja di Luar Jobdesk

Alih-alih fokus mengajar, mereka mengaku kerap ditugaskan sebagai asisten rumah tangga hingga kurir pribadi oleh pihak yayasan.

Wartakotalive.com/ Rendy Rutama
GURU SEKOLAH MUNDUR - Seluruh guru di sekolah swasta mewah atau sekolah elite yang diduga bodong di Jalan Baru Perjuangan, RT 04 RW 11, Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi melakukan resign atau berhenti kerja massal. Alih-alih fokus mengajar, mereka mengaku kerap ditugaskan sebagai asisten rumah tangga hingga kurir pribadi oleh pihak yayasan. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Puluhan guru di sebuah sekolah swasta elite di Bekasi Utara memilih mundur secara massal karena dipaksa mengerjakan tugas di luar tanggung jawab profesinya.

Alih-alih fokus mengajar, mereka mengaku kerap ditugaskan sebagai asisten rumah tangga hingga kurir pribadi oleh pihak yayasan.

Salsabila Syafwani, salah satu guru, menyatakan ketidaknyamanan karena harus menjalankan peran di luar kontrak kerja.

“Saya dikontrak sebagai guru, tapi disuruh mengerjakan hal-hal pribadi milik pemilik yayasan,” ungkapnya.

Guru lain bahkan mengaku diminta membeli makanan cepat saji hingga mengantar anak yayasan setiap hari.

Masalah tak berhenti di tenaga pendidik, para wali murid pun dibuat kecewa setelah sekolah tutup mendadak tanpa pemberitahuan.

Akibat ketidakjelasan ini, wali murid akhirnya melaporkan pihak sekolah ke polisi karena merasa dirugikan secara materiil dan moral.

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Mengapa Guru Sekolah Elite Resign Secara Massal?

Puluhan guru dari sebuah sekolah swasta elite di Jalan Baru Perjuangan, Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, memilih mengundurkan diri secara serentak. 

Alasan mereka mundur bukan karena gaji, melainkan karena sering diberi tugas di luar tanggung jawab sebagai tenaga pendidik.

Salsabila Syafwani, salah satu guru yang mundur, mengungkapkan keresahannya saat diwawancarai pada Senin (16/6/2025). 

“Kami dikontrak sebagai staf pendidik, tetapi terkadang kami diberikan tugas di luar jobdesk guru,” ujarnya.

Tugas di Luar Jobdesk? Sejauh Apa?

Menurut Salsabila, para guru tidak hanya diminta mengajar, tetapi juga diberi tugas domestik yang tak berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. 

Bahkan, ia menyebut pernah diberi tugas layaknya Asisten Rumah Tangga (ART).

Keluhan senada disampaikan oleh Anisa Dwi Zahra. 

Ia mengaku pernah disuruh membeli ayam goreng dari daerah yang jauh untuk anak pemilik yayasan. 

“Saya disuruh beli ayam fried chicken ke Jatiasih, padahal dekat sini juga ada,” katanya. 

Meski diberi uang bensin, Anisa tetap merasa keberatan. “Jaraknya jauh, tidak masuk akal untuk tugas guru,” tambahnya.

Raihan Tri Wahyudi, guru lain yang juga resign, mengaku tugas hariannya dimulai dari rumah pemilik yayasan, bukan dari sekolah. 

“Saya diminta mengantar anak pemilik yayasan ke sekolah, tempat les, dan belanja, sebelum saya masuk kerja,” katanya.

Siapa Pihak Sekolah yang Disebut Memberi Tugas di Luar Jobdesk?

Pihak yang disebut para guru sebagai pemberi tugas adalah kepala yayasan, yang juga diduga merangkap jabatan sebagai kepala sekolah. 

Meski tidak disebutkan namanya secara eksplisit, figur ini dinilai memiliki kendali penuh atas manajemen sekolah, termasuk dalam memberi tugas personal kepada guru.

Para guru merasa terikat secara struktural dan emosional, sehingga sulit menolak perintah. 

“Saya merasa tidak punya pilihan, karena atasan saya yang memberi perintah,” ujar Raihan.

Apakah Permasalahan Hanya Dialami Guru?

Ternyata tidak. Kekecewaan mendalam juga dirasakan oleh para orang tua murid. 

Salah satunya adalah Nurhaliza (33), yang mengaku terkejut ketika mendapati sekolah tempat anaknya belajar tiba-tiba berhenti beroperasi tanpa pemberitahuan.

Sekolah Tiba-tiba Tutup, Bagaimana Reaksi Wali Murid?

Menurut Nurhaliza, dirinya diminta membawa anaknya untuk mengikuti ujian susulan pada Senin (16/6/2025) karena sebelumnya sempat sakit. 

Namun, sesampainya di sekolah, gerbang sudah digembok. “Saya kecewa karena tidak ada informasi apa pun, padahal anak saya sudah siap ujian,” ucapnya.

Nurhaliza juga merasa tertipu dengan janji fasilitas konseling dari psikolog yang tak pernah terwujud. 

Padahal, fasilitas tersebut masuk dalam biaya paket pendidikan senilai Rp5,5 juta. “Saya sudah bayar, tapi sampai sekolah tutup tidak pernah ada konseling psikologis,” katanya.

Tak hanya itu, ia juga menyebut masih ada uang pangkal senilai Rp7,3 juta yang telah dibayarkan dan belum dikembalikan. 

“Saya harap pihak sekolah bertanggung jawab,” tegasnya.

Bagaimana Nasib Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Ini?

Kekecewaan mendalam juga disampaikan Benny Sugeng Waluyo (42), orang tua dari anak berkebutuhan khusus (ABK) yang juga bersekolah di lembaga tersebut. 

Ia mengaku tertarik menyekolahkan anaknya karena dijanjikan program inklusi lengkap dengan psikolog dan pendamping khusus.

Namun, janji itu tidak terpenuhi. “Selama anak kami sekolah di sini, realisasi itu tidak ada. 

Tidak ada pendamping di kelas, padahal kami sudah bayar tambahan Rp1 juta per tiga bulan,” ungkap Sugeng.

Sudah Bayar, Tapi Fasilitas Tak Ada?

Sugeng menilai ketidakhadiran pendamping sebagai bentuk pengingkaran terhadap hak anak berkebutuhan khusus. 

“Seharusnya ada dua orang di kelas, guru dan pendamping. Kenyataannya, hanya satu guru tanpa pendamping,” jelasnya.

Dengan rasa kecewa dan merasa hak anaknya diabaikan, Sugeng bersama beberapa wali murid akhirnya melayangkan somasi kepada pihak sekolah. 

Namun, tidak ada tanggapan. Mereka pun memutuskan untuk melaporkan pihak sekolah ke Mapolres Metro Bekasi Kota.

Apakah Sekolah Ini Legal?

Dugaan bahwa sekolah tersebut ilegal atau “bodong” mulai menguat setelah tidak adanya kejelasan dari pihak pengelola, baik terkait izin operasional maupun struktur kepemimpinan. 

Kejanggalan mulai dari sistem pengelolaan, penugasan guru, hingga penghentian operasional tanpa prosedur resmi memperkuat dugaan tersebut.

Apa Tindak Lanjut dari Para Orang Tua dan Guru?

Setelah mengundurkan diri secara kolektif dan menyampaikan keberatan, para guru memilih menempuh jalur hukum. 

Begitu pula dengan wali murid yang telah melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.

Para orang tua menuntut pengembalian dana pendidikan yang sudah mereka bayarkan serta pertanggungjawaban secara hukum atas ketidakjelasan operasional sekolah tersebut.

Kasus ini menggambarkan pentingnya transparansi dan profesionalisme dalam pengelolaan lembaga pendidikan, terlebih ketika menyangkut kepercayaan orang tua dan masa depan anak-anak. 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu turun tangan menyelidiki legalitas sekolah ini serta memberikan perlindungan bagi para tenaga pendidik dan siswa yang dirugikan.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Guru Mundur Massal dari Sekolah Bodong, Kerja Bak ART, Disuruh Beli Ayam Goreng Buat Anak Kepsek

• Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
• Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved