Psikolog IAIN Pontianak Agus Handini Tanggapi Positif Pemberlakuan Perda Jam Malam Bagi Anak

Mereka juga cenderung memberontak atau menentang aturan sebagai bagian dari proses pembentukan sikap dan nilai pribadi.

Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa
PERDA JAM MALAM - Psikolog dari Program Studi Psikologi Islam IAIN Pontianak, Agus Handini. Ia menyambut baik pengesahan Perda jam malam sebagai upaya menekan kasus kenakalan remaja, termasuk tawuran. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTANAK - Psikolog dari Prodi Psikologi Islam IAIN Pontianak, Agus Handini, menyambut baik pengesahan Perda jam malam sebagai upaya menekan kasus kenakalan remaja, termasuk tawuran.

Ia mengatakan tawuran adalah bentuk pencarian jati diri remaja yang salah arah. Oleh karena itu, semua pihak perlu bekerja sama untuk memberikan ruang, bimbingan, dan dukungan agar remaja bisa berkembang dengan cara yang lebih sehat dan positif.

"Pada dasarnya kan fase remaja itu fase atau tahapan di mana seorang anak itu sedang mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun secara mental. Terkait Perda, ini bentuk support sistem dari pemerintah khususnya walikota dan kita sebagai masyarakat harus mendukungnya demi generasi yang hebat dimasa mendatang," ujarnya Minggu 4 Mei 2025.

Misalnya, tawuran pada usia SMP hingga kelas 1 SMA masih bisa dianggap bagian dari fase pencarian jati diri. Di usia ini, remaja cenderung bergabung dalam kelompok atau geng sebagai bentuk pencarian identitas. 

Jika tidak menjadi bagian dari kelompok, mereka merasa tidak diakui atau tidak berarti. Remaja di fase ini mulai melepaskan ketergantungan dari orang tua dan mencari eksistensi melalui teman sebaya. 

Baca juga: Penerapan Perda, Satpol PP Pontianak Intensifkan Razia Malam untuk Jaga Ketertiban Anak

Mereka juga cenderung memberontak atau menentang aturan sebagai bagian dari proses pembentukan sikap dan nilai pribadi.

Tawuran biasanya muncul saat remaja salah memilih kelompok. Jika tidak ada arahan dan dukungan dari keluarga, mereka bisa terjebak dalam lingkungan yang salah, seperti geng motor atau kelompok yang destruktif.

Agus menekankan pentingnya dukungan dari keluarga dan lingkungan. Orang tua harus mulai mengubah pola asuh dari otoritatif menjadi dialogis. 

Selain itu, pemerintah dan masyarakat perlu menyediakan wadah bagi remaja untuk mengekspresikan diri secara positif, seperti kegiatan olahraga, seni, atau ajang kreativitas. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved