Kisah Perjalanan Rima Penjual Tahu Walik di Singkawang: Sudah Berdagang Sejak 6 Tahun

Protokol kesehatan ketat, pembatasan aktivitas masyarakat, hingga ketakutan akan virus membuat usahanya hampir lumpuh. 

Penulis: Widad Ardina | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Widad Ardina
PENJUAL TAHU - Seorang penjual Tahu Walik, Rima, tetap setia di balik gerobak sederhana miliknya. Sejak enam tahun lalu, ia menjajakan Tahu Walik, sebuah usaha kecil yang lahir dari tekad besar untuk menghidupi keluarganya. Dalam sehari, ia bisa menjual 200 hingga 500 potong tahu, tergantung ramainya pembeli.  

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Di tengah lalu lalang aktivitas Kota Singkawang, seorang perempuan tangguh bernama Rima, tetap setia di balik gerobak sederhana miliknya. Sejak enam tahun lalu, ia menjajakan Tahu Walik, sebuah usaha kecil yang lahir dari tekad besar untuk menghidupi keluarganya.

Rima, asli warga Kampung Tengah, Singkawang, memulai perjalanannya bukan dengan menjual Tahu Walik, melainkan Apam Pinang. Namun kerasnya persaingan membuatnya harus beradaptasi. 

Bermodal inspirasi dari YouTube dan semangat pantang menyerah, ia beralih berjualan Tahu Walik yang dikenal makanan ringan berbahan dasar tahu dan adonan bakso.

"Awal-awal merintis susah. Mencari peminat itu nggak gampang. Di sini, saya yang pertama kali jual Tahu Walik," kata Rima kepada tribunpontianak.co.id, 

Bertahan bukan perkara mudah. Bahan baku seperti minyak goreng dan tepung yang terus melonjak harga, tidak membuat Rima menaikkan harga jualnya. Sejak hari pertama, satu tahu tetap dijual seharga Rp1.000. Konsistensi itu jadi kekuatan yang membuat pelanggannya setia.

Tak hanya rasa gurih tahu walik polos, Rima juga berkreasi dengan berbagai varian rasa: balado, jagung bakar, jagung manis, ekstra pedas, hingga sambal racikan sendiri.

Dalam sehari, ia bisa menjual 200 hingga 500 potong tahu, tergantung ramainya pembeli. 

Saat akhir pekan dan hari libur, penjualannya melonjak. Dari jerih payah itu, Rima mampu mengantongi penghasilan bersih sekitar Rp3juta hingga Rp4juta per bulan.

Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan Singkawang Serahkan Santunan Rp552 Juta di HUT ke-26 Kabupaten Bengkayang

Semua perjuangan itu ia lakukan demi tiga buah hatinya yang masih kecil. Anak pertama kini duduk di kelas 5 SD, anak kedua di kelas 2 SD, dan si bungsu baru berusia 3 tahun. 

"Alhamdulillah, anak-anak masih sekolah semua. Itu motivasi saya untuk terus kuat," ucapnya.

Cobaan berat sempat datang saat pandemi COVID-19 melanda. Pendapatan menurun drastis. 

Protokol kesehatan ketat, pembatasan aktivitas masyarakat, hingga ketakutan akan virus membuat usahanya hampir lumpuh. 

Namun Rima tidak menyerah. Dengan segala keterbatasan, ia tetap bertahan, tetap menjajakan tahu waliknya dengan penuh harap.

Sekarang, pandemi berlalu, Rima kembali menatap masa depan dengan lebih percaya diri.

"Susahnya bukan berarti harus berhenti. Jalani saja. Rezeki itu sudah ada yang atur, asal kita mau usaha," ujarnya. 

Di balik tahu goreng sederhana itu, tersimpan perjuangan, cinta, dan harapan seorang ibu. Rima membuktikan keteguhan hati mampu mengubah tantangan menjadi kekuatan. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved