Siapakah Pietro Parolin? Profil Lengkap Kandidat Kuat Pengganti Paus Fransiskus

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kardinal Pietro Parolin, Menteri Luar Negeri Vatikan sekaligus penasihat utama Paus Fransiskus, kini menjadi salah satu nama paling disebut dalam bursa pengganti pemimpin Gereja Katolik Roma.

Pria asal Schiavon, Italia, ini telah lama dikenal sebagai diplomat ulung yang memainkan peran penting dalam berbagai misi internasional Vatikan. 

Parolin dianggap sebagai pewaris alami arah reformasi Paus Fransiskus, meski dengan pendekatan yang lebih diplomatis dan tenang.

Sebagai tokoh sentral Kuria Roma, Parolin telah mengelola hubungan Vatikan dengan negara-negara seperti Tiongkok, Venezuela, hingga Korea Utara, rekam jejak yang dipuji sekaligus menuai kritik. 

Ia dikenal memiliki pandangan globalis dan moderat, namun tak ragu mengutarakan posisi konservatifnya, seperti saat menyebut legalisasi pernikahan sesama jenis di Irlandia sebagai "kekalahan bagi kemanusiaan."

Kendati namanya santer disebut, Parolin sendiri sadar betul akan dinamika konklaf: “Dia yang masuk sebagai Paus, keluar sebagai Kardinal,” seperti disadur dari BBC, Kamis 24 April 2025.

Dengan pengalaman panjang di jalur diplomatik dan hubungan dekat dengan Paus saat ini, banyak yang menilai Parolin siap melanjutkan warisan Gereja di era modern, meski tanpa pengalaman pastoral yang kuat.

[Cek Berita dan informasi Paus Fransiskus Wafat KLIK DISINI]

Apa Peran Pietro Parolin di Vatikan Saat Ini?

Mengapa Parolin Dianggap “Wakil Tidak Resmi” Paus?

Sebagai Menteri Luar Negeri Vatikan sejak 2013, Pietro Parolin menjabat sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di lingkaran dalam kepemimpinan Gereja Katolik. 

Ia tidak hanya mengelola urusan diplomasi Takhta Suci dengan negara-negara lain, tetapi juga memimpin Kuria Roma, administrasi pusat Gereja Katolik global. 

Banyak pihak menilai Parolin sebagai wakil paus de facto karena perannya yang sangat strategis.

Apa Pandangan Politik dan Sosial Parolin?

Parolin dikenal sebagai sosok berpandangan global dan diplomatis, namun tidak tanpa kontroversi.