Berita Viral

UPDATE Fakta Baru Oknum Dokter Priguna Asal Pontianak Diduga Perkosa Keluarga Pasien di RSHS Bandung

Dugaan pemerkosaan terjadi setelah korban diberi obat bius. Korban mencurigai sesuatu karena merasakan sakit saat buang air kecil.

YouTube Warta Kota
TERDUGA PELAKU PERKOSAAN - Dokter Priguna Anugerah Pratama asal Pontianak, Kalimantan Barat, diduga melakukan kekerasan seksual terhadap keluarga pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Korban mencurigai sesuatu karena merasakan sakit saat buang air kecil. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Dokter Priguna Anugerah Pratama asal Pontianak, Kalimantan Barat, diduga melakukan kekerasan seksual terhadap keluarga pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung

Dokter tersebut merupakan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) yang saat itu sedang menjalani pendidikan klinik. 

Dugaan pemerkosaan terjadi setelah korban diberi obat bius midazolam hingga tak sadarkan diri, dengan modus pemeriksaan darah. 

Pihak RSHS dan Unpad telah membenarkan adanya laporan dugaan pelecehan seksual tersebut dan menyatakan kecaman tegas terhadap tindakan pelaku. 

"Kami berkomitmen mengawal proses ini secara adil dan transparan demi keadilan bagi korban," tulis pernyataan resmi RSHS dan Unpad. 

Sementara itu, keluarga pelaku di Pontianak memilih menutup diri dan rumah pelaku dilaporkan kosong sejak sebulan terakhir. 

Saat ini, PAP telah ditahan oleh Polda Jawa Barat dan diberhentikan dari program spesialis Unpad.

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Siapa Sosok Dokter PAP yang Diduga Terlibat?

Apa latar belakang dan domisili dokter pelaku?

PAP diketahui berasal dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat, dan tengah menempuh pendidikan sebagai dokter spesialis anestesi di Unpad. 

Berdasarkan informasi dari Tribunpontianak.co.id, rumah yang diduga milik pelaku di kawasan Jalan Imam Bonjol, Pontianak, terlihat kosong sejak sebulan terakhir.

Seorang tetangga berinisial I mengatakan, “Mereka jarang bergaul, di sini aktivitas mereka sendiri, bahkan saat momen hari raya pun tidak saling berkunjung.”

Apakah pelaku terdaftar secara resmi sebagai tenaga medis?

Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, dr. Erna Yulianti, menyatakan bahwa pelaku tidak tercatat dalam Sistem Informasi SDM Kesehatan (SISDMK). 

“Nama yang bersangkutan tidak terdaftar. Artinya, kami tidak pernah memberikan rekomendasi kepada yang bersangkutan,” ujarnya. 

Hal ini mengindikasikan bahwa secara administratif, pelaku hanya berdomisili di Kalbar berdasarkan KTP, namun bukan bagian dari sistem tenaga kesehatan di provinsi tersebut.

Bagaimana Kronologi Dugaan Pemerkosaan di RSHS Bandung?

Apa modus operandi yang digunakan pelaku?

Kejadian bermula pada Senin, 17 Maret 2025, ketika korban berinisial FH (21) sedang menunggu kerabatnya yang kritis di IGD RSHS Bandung.

Pelaku, yang saat itu berjaga, menyarankan FH untuk menjadi pendonor darah dan membawanya ke Ruang 711 Gedung MCHC, ruangan yang seharusnya bukan tempat prosedur crossmatch.

FH disuruh berganti pakaian operasi dan diberikan midazolam melalui infus, yang membuatnya tidak sadarkan diri. 

Dalam kondisi tak sadar, pelaku melakukan tindakan pemerkosaan. 

Korban terbangun sekitar pukul 04.00 WIB dengan kondisi sakit kepala dan nyeri pada bagian intim.

Bagaimana korban mengetahui ia menjadi korban?

Korban mencurigai sesuatu karena merasakan sakit saat buang air kecil. 

Setelah menjalani visum di RSHS, ditemukan bekas cairan sperma. 

FH kemudian melapor ke Polda Jawa Barat, yang langsung menindaklanjuti laporan tersebut.

Tindakan Hukum: Apa yang Dilakukan Kepolisian?

Sudahkah pelaku ditahan dan bagaimana prosesnya?

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar, Kombes Surawan, menyatakan bahwa pelaku sudah ditahan sejak 23 Maret 2025. 

“Pelaku berinisial PAP dan berusia 31 tahun. Kami telah menahannya,” katanya.

Polda juga mengungkap bahwa sebelum kejadian terhadap FH, pelaku diduga telah melakukan dua aksi serupa terhadap pasien di RSHS. Informasi ini diperoleh dari pihak rumah sakit.

Apakah pelaku sempat melakukan perlawanan?

Dalam proses penangkapan, PAP sempat mencoba bunuh diri dengan memotong nadinya di apartemen tempat tinggalnya di Bandung

Hal ini dikonfirmasi oleh Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan.

"Pelaku sempat mau bunuh diri juga dengan memotong nadi di tangannya. Kami amankan pelaku pada 23 Maret, dia sempat dirawat baru ditangkap,” ungkap Hendra.

Tanggapan RSHS dan Unpad: Apa Komitmen Mereka?

Bagaimana pihak rumah sakit merespons kasus ini?

Dalam pernyataan resmi, RSHS dan Unpad mengaku telah menerima laporan pelecehan seksual tersebut. 

Kejadian diduga terjadi di lingkungan rumah sakit pada pertengahan Maret 2025.

"Unpad dan RSHS berkomitmen mengawal proses ini dengan tegas, adil, dan transparan,” tulis pernyataan mereka, Rabu, 9 April 2025. 

Mereka juga menegaskan komitmen untuk mendukung korban dan menjaga keamanan lingkungan akademik.

Langkah apa saja yang telah diambil?

  1. Memberikan pendampingan hukum dan psikologis kepada korban, bekerja sama dengan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polda Jabar.
  2. Memberhentikan pelaku dari Program PPDS Unpad.
  3. Menjamin perlindungan privasi korban dan keluarga.

Sikap Kementerian Kesehatan: Apa Implikasi bagi Status Medis Pelaku?

Apa yang disampaikan Kemenkes RI?

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menyatakan keprihatinan dan penyesalan atas kejadian tersebut. 

Ia menambahkan bahwa pihaknya telah meminta Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) PAP.

“Pencabutan STR akan otomatis membatalkan Surat Izin Praktek (SIP) dr. PAP,” kata Aji. Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa pelaku tak akan bisa kembali berpraktik sebagai dokter.

Bagaimana Reaksi Publik dan Media Sosial?

Dari mana awal mula kasus ini terungkap?

Kasus ini pertama kali ramai dibicarakan di media sosial, khususnya platform X (sebelumnya Twitter), melalui unggahan akun @txtdarijasputih yang memposting tangkapan layar pesan WhatsApp berisi laporan tentang dua residen anestesi yang diduga melakukan pemerkosaan menggunakan obat bius, dengan bukti CCTV.

Apa Dampak Kasus Ini terhadap Dunia Medis?

Kasus ini memunculkan kekhawatiran serius terkait keamanan pasien dan keluarga di lingkungan rumah sakit pendidikan. 

Terlebih, pelaku merupakan bagian dari institusi akademik kedokteran. 

Kasus ini menjadi pengingat pentingnya integritas, pengawasan ketat, dan perlindungan terhadap korban di sektor pelayanan kesehatan.

(*)

• Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
• Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved