Renungan Harian
Renungan Natal Kristen Rabu 25 Desember 2024 Lengkap Renungan dan Bacaan Alkitab
Simak bacaan renungan Natal Kristen Rabu 25 Desember 2024. Renungan harian Kristen hari ini berjudul “Natal Yang Sempurna.”
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Simak bacaan renungan Natal Kristen Rabu 25 Desember 2024.
Renungan harian Kristen hari ini berjudul “Natal Yang Sempurna.”
Isi renungan Kristen hari ini diambil dari Bacaan Alkitab 1 Yesaya 62 : 6 – 12.
Lalu Mazmur: 97 : 1 – 12, Bacaan 2: Titus 3 : 4 – 7 dan Bacaan Lukas 2 : 8 – 20.
Semoga bacaan renungan Natal Kristen meneguhkan iman saudara.
Berikut ini renungan hari ini disadur dari gkjw.or.id.
[Cek Berita dan informasi Renungan Harian KLIK DISINI]
Yang terpikirkan oleh hampir semua orang sepanjang tahun ini adalah fantasi Natal yang sempurna.
Fantasi ini memiliki berbagai versi, tetapi versi standarnya kira-kira seperti ini: Sebuah rumah tua yang menarik terletak dengan aman di sebuah desa, diliputi oleh gerimis hujan dan udara dingin yang segar di bulan Desember.
Di dalam rumah, anggota keluarga besar sedang merayakan liburan mereka dengan penuh kebahagiaan.
Orang tua menampung anak-anak mereka yang sudah dewasa dan cucu-cucu mereka yang masih kecil, saudara atau mungkin teman.
Setiap anggota berhasil di sekolah, maju dalam karier, atau menikmati masa pensiun yang nyaman.
Tidak ada seorang pun yang tidak seimbang secara mental, semua tersenyum lebar, tidak ada yang sakit parah, atau menganggur.
Semua anggota keluarga rukun, tidak ada permusuhan, tidak ada dendam, tidak ada kata-kata kasar yang keluar.
Di dalam rumah makanan berlimpah, meja makan penuh dengan makanan yang lezat, semua orang duduk menikmati makanan dengan canda dan tawa.
Namun, realitasnya seringkali berbeda.
Saat Natal tidak semua anggota keluarga memiliki kehidupan yang sempurna.
Beberapa mungkin menghadapi masalah, seseorang yang berharga mungkin hilang dari lingkaran keluarga di Natal tahun ini, kesulitan ekonomi, kegagalan dalam usaha, ketidakcocokan dalam hubungan keluarga, atau kesulitan dalam menerima satu sama lain.
Pertengkaran, perdebatan, dan ketidaksempurnaan muncul di antara mereka.
Tidak semua anggota keluarga bisa pulang, masih kebingungan belum tahu kue natal dan tahun baru dibeli dengan uang apa?
Fantasi ini menciptakan harapan yang sulit dipenuhi, menyebabkan frustrasi dan kekecewaan.
Namun, jika kita melihat kembali ke cerita Natal, kita dapat menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan.
Orang-orang yang ada di sekitar palungan adalah orang-orang yang mempunyai masalah.
Yusuf yang tiba-tiba harus melakukan perjalanan jauh untuk sensus dengan membawa tunangannya yang hamil besar.
Maria yang setelah melakukan perjalanan sulit dipaksa harus melahirkan di dalam kandang dan bayi yang ditaruh dalam palungan jauh dari kata sempurna.
Lalu kisah kelahiran Yesus di kandang dengan kehadiran para gembala yang memiliki kehidupan yang keras dan susah.
Ini menunjukkan bahwa Natal sejati tidak sempurna, tetapi penuh kasih dan penerimaan.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita berhadapan dengan sekelompok gembala yang sangat terkejut dan ketakutan ketika tiba-tiba malaikat Tuhan muncul di dekat mereka, dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka, menyebabkan ketakutan yang mendalam.
Takut adalah reaksi yang wajar dalam situasi seperti itu.
Para gembala merasa heran dan takut karena mereka tidak mengharapkan bahwa berita besar ini akan disampaikan kepada mereka.
Dalam benak mereka, menjadi gembala tidak membuat mereka layak menerima kabar gembira.
Mereka mungkin bertanya dalam pikiran mereka, “Mengapa kabar baik ini disampaikan kepada kami, yang hanya sekelompok gembala?”
Pada zaman itu, menjadi gembala dianggap sebagai pekerjaan rendahan di lapisan masyarakat.
Para gembala tidak hanya menjaga domba-domba, tetapi juga bekerja sebagai buruh, tanpa memiliki kepemilikan atas ternak yang mereka jaga.
Selain itu, kalangan Farisi dan Ahli Taurat pada masa itu melihat gembala sebagai orang yang hina dan dianggap tidak mampu menaati hukum Taurat.
Tetapi dalam kisah kelahiran Yesus ini, Tuhan memilih memberitakan kabar sukacita kepada para gembala, ini menunjukkan bahwa pesan-Nya tidak memandang status sosial atau kedudukan.
Kabar gembira itu disampaikan kepada mereka yang mungkin dianggap rendah oleh dunia, tetapi dihargai oleh Tuhan.
Hal ini mengajarkan bahwa kehadiran Yesus datang untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang atau status sosial, dan bahwa kabar sukacita itu adalah anugerah bagi setiap jiwa yang mau menerima.
Natal tidak akan memiliki makna apa pun bagi para gembala yang ketakutan jika mereka memilih untuk tetap dalam ketakutan dan tidak melangkah maju untuk menyambut kabar sukacita itu!
Setelah malaikat Tuhan itu pergi dan kembali ke sorga, gembala-gembala tersebut saling berbicara, satu kepada yang lain, dengan kata-kata penuh keberanian, “Mari kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang telah diberitakan Tuhan kepada kita.”
Tanpa ragu, mereka segera melangkah maju dan mendapati Maria, Yusuf, dan bayi Yesus berbaring di dalam palungan.
Apabila Natal diartikan sebagai manifestasi perjuangan Allah dalam menyelamatkan umat manusia melalui kelahiran Putera Natal, Yesus Kristus, hal ini menjadi Kabar Baik Natal yang membanggakan.
Namun, mari kita tidak melupakan peran kita dalam narasi ini, sebagaimana yang dilakukan oleh para gembala dalam perikop kita.
Mereka aktif menyambut perjuangan Allah dengan tindakan konkret.
Begitu juga kita, dengan keputusan pribadi untuk mengambil langkah, bergerak maju, mencari, dan akhirnya menemukan Kristus, kita dapat memuji dan memuliakan karya penyelamatan Allah melalui Yesus.
Semangat untuk terus bergerak dan melangkah maju juga diperintahkan Tuhan melalui nabi Yesaya.
Saat itu, orang-orang yang sebelumnya diasingkan di Babilonia telah tiba di Yerusalem.
Mereka diberi tugas untuk melewati gerbangnya.
Tanggung jawab mereka tidak hanya sebatas membangun kembali kota, tetapi juga membangun jalan raya menuju kota tersebut (Yes. 62:10).
Ini berarti bahwa mereka tidak hanya mempersiapkan tempat tinggal bagi mereka sendiri, tetapi juga membuka jalan bagi bangsa lain.
Pembangunan jalan raya dan pengibaran panji memiliki tujuan ganda, yaitu memudahkan kesaksian kepada bangsa-bangsa lain dan menyediakan sarana bagi kepulangan sisa-sisa orang yang telah diasingkan.
Panji atau bendera berfungsi sebagai mercusuar, yang membimbing mereka yang masih dalam perjalanan.
Lebih dari itu, panji menjadi sumber semangat dan inspirasi bagi umat yang menghadapi tantangan sebelum kota mereka dibangun kembali.
Ketika mereka memalingkan perhatian dari reruntuhan dan melihat panji, mereka diingatkan akan kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka dan kesetiaan Tuhan yang memimpin mereka keluar dari pengasingan.
Ini juga berkaitan dengan janji Tuhan mengenai kota yang tidak hanya akan dipulihkan, tetapi juga akan terkenal.
Namun, untuk melihat janji-janji ini terwujud, mereka harus aktif dalam persiapan jalan, pembangunan, pembersihan dari rintangan, dan pengibaran panji.
Meskipun Tuhan yang akan memastikan hasilnya, tetapi mereka tetap memiliki tanggung jawab untuk menjalankan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka.
Meski telah diselamatkan oleh Tuhan, mereka tidak dapat hanya berdiam diri, mereka perlu bergerak dan bekerja sesuai dengan rencana Tuhan untuk memastikan janji-janji-Nya terwujud.
Seperti bangsa Israel yang diminta membangun kembali kota Yerusalem untuk membuka jalan bagi bangsa lain, begitu juga para gembala yang telah melihat bayi Yesus, mereka membagikan pengalaman mereka itu kepada orang lain dengan menyebarkan berita, mewartakan Injil.
“Para gembala kembali sambil memuliakan dan memuji Allah atas segala hal yang telah mereka dengar dan lihat, seperti yang diberitahukan kepada mereka.” (Ay. 20).
Selain para malaikat, merekalah para gembala biasa yang pertama memberitakan kabar baik kelahiran Yesus.
Jadi jangan sampai ketidaksempurnaan dalam hidup membuat kita menjadi tidak bisa merasakan sukacita Natal, melupakan tugas panggilan kita menjadi saksi kasih-Nya bagi dunia.
Jangan sampai permasalahan dalam kehidupan membuat kita melupakan kasih Allah dan ada di dalam kehidupan yang penuh dosa.
Ingatlah bahwa kita adalah orang-orang yang sudah dibenarkan oleh kasih karunia-Nya (Titus 3:7), sehingga kita diminta untuk tetap melakukan pekerjaan baik (Titus 3:8).
Kalau kita sudah menerima anugerah keselamatan dari Tuhan maka kita juga harus setia kepada Tuhan dengan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Doa Penutup
Sebagai manusia, kita dapat belajar untuk melepaskan beban mencapai kesempurnaan dan menerima kebebasan dalam ketidaksempurnaan kita.
Di sekitar palungan Natal, di antara orang-orang yang memiliki masalah dan kesulitan, kita dapat menemukan penerimaan yang mengejutkan.
Inilah kebebasan Natal yang sejati, di mana kita diterima apa adanya oleh Tuhan yang mencintai kita tanpa syarat.
Kedamaian dan sukacita selalu hadir ketika kita memiliki keberanian untuk mengatasi ketakutan dan kekhawatiran kita, serta mempercayai bahwa kabar sukacita itu nyata.
Keberanian para gembala untuk mempercayai dan mengikuti kabar baik tersebut membawa mereka kepada pengalaman yang luar biasa.
Demikian pula, ketika kita memiliki keberanian untuk menghadapi kehidupan dengan iman, kita dapat merasakan damai sejahtera yang diberikan Tuhan Allah melalui kelahiran Yesus Kristus.
Tuhan memberkati kita semua.
Amin.
(*)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
renungan Natal Kristen Rabu 25 Desember 2024
renungan Natal Kristen
renungan Natal
Natal 2024
Renungan harian Kristen
renungan Kristen hari ini
renungan Kristen
renungan hari ini
renungan harian
bacaan Ayat Alkitab hari ini
Bacaan Alkitab
Agama Kristen
Bacaan Liturgi Katolik Kamis 20 Februari 2025: Panggilan untuk Mengikuti Kristus dengan Pengorbanan |
![]() |
---|
Renungan Katolik Kamis 20 Februari 2025: Ikutlah Aku dan Biarkanlah Segala Sesuatu yang Lain |
![]() |
---|
Renungan Kristen Kamis 20 Februari 2025: Hidup dalam Kasih dan Pengampunan |
![]() |
---|
Pesan Bacaan Liturgi Katolik Rabu 19 Februari 2025: Hari Biasa dengan Warna Liturgi Hijau |
![]() |
---|
Renungan Katolik Rabu 19 Februari 2025: Memahami Proses Penyembuhan dan Janji Allah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.