Yayasan Palung Adakan Pelatihan dan Ajak Peran Perempuan Menjaga Hutan

Kegiatan yang dilakukan selama dua hari tersebut dibuka langsung oleh Edi Rahman, selaku Field Direktur Yayasan Palung.

Editor: Jamadin
Dokumentasi Yayasan Palung
Yayasan Palung (YP) melalui Program Sustainable Livelihood (Program Mata Pencaharian Berkelanjutan) Bersama Balai Taman Nasional Gunung Palung melakukan kolaborasi dengan mengadakan Pelatihan Peran Perempuan Menjaga Hutan dan Pengembangan Produk Anyaman, Kamis 7 November 2024 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Yayasan Palung (YP) melalui Program Sustainable Livelihood (Program Mata Pencaharian Berkelanjutan) Bersama Balai Taman Nasional Gunung Palung melakukan kolaborasi dengan mengadakan Pelatihan Peran Perempuan Menjaga Hutan dan Pengembangan Produk Anyaman, pada Rabu 6 November 2024 hingga Kamis 7 November 2024 kemarin.

Kegiatan tersebut dilaksanakan di Kantor Yayasan Palung Bentangor Education Center di Desa Pampang Harapan, Kabupaten Kayong Utara.

Dalam kegiatan tersebut, YP dan para pihak mengajak komunitas dampingan terutama untuk kaum Perempuan agar menjaga hutan dengan cara-cara yang berkelanjutan, seperti memanfaatkan Hasil Bukan Kayu (HHBK) tanpa harus merusak hutan.

Kegiatan yang dilakukan selama dua hari tersebut dibuka langsung oleh Edi Rahman, selaku Field Direktur Yayasan Palung.

Pekan Peduli Orangutan 2024, Ini Rangkaian Kegiatan yang Yayasan Palung Lakukan

Hari pertama kegiatan, Rabu 6 November 2024, peserta dilatih dan diberikan materi tentang pemberdayaan perempuan dengan menghadirkan beberapa narasumber.

Pada kesempatan dikegiatan tersebut, Dinas Sosial dari Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (SP3AMD) Kabupaten Kayong Utara memberikan pembekalan pengetahuan tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Peran Perempuan dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam. 

Hari kedua kegiatan, Kamis 7 November 2024, Peserta diajak untuk melakukan praktek menganyam dengan bahan baku bambu dan pandan dengan membuat motif anyaman yang menarik.

Sebagai mentor dalam kegiatan tersebut adalah Ibu Saparidah, ia adalah seorang pengrajin (perajin) sekaligus ketua kelompok di IDA CRAFT. 


Seperti terlihat, tampak antusias dari peserta yang mengikuti kegiatan tersebut, dalam pelatihan tersebut diikuti oleh 20 orang peserta.

Ranti Naruri, Manager Program Sustainable Livelihood (Program Mata Pencaharian Berkelanjutan), mengatakan, Mengapa Perempuan? Karena Perempuan merupakan kelompok yang paling rentan terhadap dampak kerusakan lingkungan dan hutan jika pengelolaannya tidak memperhatikan pola-pola keberlanjutan dan nilai-nilai kearifan lokal.

Berharap dengan diadakannya pelatihan ini bisa memberikan pemahaman kepada Perempuan bahwa peran mereka dalam menyuarakan perlindungan hutan sangat penting untuk keberlangsungan hidup dimasa yang akan datang. (Petrus Kanisius-Yayasan Palung).

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved