Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri Hadir di Kota Pontianak, Wujudkan Menonton Sesuai Usia

Dari 41.000 judul film, hanya 2,8 persen yang telah disensor oleh LSF.

Penulis: Nina Soraya | Editor: Nina Soraya
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / NINA SORAYA
Kuat Prihatin, Ketua Komisi III Lembaga Sensor Film (LSF) menyerahkan plakat kepada Dr Herlan, Dekan Fisip Untan usai pembukaan kegiatan sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri dengan tema: “Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia,” di Kota Pontianak pada Selasa, 22 Oktober 2024. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Lembaga Sensor Film (LSF) menggelar sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri dengan tema: “Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia,” di Kota Pontianak pada Selasa, 22 Oktober 2024.

Ketua Komisi III LSF, Kuat Prihatin, mengungkapkan sepanjang tahun 2024 pihaknya akan melakukan sosialisasi gerakan sensor mandiri di 40 titik termasuk di Kota Pontianak. Dengan target sasaran sebanyak 10.000 orang. 

LSF pun menggelar sosialisasi di sekolah dan kampus. Bahkan dalam satu kampus audiens yang hadir mencapai 2.000 peserta.

“Target 10.000 yang bisa terpapar sosialisasi ini sangat kecil bila dibandingkan jumlah masyarakat kita. 

Apalagi sasaran utama adalah anak anak usia sekolah dan mahasiswa,” kata Kuat Prihatin.  

LSF turut mengandeng  Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia. Dalam tayangan film di bisokop sebelum mulai akan mucul Iklan Layanan Masyarakat berupa pesan untuk menonton tayangan sesuai dengan klasifikasi umur. 

Dalam kegiatan itu, Kuat Prihatin memaparkan data mengejutkan terkait penyensoran film di Indonesia. 

Kadisporapar Pontianak Apresiasi Kegiatan Workshop Festival Film Pelajar Khatulistiwa V 2024

"Dari 41.000 judul film, hanya 2,8 persen yang telah disensor oleh LSF. Ini menunjukkan bahwa banyak film yang beredar di platform Over-The-Top (OTT) belum terjangkau oleh proses penyensoran," kata Kuat Prihatin.

41.000 judul film yang disensor LSF hanya 2,8 persen yang sudah dipotong di jaringan informatika.  

Ini menjadi perhatian serius, mengingat banyaknya film yang beredar dan potensi risiko yang ada.

Upaya sosialisasi dilakukan dengan mengunjungi berbagai lokasi, termasuk sekolah dan bioskop

Di mana iklan layanan masyarakat ditampilkan sebelum film. Diperkirakan, jumlah penonton bioskop dalam setahun mencapai 60-70 juta orang, yang menjadi potensi besar untuk sosialisasi lebih lanjut. 

Selain itu, ada rencana untuk memasukkan pesan sosialisasi ke dalam kurikulum pendidikan melalui kerja sama dengan badan standarisasi kurikulum.

Kuat Prihatin mengatakan dalam satu tayangan film tentu terdapat dampak positif seperti promosi budaya, kuliner, edukasi dan lainnya.

Akan tetapi dalam film sangat mungkin juga mengadung unsur sensitif. 

ACFFEST 2024 Tiba di Kalbar, Ajak Sineas Lokal Suarakan Antikorupsi Lewat Film

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved