Cerita Hetty Kus Tentang Kecintaannya ke Budaya Dayak Sampai Dirikan Galeri Kain Pantang Sintang

pun sering mengikuti event kebudayaan dimanapun dan melihat Budaya Dayak termasuk yang sulit ditemui.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FILE
Hetty Kus Endang patut berbangga, sekitar 38 set tenun ikat asal Kabupaten Sintang, Kalbar digunakan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan delegasinya dari berbagai negara dalam acara Gala Dinner rangkaian kegiatan KTT World Water Forum ke-10 di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana Bali, Minggu 19 Mei 2024. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Pendiri Yayasan Rumah Belajar Kain Pantang dan Pemilik dari Galeri Kain Pantang Hetty Kus Endang mengaku kecintaannya terhadap kerajinan tenun berawal dari kecintaannya terhadap budaya dayak sejak awal kuliah.

Cerita Almarhum sang ayah terkait sejarah masyarakat suku Dayak berjuang dalam kehidupan maupun di dunia pendidikan pada waktu itu begitu sulit juga terpatri di dalam benaknya. 

Ia patut berbangga, sekitar 38 set tenun ikat asal Kabupaten Sintang, Kalbar digunakan oleh Presiden Jokowi dan delegasinya dari berbagai negara dalam acara Gala Dinner rangkaian kegiatan KTT World Water Forum ke-10 di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana Bali, Minggu 19 Mei 2024 lalu. 

"Bukan tanpa dasar ini saya lahir dari darah orang tua yang punya kepedulian terhadap Seni dan budaya  terkhusus Almarhum papaku sejak kecil saya sering melihat alat musik kecapi, ketambung, patung, tempayan bahkan setrikaan zaman dulu yang ada dirumah beliau juga sering bercerita tentang cerita rakyat," ujarnya Sabtu 8 Juni 2024. 

Hetty Kus Endang Bangga Tenun Ikat Sintang Dipakai Presiden RI dan Delegasi Berbagai Negara

Hal itu lah kata Hetty yang membuat nalurinya sejak kuliah bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk membuktikannya. Realisasinya pada proses penyusunan skripsi ia memilih Tato Suku Dayak bagaimana pergeseran makna tatonya sudah memperkenalkan Dayak walaupun hanya masih lingkungan kampus.

"Rasa nasionalisme saya sebagai orang Dayak itu sangat kuat karena saya asli orang Dayak ingin apapun tentang Dayak saya ingin melakukan sesuatu agar semua orang tahu bahwa suku Dayak itu bukan hanya dikenal primitif, tidak sekolah, dan masih terbelakang," ujarnya. 

Ia pun sering mengikuti event kebudayaan dimanapun dan melihat Budaya Dayak termasuk yang sulit ditemui, bahkan segi referensipun ia kesulitan dalam penulisan skripsi pada waktu itu.

"Berjalan waktu saya selesai Kuliah saya bekerja menjadi pendamping Sarjana penggerak di Rembang Jawa Tengah yang terkenalkan akan batik Lasem yang berasal dari ibu-ibu yang hanya dari rumahan tetapi bisa sangat terkenal di seluruh Indonesia," ujar. 

Tepat pada tahun 2014, ia pulang ke Kalimantan dan Hetty senang berjalan-jalan jika ada teman, keluarga, tamu yang selalu mencari kain tenun sebagai oleh-oleh.

"Dan kebetulan Ibu mertua saya sebagai artisan (penenun) tetapi kain kain tersebut setelah dibuat hanya disimpan dilemari, dipajang betapa sulitnya memasarkannya," ujarnya.

Disinilah jiwa seni Hetty tumbuh semakin kuat dari segi proses pembuatannya punya keunikan khusus dari racikan-racikan dari alam yang ia rasa berbeda dengan daerah lain.

"Saya mencoba belajar mengikuti ibu saya membuatnya dan terlibat dalam prosesnya wah ternyata begitu sulit dan susah jadi akhirnya wajar harga kategorinya cukup mahal," ujar. 

Profil Hetty Kus Endang, Pendiri Yayasan Rumah dan Pemilik Galeri Kain Pantang Sintang

Tetapi semakin hari semakin ia menyukainya dan mencoba membuat konten-konten proses pembuatannya di media sosial pribadi dan memasarkannya. "Tepat pada tahun 2015 akun pribadi menjadi akun galeri Kain Pantang Sintang. Saya berharap hal kecil yang saya lakukan  suatu saat bisa berdampak bagi banyak orang," ujarnya. 

Ia pun melihat peluang dan banyak masukan dan saran dari para pelanggan di seluruh Indonesia bahwa mereka cenderung menyenangi pewarnaan alami. Sehingga Hetty terus konsisten agar budaya Dayak  kain tenun ikat ini jangan sampai punah sehingga para generasi muda mengetahui budaya leluhurnya. 

"Sehingga saya tidak pernah menyangka galeri kain pantang Sintang menjadi wadah  sekitar 150an artisan di kabupaten Sintang Kalbar untuk memasarkan produknya yang awalnya hanya cuma ibu dan keluarga terdekat saja. Begitu banyak harapan artisan kepada saya agar terus mengembangkannya karena bagaimanapun selama ini kebutuhan sehari hari, biaya pendidikan dan kesehatan para artisan semuanya dari hasil menenun," ujarnya. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved