Berita Viral
Pertalite BBM Subsidi Primadona Masyarakat yang Divonis Tak Layak Pakai
Nasib BBM Subsidi Pertalite yang hingga kini masih menjadi pilihan utama masyarakat disebut sudah tak layak pakai.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Nasib BBM Subsidi Pertalite yang hingga kini masih menjadi pilihan utama masyarakat disebut sudah tak layak pakai.
Satu di antara alasannya menyebut bahwa kendaraan keluaran terbaru didesain untuk tidak mengkonsumsi BBM kualitas rendah.
Salah satu standar yang ditetapkan mengacu pada nilai oktan.
Sayangnya, harga BBM non-subsidi terpaut cukup jauh sehingga banyak masyarakat masih mengandalkan Pertalite untuk mengisi tangki BBM mobil kesayangannya.
Sesekali mereka mengisi Pertalite dan menyelinginya dengan Pertamax.
• Alasan BBM Pertalite Kini Buruk untuk Kendaraan, Pertamax Jadi Lebih Baik?
Bahkan ada juga mencampur Pertalite dengan Pertamax Turbo.
Lantas, mana yang lebih minim risiko?
Dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswidjajanto mengatakan, dampak sering gonta-ganti jenis bahan bakar ini tidak separah dengan melakukan pencampuran.
“Perlu diketahui, beberapa jenis bahan bakar ada yang mengandung zat aditif dan tidak, misal Pertamax Turbo (RON 98) ada aditif dengan fungsi deterjen, anti oksidan, antikorosi, dispersan, demulsifier, sementara Pertalite tidak,” ucap Tri kepada Kompas.com, belum lama ini.
Tri mengatakan, selain memperhatikan nilai oktan, kualitas bahan bakar juga bisa dibedakan dari zat aditifnya.
Zat aditif tersebut memiliki banyak fungsi, salah satunya yaitu menghindari terjadinya penumpukan karbon di bagian mesin. Itu yang membedakan bensin berkualitas tinggi dan rendah.
“Kalau bahan bakar dengan zat aditif dicampur dengan yang tidak ada, itu justru akan menimbulkan deposit lebih parah jika dibandingkan dengan bahan bakar tanpa zat aditif sama sekali, sedangkan kalau gonta-ganti jenis bahan bakar itu berbeda hal,” ucap Tri.
“Ketika kendaraan menggunakan Pertalite yang tidak ada zat aditifnya, maka deposit bisa terjadi sehingga karbon bisa menumpuk di komponen mesin.
Hanya saja, tidak separah ketika bahan bakar dicampur, lalu ketika menggunakan Pertamax maka deposit akan terkikis,” ucap Tri.
Tri mengatakan, meski membutuhkan waktu yang lama dan tidak bisa menghilangkan kerak karbon secara menyeluruh, pemakaian bahan bakar berkualitas tinggi dapat mengikis deposit secara perlahan.
Jadi, dampak gonta-ganti jenis bahan bakar ini agak mendingan daripada mencampurnya.
etika menggunakan bahan bakar kualitas rendah deposit akan terjadi, dan ketika menggunakan bahan bakar berkualitas tinggi akan mengikis deposit secara perlahan.
Pertalite Sudah Tak Layak Pakai
Pemerintah RI akan membatasi penyaluran bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi eceran jenis Pertalite (RON 90) pada tahun ini.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan, keputusan tersebut akan disahkan melalui revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014.
"Supaya alokasi BBM tepat sasaran, kan harus tepat sasaran.
Kalau tidak, rugi pemerintah, yang menikmati orang yang enggak tepat," kata dia belum lama ini.
Rencana ini juga sebenarnya sejalan dengan sejumlah aturan turunannya, seperti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.P/20/menlhk/setjen/kum.1/3/2017.
Dalam kebijakan tersebut disebutkan bahwa sebenarnya BBM dengan tingkat oktan 90 tidak boleh digunakan karena punya dampak negatif terhadap kendaaan maupun lingkungan.
Lebih jauh, berikut rincian batas standar bahan bakar di Tanah Air seperti tertulis pada Pasal 3 ayat 2 Peraturan LHK tersebut;
(2) Dalam hal reference fuel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak tersedia, pengujian emisi gas buang dilakukan dengan menggunakan bahan bakar minyak dengan spesifikasi:
- cetus api (bensin) dengan parameter: RON minimal 91 (sembilan puluh satu), kandungan timbal (Pb) minimum tidak terdeteksi dan kandungan sulfur maksimal 50 (lima puluh)ppm;
- kompresi (diesel) dengan parameter: Cetane Number minimal 51 (lima puluh satu), kandungan sulfur maksimal 50 (lima puluh)ppm dan kekentalan (viscosity) paling sedikit 2 (dua) mm2/s dan maksimal 4,5 (empat koma lima) mm2/s;
- cetus api dan kompresi (LPG) dengan parameter: RON minimal 95 (sembilan puluh lima), kandungan sulfur maksimal 50 (lima puluh) ppm;
- cetus api dan kompresi (CNG) dengan parameter: C1+C2 minimal 62 persen (enam puluh dua perseratus) vol, relative density pada suhu 280C minimal 0,56 (nol koma lima puluh enam).
Sehingga Direktur Utama PT Pertamina (Tbk) Nicke Widyawati mewacanakan untuk menggantikan Pertalite dengan jenis BBM lebih baik dengan minimum RON 92.
"Kami akan keluarkan Pertamax Green 92-Pertalite dicampur etanol jadi 92. Jadi tahun depan 3 produk saja, Pertamax Green 92, 95 dan Turbo," kata dia pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR, Rabu (30/8/2023) lalu.
Hal itu sejalan upaya perusahaan mengimplementasikan Program Langit Biru Tahap 2 yang sesuai kebijakan KLHK.
• Alasan BBM Pertalite Dibatasi, Ternyata Sudah Tidak Layak Pakai
"Program tersebut merupakan hasil kajian internal Pertamina, belum ada keputusan apapun dari pemerintah.
Tentu ini akan kami usulkan dan akan kami bahas lebih lanjut," lanjutnya.
(*)
Ikuti saluran Tribun Pontianak di WhatsApp: KLIK DISINI
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News
Menantu Usir Mertua karena Dendam Lama, Kisah Sherly 18 Tahun Berliku 2025 |
![]() |
---|
Siswa SMK Koma 3 Hari Akibat Lemparan Helm Polisi, Polda Banten Janji Transparan 2025 |
![]() |
---|
BEDA Apple Music Vs Spotify Lengkap Perbandingan Harga Langganan hingga Fitur dan Kualitas Layanan |
![]() |
---|
BESOK Agenda Buruh Gelar Aksi Demo 28 Agustus Lengkap 4 Isi Tuntutan, Titik Kumpul dan Jadwal Rute |
![]() |
---|
Kronologi Kasus Prajurit TNI Aniaya Warga di Pekanbaru Pakai Cangkul Sampai Tewas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.