Kunci Jawaban

Materi Seni Rupa Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka Unit 2 Mengamati dan Mendeskripsikan Karya Seni Rupa

Inilah pembahasan materi Seni Rupa Unit 2 Mengamati dan Mendeskripsikan Karya Seni Rupa Kelas 10 SMA / SMK / MA  

Penulis: Dhita Mutiasari | Editor: Dhita Mutiasari
Buku Kurikulum Merdeka
Materi Seni Rupa Kelas 10 SMA - Materi Seni Rupa Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka Unit 2 Mengamati dan Mendeskripsikan Karya Seni Rupa. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Simak rangkuman materi Seni Rupa Kurikulum Merdeka untuk Kelas 10 SMA / SMK / MA sederajat Unit 2 Mengamati dan Mendeskripsikan Karya Seni Rupa.

Siswa dapat memanfaatkan rangkuman materi Seni Rupa sebagai bahan belajar di sekolah dan di rumah.

Ada juga link download materi Seni Rupa Kurikulum Merdeka untuk Kelas 10 SMA / SMK / MA semester 1 hingga 2.

Inilah pembahasan materi Seni Rupa Unit 2 Mengamati dan Mendeskripsikan Karya Seni Rupa Kelas 10 SMA / SMK / MA  di antaranya:

Rangkuman Materi Informatika Kelas 8 SMP Kurikulum Merdeka, Bab 2 Berpikir Komputasional

a. Pengalaman Mengamati Karya Seni RupaSemua orang tentu memiliki pengalaman dalam mengamati karya seni dalam kehidupannya. Berdasarkan pengalaman tersebut, setiap orang mendapatkan pembelajaran dari karya yang diamatinya.

Pada sesi ini siswa diajak untuk menceritakan pengalaman masing-masing dalam bentuk diskusi tentang pengamatan karya yang pernah dirasa memberikan dampak bagi diri sendiri maupun lingkungannya.

b. Mendeskripsikan dan Menganalisis Karya Seni Rupa

Guru memberikan materi kepada siswa terkait cara mendeskripsikan dan menganalisis karya seni. Untuk itu, siswa diperkenalkan dengan metode kritik seni dalam mendeskripsikan karya yang diapresiasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mendeskripsikan karya seni adalah:
1. Medium yang digunakan (teknik dan bahan)
contoh: Jika siswa melihat sebuah lukisan kanvas yang menggunakan cat minyak, maka teknik yang digunakan adalah melukis dan bahannya adalah cat minyak dan kanvas.
2. Unsur karya (obyek yang terlihat, warna-warna yang nampak, bentuk yang terlihat).

Ada beberapa metode kritik yang dapat digunakan dalam mengapresiasi karya seni seperti yang dikemukakan Chapman (1978), yaitu: metode induktif, metode deduktif, metode empatik, dan metode interaktif.

Selain itu, siswa juga dapat menggunakan jenis kritik seni rupa menurut Feldman (1967: 452-456) yang terdiri dari: Kritik Jurnalistik (Jurnalistic Criticism), Kritik Pedagogik (Pedagogical Criticsm), Kritik Akademik (Scholary Criticism), Kritik Populer (Popular Criticism).

Penyajian kritik dalam teori kritik seni menurut para ahli dikenal beberapa tahap kegiatan. Feldman (1967: 469), mengungkapkan tahapan kritik terdiri dari: Deskripsi (Description), Analisis Formal (Formal Analysis), interpretasi (Interpretation), dan evaluasi atau penilaian (Evaluation or Judgement). Sementara itu Barrett (1994: 16) menyoroti hal tersebut dengan istilah fungsi kritik seni sebagai “the description, interpretation, and evaluation of new art”.

Selain itu siswa juga dapat menggunakan metode mengapresiasi suatu karya seni sebagaimana dikemukakan Brent G. Wilson dalam bukunya yang berjudul Evaluation of Learning in Art Education, bahwa apresiasi memiliki 3 konteks utama:
1. Apresiasi Empatik: menilai atau menghargai suatu karya seni yang dapat ditangkap sebatas indrawi saja.
2. Apresiasi Estetis: menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan pengamatan dan penghayatan yang mendalam.
3. Apresiasi Kritik: menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan klasifikasi, deskripsi, analisis tafsiran, dan evaluasi.

Proses pembelajaran apresiasi seni, dapat dilakukan melalui metode dan pendekatan seperti dikemukakan oleh (Sahman, 1993: 153; Soedarso, 1990: 83-84) yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan aplikatif: Pendekatan ini dilakukan melalui proses penciptaan seni secara langsung. Hal ini sejalan dengan ajaran Dewey “learning by doing”.
b. Pendekatan Historis: Ditempuh melalui pengenalan sejarah seni. Penciptaan demi penciptaan, peristiwa demi peristiwa yang masing-masing memiliki problema sendiri, dibicarakan dan dibahas secara urut.
c. Pendekatan problematik: Menyoroti masalah serta liku-liku seni sebagai sarana untuk dapat menikmatinya secara semestinya, kemudian deretan problem-problem senilah yang harus dibahas satu persatu.

Menurut Sobandi (2007), ada beberapa model pembelajaran apresiasi, di antaranya:
a. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Karya Reproduksi (ASmKR)
b. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Media Film (ASmMF)
c. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Pameran Sekolah (ASmPS)
d. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Kunjungan ke Museum (ASmKM)
e. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Presentasi Pengalaman Berkarya (ASmPPB)
f. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Artist Talk Seniman (AmATS)
g. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Telaah Karya (ASmTK)
h. Model Pembelajaran Apresiasi melalui Kritik Wachowiak dan Clements
i. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Praktek Studio-Kritik Seni (ASmPSKS)

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved