Berita Viral

Beda PNS! Curhat Pegawai Swasta Mengeluh Harus Ngantor di Tengah Polusi Udara Jakarta

Curhatan pegawai maupun karyawan swasta yang wajib ngantor alias WFO sementara PNS boleh WFH ditengah polusi udara di Jakarta.

Editor: Rizky Zulham
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Ilustrasi. Polusi udara terlihat di langit Jakarta. 

"Untuk saat ini, yang aku rasakan udah mulai pilek sih. Mulai radang sekarang," kata Anita.

Alasan Gaji Pensiunan Naik Lebih Tinggi Dibandingkan PNS TNI Polri Aktif, Janda Duda ASN Full Senyum

Anita mengaku kini lebih menjaga pola makannya dan menghindari makanan-makanan berminyak.

"Aku memang minum air putih lebih dari dua liter. Makanan juga dijaga memang lagi jauhin yang minyak-minyak," tutur dia.

Selain itu, bila tidak ada keperluan yang mengharuskannya ke luar rumah, Anita memilih menghabiskan waktu di rumah saja.

"Kalau kerjaanku memang enggak ada harapan sih buat WFH. Soalnya memang dituntut WFO kerjaannya.

Jadi ini aku juga mengurangi kegiatan di luar, memang dari kos ke kantor terus kantor ke kos. Kalau enggak penting kali memang enggak ada ke mana-mana aku," tandas dia.

Modifikasi Cuaca

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menurunkan hujan di wilayah DKI Jakarta.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, modifikasi cuaca merupakan penanganan jangka pendek ketika kota berada dalam kepungan polusi udara.

Selain DKI Jakarta, modifikasi cuaca juga dilakukan di kota lain, meliputi Bandung dan Semarang.

"Kita sudah mulai melakukan TMC dengan arahan Bapak Presiden terkait kondisi udara. Enggak cuma di Jakarta, tapi di Bandung, Semarang, dan lain-lain kita sudah mulai TMC dari tanggal 19-21 (Agustus) terakhir," kata Abdul Muhari dalam konferensi pers secara daring, dikutip dari YouTube Kompas.com, Selasa 22 Agustus 2023.

Pria yang karib disapa Aam ini menuturkan, TMC dilakukan bersama dengan BMKG, BRIN, TNI, dan Polri. Dengan modifikasi ini, ia berharap hujan akan turun minimal 2-3 kali satu minggu untuk membilas polusi udara.

Dia tidak memungkiri bahwa dampak polusi lebih terasa pada puncak musim kemarau di Agustus-September 2023 karena tidak terbilas dengan air hujan.

Padahal, sejatinya tingkat polusi kurang lebih sama dengan posisi awal tahun hingga pertengahan Mei 2023, di mana hujan terjadi hampir setiap hari. Dengan begitu, masyarakat seolah tidak merasakan dampak signifikan polusi udara.

"Kok di awal tahun tidak terasa? Karena ter-flushing terus oleh hujan, sehingga partikel-partikel debu polutan yang ada di udara ter-flushing. Begitu kemarau enggak ada yang flushing atau bersihin, ini kenapa kita benar-benar merasa kualitas udara karena polutan akan tetap stay," beber Aam.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved