Harga BBM Resmi Naik Tipis Per 1 Juni 2023, Cek Harga BBM di SPBU Pertamina, Shell dan AKR Terbaru

Harga minyak dilaporkan naik tipis, cek juga daftar harga BBM terbaru di seluruh SPBU Pertamina, Shell dan AKR terbaru per 1 Juni 2023.

Editor: Rizky Zulham
Dok. Pertamina
Ilustrasi isi minyak di SPBU. Harga BBM Resmi Naik Tipis Per 1 Juni 2023, Cek Harga BBM di SPBU Pertamina, Shell dan AKR Terbaru. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Update harga minyak dilaporkan naik tipis, cek juga daftar harga BBM terbaru di seluruh SPBU Pertamina, Shell dan AKR terbaru per 1 Juni 2023.

Harga minyak mentah dunia naik tipis pada akhir perdagangan Senin 29 Mei 2023 waktu setempat atau Selasa pagi WIB, setelah para pemimpin Amerika Serikat (AS) mencapai kesepakatan plafon utang tentatif.

Kesepakatan itu diyakini akan mencegah gagal bayar AS, negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yang sekaligus konsumen minyak utama dunia.

Kendati begitu kenaikan harga minyak tersebut tertahan oleh kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) lebih lanjut.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik 0,9 persen atau 66 sen AS menjadi 77,61 dollar AS per barrel.

Resmi Berlaku, Cara Beli BBM Solar Subsidi Pakai QR Code MyPertamina di SPBU Seluruh Indonesia

Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1 persen atau 75 sen AS ke level 73,42 dollar AS per barrel.

Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy pada akhir pekan kemarin, membuat kesepakatan untuk menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dollar AS dan membatasi pengeluaran pemerintah untuk dua tahun ke depan.

Kedua pemimpin menyatakan keyakinannya bahwa anggota partai Demokrat dan Republik akan memberikan suara untuk mendukung kesepakatan tersebut.

Tercapainya kesepakatan yang membuat AS bisa menghindari gagal bayar telah mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi di aset berisiko, seperti komoditas. Hal ini membuat harga minyak mentah terkerek.

Kendati demikian, analis menilai dorongan harga minyak dari kesepakatan utang AS tersebut akan berumur pendek. Lantaran, adanya kemungkinan The Fed kembali menaikkan suku bunganya.

The Fed diproyeksi menaikkan suku bunganya pada Juni mendatang, seiring dengan laju inflasi AS yang masih tinggi. Kenaikan ini bisa semakin melemahkan perekonomian dan mempengaruhi permintaan minyak.

"Tingkat AS yang lebih tinggi adalah pukulan untuk permintaan minyak mentah," ujar Tony Sycamore, Analis IG yang berbasis Sydney, Australia.

Selain kebijakan suku bunga, investor juga akan mengamati data manufaktur dan jasa di China, importir minyak terbesar di dunia.

"Pemulihan ekonomi yang bergelombang di China membebani pasar minyak," kata Analis CMC Markets, Tina Teng.

Investor akan mengamati pula data penggajian non-pertanian AS yang bakal dirilis pada Jumat pekan ini. Data ini akan menjadi sinyal pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Update Daftar Wilayah Seluruh Indonesia Wajib QR Code MyPertamina untuk Beli BBM Subsidi

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved