Hukum Ziarah Kubur Bidah atau Sunnah? Tradisi Menjelang Puasa Ramadhan

Ketika ziarah kubur, peziarah dapat membacakan surat Yasin dan Tahlil, serta mendoakan si mayit agar diampuni dosa-dosanya.

Editor: Rizky Zulham
YouTube Tribun Pontianak
Ilustrasi. Hukum Ziarah Kubur Bidah atau Tidak? Tradisi Menjelang Puasa Ramadhan. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Bulan suci Ramadhan 1444 H sudah tinggal beberapa hari lagi dan umat Islam di Indonesia akan menunaikan ibadah Puasa selama satu bulan penuh.

Terdapat berbagai tradisi yang dilakukan ketika menjelang Ramadhan dari berbagai daerah di Indonesia.

Salah satunya adalah tradisi ziarah kubur untuk mendoakan kerabat yang sudah meninggal.

Namun, hukum ziarah kubur hingga saat ini masih menjadi perdebatan apakah bidah atau tidak.

Untuk menegaskan hal tersebut, berikut penjelasan dari Ketua bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis.

Duduk di Atas Makam hingga Mengumpat , Inilah Hal Terlarang Dilakukan saat Ziarah Kubur Jelang Puasa

Ia pernah mengatakan bahwa ziarah kubur merupakan amalan yang dianjurkan untuk muslim.

"Ziarah kubur itu dianjurkan karena mendoakan kepada yang mati dan bisa mengingatkan yang hidup akan kematian," kata Cholil beberaap waktu lalu.

Cholil menjelaskan dengan sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda kepada umatnya untuk memperbanyak mengingat tentang kematian.

"Rasul juga bersabda 'Saya dulu pernah melarang ziarah kubur, sekarang silakan ziarah kubur'. Itu dari Rasulullah SAW," ujarnya.

Keutamaan ziarah kubur

Tradisi ziarah kubur merupakan tradisi yang baik dilakukan karena sebagai bentuk bakti anak kepada orang tua yang sudah meninggal.

"Karena bagi orang yang sudah meninggal orangtuanya, di antara berbaktinya adalah dengan ziarah kubur," ungkap Cholil.

Ketika melakukan ziarah kubur, peziarah dapat membacakan surat Yasin dan Tahlil, serta mendoakan si mayit agar diampuni dosa-dosanya.

"Tata kramanya adalah mendoakan di sebelah kanan kuburan. Kemudian kita membacakan surat Yasin dan juga tahlil, dan mendoakan diampuni dosanya serta diterima amal baiknya," kata Cholil.

Sejarah Tradisi Ziarah Kubur

Dosen Ilmu sejarah Universitas Airlangga (Unair) Purnawan Basundoro pernah mengatakan bahwa tradisi ziarah kubur merupakan tradisi yang sudah berumur sangat tua.

Tradisi ziarah kubur dilakukan dengan mengadopsi keyakinan memberikan penghormatan terhadap leluhur atau nenek moyang.

"Penghormatan terhadap nenek moyang itu tradisi lama ya, lama sekali. Kemudian ketika Islam datang muncul tradisi serupa yang dibalut dengan ajaran Islam," kata Purnawan beberapa waktu lalu.

Kumpulan Doa Ziarah Kubur dan Yasin untuk Berkunjung ke Makam Tradisi Menyambut Bulan Puasa Ramadhan

Penghormatan terhadap nenek moyang dengan bentuk ziarah kubur adalah tradisi yang bersifat universal, sehingga sering dijumpai pada setiap kebuyaan.

"Bahkan kalau zaman dulu, animisme dan dinamisme, tradisi semacam itu (ziarah kubur) kan banyak," ujar Purnawan.

Saat kedatangan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang sering digunakan oleh umat islam untuk melakukan ziarah kubur.

"Nah, ziarah kubur itu dianggap sebagai salah satu ibadah. Sehingga ketika memasuki Ramadhan, misalnya banyak yang ziarah," kata Purnawan.

Selain itu, ziarah kubur juga disering dianggap sebagai media bersilaturahmi antara orang yang masih hidup dengan orang-orang yang sudah meninggal.

"Karena makam ini adalah satu-satunya media yang menautkan antara orang yang masih hidup dengan yang sudah meninggal," ungkapnya.

Pada ziarah kubur disaat lebaran, sering dimanfaatkan perantau untuk bersilaturahmi dengan orang yang telah meninggal.

"Tidak hanya mengunjungi yang hidup, tetapi juga 'mengunjungi' mereka yang telah meninggal dunia," kata Purnawan.

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved