Kelompok Anak Rentan Diserang Demam Campak Sesuai Data Kemenkes Terbaru Tahun 2023
Berikut kelompok yang mendominasi kasus demam campak yang akhir-akhir ini menjadi perhatian khusus pemerintah.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Berikut kelompok anak maupun balita mendominasi kasus demam campak yang akhir-akhir ini menjadi perhatian khusus pemerintah.
Pasalnya beberada daerah di Indonesia sudah menyatakan kasus KLB.
Berdasarkan dataKementerian Kesehatan atau Kemenkes, sebanyak 58 persen kasus konfirmasi campak sepanjang tahun 2022 diderita oleh anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi.
Berikut rinciannya:
- 7 persen anak yang sudah mendapat imunisasi campak dan Rubella dua dosis atau lebih;
- 5 persen yang mendapat 1 dosis
- 30 persen lainnya tak diketahui status vaksinasinya.
• Sedang Mewabah! Kenali Ciri Khas Demam Campak Pada Anak
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kemenkes Prima Yosephine mengatakan Kasus sebagian besar tidak pernah diimunisasi.
"Beberapa ada yang diimunisasi tapi enggak lengkap," kata Prima dalam konferensi pers secara daring, Jumat 20 Januari 2023.
"Yang lengkap hanya sebagian kecil. Sedangkan beberapa juga tidak diketahui status imunisasinya," imbuhnya.
Prima mengungkapkan, campak memang bisa dicegah dengan imunisasi.
Namun, Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) untuk mengejar imunisasi campak dan rubella di luar Jawa Bali belum memenuhi target. Dari target 95 persen, realisasinya hanya 60,13 persen.
Sementara di Pulau Jawa dan Bali sudah mencapai target sebesar 98 persen, sehingga tetap cakupan BIAN secara nasional mencapai 72,2 persen.
"Artinya masih ada anak yang masih belum bisa menemukan atau belum memiliki kekebalan terhadap campak," ujar Prima.
Sepanjang tahun 2022, telah dilaporkan 3.341 kasus konfirmasi campak di 223 kabupaten kota di 31 provinsi.
Dari jumlah tersebut, terdapat 55 status Kejadian Luar Biasa (KLB) di 34 kabupaten/kota di 12 provinsi.
Sebuah wilayah ditetapkan KLB jika ada minimal dua kasus campak yang sudah terkonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium dan memiliki kaitan epidemiologi.
• Rendahnya Imunisasi Picu Tingginya Angka Penyakit Difteri, Campak Hingga Rubella di Singkawang
"Kalau kita bandingkan dengan keadaan di 2021, memang ada peningkatan yang begitu signifikan.
Dibandingkan 2021 meningkat 32 kali lipat," kata Prima.
Adanya kenaikan kasus campak lantas membuat target eliminasi penyakit campak dan rubella tahun 2023 sulit tercapai.
Berdasarkan rencana, eliminasi ini dilakukan dengan capaian imunisasi yang tinggi dan merata, serta surveilans campak dan rubella dengan target discarded 2/100.000 penduduk.
"Tahun ini sebetulnya mimpinya. Tapi, dengan adanya kenaikan kasus campak di negara kita, tentu mimpi mencapai eliminasi menjadi agak sulit untuk merealisasikan tahun ini," ujar Prima.
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News
Film Gabby’s Dollhouse The Movie Hadir 2025 dengan Petualangan Fantasi Keluarga |
![]() |
---|
Link Download Raport Anak Sekolah Semester 1 Sesuai Format Kurikulum Terbaru |
![]() |
---|
Polres Sekadau Tekankan Peran Binmas dalam Peringatan Hari Anak Nasional 2025 |
![]() |
---|
Kronologi Sintya Cilla Klaim Hamil Anak DJ Panda, Berawal dari Ngefans hingga Pertemuan di Hotel |
![]() |
---|
Kemendikbudristek Wujudkan Transisi PAUD ke SD, Apa Saja Perubahan Terbaru Pendidikan? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.