Khazanah Islam

Kerajaan Gowa-Tallo dan Penyebaran Islam di Sulawesi Materi PAI dan Budi Pekerti Kelas 9 SMP

Kerajaan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan.

Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK
Kerajaan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. 

Pemerintahan Kerajaan Gowa mencapai puncaknya terutama di bawah pemerintahan Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng Lakiung Sultan Malikulssaid (1639-1653 M) atau lebih dikenal Sultan Malikussaid (1639-1653 M).

Ringkasan Materi Pelajaran SKI Kelas 9 MTs Kerajaan Bercorak Islam di Sumatra, Jawa dan Sulawesi

Kekuasaan dan pengaruh Kerajaan Gowa makin luas meliputi seluruh wilayah Sulawesi Selatan, bahkan kawasan Timur Indonesia.

Kerajaan Gowa ketika itu telah mampu menjalin hubungan akrab dengan raja-raja di Nusantara.

Tidak hanya itu, bahkan Gowa juga menjalin hubungan internasional dengan rajaraja dan pembesar dari negara luar, seperti Raja Inggris, Raja Kastilia di Spanyol, Raja Portugis, Raja Muda Portugis di Gowa (India), Gubernur Spanyol dan Mufti Besar Arabia.

Setelah memerintah Kerajaan Gowa selama 16 tahun, tanggal 5 November 1653, Sultan Malikus said wafat.

Beliau digantikan oleh puteranya I Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin yang menjadi Raja Gowa XVI (1654-1660 M) atau yang lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin.

Sultan Hasanuddin bersikap tegas dan tidak mau tunduk kepada Belanda.

Pada tahun 1654-1655 M, terjadi pertempuran hebat antara Kerajaan Gowa dan Belanda di Kepulauan Maluku.

Pada bulan April 1655, pasukan Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin menyerang Buton, dan berhasil mendudukinya serta menewaskan semua tentara Belanda di negeri itu.

Sultan Hasanuddin juga berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menundukkan negara-negara kecil di Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Bone. Raja Bone (Aru Palaka) diusir dari negerinya.

Setelah Belanda mengetahui bahwa Bandar Makassar cukup ramai dan banyak menghasilkan beras, Belanda mulai mengirimkan utusannya ke Makassar untuk membuka hubungan dagang.

Utusan itu diterima baik dan Belanda sering datang ke Makassar, tetapi hanya untuk berdagang. Setelah itu, mereka mulai membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menyerbu Banda (pusat rempahrempah).

Belanda juga menganjurkan agar Makassar tidak menjual berasnya kepada Portugis. Namun, semua ajakan Belanda itu ditolak.

Antara Makassar dan Belanda sering terjadi konflik karena persaingan dagang. Permusuhan Makassar dan Belanda diawali dengan terjadinya insiden penipuan pada tahun 1616 M.

Saat itu, para pembesar Makassar diundang untuk suatu perjamuan di atas kapal VOC, tetapi ternyata mereka dilucuti sehingga terjadilah perkelahian seru yang menimbulkan banyak korban di pihak Makassar.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved