Lokal Populer

Manajemen Penanganan Konflik Dengan Cara Kolaboratif di Kabupaten Sintang

penanganan konflik sosial harus dilaksanakan secara sinergi, terpadu dan terkoordinasi dengan seluruh unsur tingkatan pemerintahan

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Tri Pandito Wibowo
Dok. Polres Sintang
Polres Sintang gelar Focus Group Discusion dalam rangka manajemen penanganan konflik secara Kolaboratif di wilayah Kabupaten Sintang dan sekitarnya, Kamis 24 November 2022 

Dansat Brimob Polda Kalimantan Barat, Kombes Pol Muhammad Guntur menyampaikan kata kunci dalam menyelesaikan konflik adalah kolaboratif. Oleh sebab itu, dia mendorong Pemkab Sintang harus terdepan dalam menyelesaikan konflik.

"TNI dan Polri hanya mendukung dan membantu saja. Kita memang harus bersama-sama dan berkolaborasi dalam menangani konflik," kata Guntur saat menjadi narasumber pada kegiatan Focus Group Discussion Manajemen Penanganan Konflik Secara Kolaboratif di Balai Kemitraan Polres Sintang pada Kamis, 24 November 2022.

Guntur mengungkapkan, Kalbar ini memiliki potensi konflik yang cukup tinggi. Kalbar banyak investasi masuk dan memiliki beragam etnis. Polda Kalbar mencatat ada 125 potensi konflik di Kalimantan Barat dan salah satunya yang paling tinggi adalah konflik dengan investasi perkebunan.

"Potensi itu harus kita kelola dengan baik dengan sering-sering bertemu seperti ini," jelasnya.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Sintang, Kusnidar mengungkapkan konflik di tengah masyarakat sulit dipulihkan, maka harus dicegah bersama-sama dengan sikap rendah hati seluruh elemen masyarakat.

"Kita ini beragam dan keberagaman ini bisa disatukan, jika masyarakat bisa dan mau memiliki sikap rendah hati. Orang yang rendah hati, akan bisa menghargai keberagaman dan perbedaan," kata Kusnidar.

Kusnidar menyebut, ada 300 organisasi masyarakat di Kabupaten Sintang. Dan banyak ormas tidak percaya diri, Maka ormas ini terus dibina, agar kelompok mayoritas dan minoritas harus percaya diri.

"Ketika ada kelompok yang merasa minoritas, mereka harus percaya diri bahwa ada kelompok mayoritas yang akan melindungi. Kelompok mayoritas juga harus percaya diri bahwa mereka akan melindungi kelompok minoritas. Kalau itu dibangun, maka upaya pencegahan akan semakin mudah,” katanya.

Rektor Universitas Kapuas Dr. Antonius, S.Hut, MP menyampaikan bahwa konflik itu merugikan, mengganggu aktivitas dan pembangunan.

Menurutnya, dalam mengatasi konflik, harus mengutamakan nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia.

"Itu harus dijadikan prinsip. Lepas dari kepentingan dan tidak memihak. Tetapi yang paling utama adalah pencegahan konflik. Aman itu nyaman. Ketika aman, kita tidak akan was-was lagi. Tetapi kalau tidak aman, kita merasa waspada dan was-was. Keamanan dan kedamaian itu harus diupayakan secara pribadi antar pribadi. Kita sendiri dan semua menyadari pentingnya menjaga keamanan dan kenyamanan daerah kita," beber Antonius.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved