Makna dan Arti Tedak Sinten, Meneruskan Warisan Budaya yang Sering Dilakukan Para Artis
Tedak sinten merupakan sebuah tradisi dalam adat dan budaya Jawa yang bertujuan agar anak dapat tumbuh kembang dengan menjadi sosok yang sukses
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Maudy Asri Gita Utami
Biasanya, tedak siten harus diselenggarakan pada pagi hari, di halaman depan rumah.
Tedak siten menggunakan sajen atau persembahan yang melambangkan permintaan dan doa kepada Tuhan untuk menerima berkah dan perlindungan, berkah dari para leluhur, serta memerangi perbuatan jahat dari manusia dan roh jahat.
Sebelum masuk ke proses acara, pihak orang tua yang hendak mengadakan tedak siten membutuhkan peralatan yang diperlukan, yaitu:
- Kurungan dari bambu seperti untuk mengurung ayam.
- Aneka jenang warna-warni yang terbuat dari ketan.
- Tangga dan kursi, dibuat dari tebu.
- Ayam panggang ditusukkan pada batang tebu, dibawahnya diberi pisang, aneka barang-barang dan mainan tradisional.
- Tumpeng robyong, bubur dan jadah (terbuat dari ketan) 7 warna, buah-buahan dan jajanan pasar.
- Uang kertas atau receh untuk disebarkan.
- Bayu gege (air gege), dibiarkan semalam di tempat terbuka dan paginya kena sinar matahari sampai pukul 08.00.
- Ayam hidup yang dilepaskan dan diperebutkan kepada tamu undangan.
Persiapan Susunan Acara Tedak Siten
Setelah semua kebutuhan telah disiapkan, keluarga (orang tua, anak, kerabat) dan undangan berkumpul di tempat upacara. Langkah-langkah ritual harus sebagai berikut:
1. Berjalan di 7 Warna
Anak dipandu untuk berjalan di atas jenang 7 warna yang berbeda (merah, putih, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu) yang terbuat dari beras ketan.
Ritual ini melambangkan bahwa di masa depan, anak harus bisa mengatasi semua hambatan dalam hidup.
Sementara dilansir dari malangvoice, Budayawan Jawa, Suryadi atau yang lebih dikenal dengan Ki Suryo menjelaskan bahwa “Maknanya, hidup berawal dari yang gelap dan berakhir dengan terang.”
• Terungkap Perlakuan Nikita Willy ke Sang Anak hingga Bayi Issa Dilarang Main Gadget
2. Menginjak Tangga dari Tebu
Anak selanjutnya dibimbing untuk menginjak tangga yang terbuat dari tebu "Arjuna" dan kemudian turun. Tebu merupakan singkatan dari Antebing Kalbu.
Diharapkan ke depannya, anak itu berperilaku seperti Arjuna, yang merupakan seorang pejuang sejati.
Diharapkan anak bisa berjalan dalam kehidupan dengan tekad dan penuh percaya diri seperti Arjuna yang heroik.
3. Diletakkan di Tumpukan Pasir
Usai menginjak tangga dari tebu, selanjutnya anak dipandu dua langkah dan diletakkan di atas tumpukan pasir.