Makna dan Arti Tedak Sinten, Meneruskan Warisan Budaya yang Sering Dilakukan Para Artis
Tedak sinten merupakan sebuah tradisi dalam adat dan budaya Jawa yang bertujuan agar anak dapat tumbuh kembang dengan menjadi sosok yang sukses
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Maudy Asri Gita Utami
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID- Tradisi tedak sinten sering dilakukan oleh beberapa arti tanah air.
Tedak sinten merupakan sebuah tradisi dalam adat dan budaya Jawa yang bertujuan agar anak dapat tumbuh kembang dengan menjadi sosok yang sukses di masa depannya.
Secara harfiah tedak siten adalah salah satu tradisi yang bersifat ritual dalam masyarakat Jawa yang berkaitan dengan lingkaran kehidupan manusia, seperti dikutip dari laman Peta Budaya Kemdikbud.
Tradisi Tedak Siten dilakukan pada anak masih bayi ketika pertama kali menginjakkan kaki ke tanah.
Dengan restu dari Tuhan maupun bimbingan dari kedua orang tuanya. Tradisi tedak siten ini sebenarnya sudah diselenggarakan sejak dahulu kala hingga kini sudah turun-temurun.
Selain menggambarkan doa dan harapan dari orang tua kepada buah hatinya, tradisi tedak siten ini juga dapat dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan karena telah diberi keturunan.
• Momen Tedak Siten Anak Nikita Willy dan Indra Priawan, Intip Aksi Gemes Issa Xander Djokosoetono
Beberapa artis ternama juga sudaj melakukan tedak siten untuk anak mereka seperti Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar, Nikita Willy - Indra Priawan , Ardina Rasti dan Arie Dwi Andika, Momo Geisha dan Nicola Reza Samudra, serta banyak lagi lainnya.
Mengutip Joglo Semar, tedak berarti "melangkah", dan "siten" berasal dari kata siti yang artinya "tanah atau bumi". Jadi, tedak siten memiliki makna "melangkah di bumi".
Upacara ini menggambarkan kesiapan seorang anak untuk menghadapi kehidupan yang sukses di masa depan, dengan berkah Tuhan dan bimbingan dari orang tua, sejak masa kecilnya.
Upacara tedak siten dilakukan ketika seorang anak perempuan atau laki-laki berusia 7 lapan karena 1 lapan sama dengan 35 hari, jadi umur anak saat mengadakan tedak siten berusia 245 hari (7 x 35 = 245 hari).
Hal ini karena pada usia ini, perkembangan anak sudah berada pada tahap berdiri, dan di momen ini kaki anak sudah bisa menginjak tanah.
Perlu diketahui juga bahwa ada lima hari Pasaran (pasar) dalam satu Selapan: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
• Sikap Atta Halilintar Disorot saat Istrinya Aurel Hermansyah Kena Body Shaming
Oleh karena itu, setiap hari diberi nama berbeda dalam satu periode Selapan.
Satu periode dari Minggu Legi hingga Sabtu Kliwon adalah 35 hari.
Itu namanya Weton dalam bahasa Jawa. Bagi orang Jawa, mengetahui hari Pasaran atau weton adalah sesuatu hal yang penting.