Lokal Populer

Pentingnya Sanitasi yang Bersih Untuk Ciptakan Lingkungan yang Sehat di Masyarakat

baru 363 Desa dari total 2129 Desa yang ada di Kalbar, yang sudah masuk kategori bebas buang air besar sembarangan

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Tri Pandito Wibowo
Kadiskes Prov Kalbar, Hary Agung Tjahyadi, saat ditemui di ruang kerjanya. Senin, 24 Oktober 2022. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - UNICEF merilis bahwa hampir 70 persen sumber air minum rumah tangga di Indonesia tercemar oleh limbah tinja, termasuk di Kalimantan Barat.

Menanggapi hal itu, Kadiskes Prov Kalbar, Hary Agung Tjahyadi, mengatakan bahwa memang baru 363 Desa dari total 2129 Desa yang ada di Kalbar, yang sudah masuk kategori bebas buang air besar sembarangan.

"Dari data 2129 Desa yang ada di Kalbar ini, memang baru 363 Desa yang sudah masuk kategori bebas buang air besar sembarangan," ucapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Senin 24 Oktober 2022.

"Tidak sampai 20 persen desa yang seluruh masyarakatnya itu menggunakan jamban keluarga," jelasnya.

Wagub Kalbar Nyatakan Kalbar Siap Jadi Tuan Rumah Pesparani Nasional ke IV Tahun 2025

Ia menjelaskan, dalam upayanya, Dinas Kesehatan Provinsi sudah melakukan program pemicuan yang disebut dengan program sanitasi total berbasis masyarakat.

Program tersebut telah dilakukan kepada sejumlah 1635 Desa/Kelurahan di Kalimantan Barat, atau sebesar 76.8 persen dari jumlah total Desa/Kelurahan yang ada.

"Artinya sudah 76.8 persen, ini sebenarnya sudah dilakukan upaya-upaya pemicuan kepada masyarakat, baik yang terkait dengan sosialisasi atau penggerakan masyarakat, terkait dengan penggunaan jamban keluarga untuk menjadi Desa ODF," tegasnya.

Program pemicuan tersebut adalah merupakan upaya untuk mewujudkan sebuah Desa/Kelurahan menuju Desa ODF (Open Defecation Free), atau tidak memiliki Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

"Nah memang sudah banyak Desa-desa yang dilakukan pemicuan, tetapi belum semuanya berhasil untuk setiap keluarga menggunakan jamban tadi," terangnya. 

Imbau Dirikan Jamban

Kadiskes Provinsi Kalbar, Hary Agung Tjahyadi, saat ditemui di ruang kerjanya, mengimbau masyarakat untuk mendirikan Jamban keluarga secara mandiri.

"Adanya jamban keluarga itu bagian dari mewujudkan lingkungan yang sehat," ucapnya, Senin 24 Oktober 2022.

Ia menjelaskan, dengan adanya jamban keluarga secara mandiri akan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Sehingga menghindari masyarakat dari segala macam bentuk penyakit.

Selain itu, lingkungan yang sehat juga sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Dan kemudian dapat menekan tingginya angka stunting di Kalbar.

"Lingkungan yang sehat akan menyebabkan orang yang tinggal di rumah tersebut di lingkungan itu, menjadi terhindar dari penyakit." ujarnya.

"Nah ini juga bagian dari intervensi menurunkan angka stunting, bagaimana anak-anak kita lahir kemudian hidup di lingkungan yang tidak sehat, akan mempunyai resiko yang besar terhadap penyakit, penyakit ini juga salah satu yang menyebabkan adanya masalah stunting di Kalbar," jelasnya.

Oleh karenanya, ia menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan upaya melalui program jamban keluarga sanitasi total berbasis masyarakat, untuk mewujudkan Desa ODF (stop buang air besar sembarangan).

"Jadi dengan adanya program jamban keluarga sanitasi total berbasis masyarakat, kemudian Desa ODF (stop buang air besar sembarangan), akan berpengaruh besar bagi resiko terjangkit penyakit, dan menurunkan angka stunting di Kalbar," ucapnya.

Selain itu juga, dengan tidak melakukan buang air besar sembarangan, akan menciptakan akses air bersih yang baik untuk dikonsumsi, atau kebutuhan sehari-hari lainnya.

"Jadi, selain sanitasi yang baik, sebenarnya adalah akses air bersih tadi yang dikonsumsi oleh keluarga yang ada di wilayah tersebut," ucapnya.

Beberkan Penyebab 

Kadiskes Provinsi Kalbar, Hary Agung Tjahyadi, mengatakan bahwa memang baru 363 Desa dari total 2129 Desa yang ada di Kalbar, yang sudah masuk kategori bebas buang air besar sembarangan.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang masih melakukan buang air besar sembarangan, khususnya di sungai.

Ia menjelaskan salah satu pemicu hal ini adalah topografi dan kebiasaan masyarakat yang hidup pelataran Sungai.

"Pertama saya kira secara geografis dan budaya masyarakat yang tinggal di pelataran Sungai," ujar Kadiskes Provinsi Kalbar, Hary Agung Tjahyadi.

Ia menjelaskan bahwa hal ini merupakan kebiasaan yang harus dirubah, mengingat pentingnya sanitasi yang bersih untuk menciptakan lingkungan yang sehat di tengah-tengah masyarakat.

"Ini yang harus dirubah perilaku kebiasaan tersebut, ini yang menjadi tentangan tersendiri," katanya.

"Karena ini adalah kebiasaan yang bertahun-tahun dilakukan oleh masyarakat, dan kemudian harus dinaikkan ke rumah mereka," ucapnya.

Sementara itu, merubah kebiasaan masyarakat menurutnya adalah bukan sesuatu yang mudah, sehingga diperlukan keterlibatan dan perhatian oleh masyarakat itu sendiri.

Sehingga setiap masyarakat sangat diharapkan untuk memiliki jamban keluarga secara mandiri.

"Sehingga sekali lagi, prosesnya adalah perubahan perilaku, dan perubahan perilaku ini adalah perubahan mindset yang kemudian sekali dilakukan sosialisasi kemudian mereka berubah," tuturnya.

"Tetapi justru adalah keterlibatan dari masyarakat sendiri, Sehingga program kami di kesehatan adalah proses pemicuan sebenarnya, tetapi pemicuan ini harus kemudian berhasilnya dari peran serta masyarakat sendiri, secara mandiri untuk membuat jamban keluarga di masyarakat tersebut," tutupnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved