Lokal Populer
Edi Kamtono Sebut Masih Banyak Potensi Identitas Kota Pontianak Untuk Branding Kota
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono hadir pada Tribun Pontianak Official Podcast dengan perbincangan bertema “Membranding Kota Pontianak”
Penulis: Muhammad Firdaus | Editor: Tri Pandito Wibowo
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Tepat 23 Oktober 2022 mendatang Kota Pontianak merayakan HUT ke-251. Pemerintah Kota Pontianak akan mengangkat tema 'Pontianak Kuat, Pontianak Hebat' dalam merayakan hari jadinya.
Rangkaian acara untuk memeriahkan HUT ke-251 Kota Pontianak di antaranya tarian jepin massal saat puncak HUT, serta pameran dan kegiatan lainnya seperti ziarah kubur, tahlil hingga upacara peringatan.
Berkenaan dengan itu Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono hadir pada Tribun Pontianak Official Podcast dengan perbincangan bertema “Membranding Kota Pontianak” pada Jumat 14 Oktober 2022 pagi.
"Ya tentu, memang di era sekarang ini harus membranding Kota kita, supaya citra Kota dan identitas Kota Pontianak ini bisa terkenal, dikala masyarakat melihat tugu khatulistiwa mereka sudah tau pasti ini Pontianak, sebagai Kota yang dilintasi tugu Khatulistiwa," ucap Edi Kamtono.
• Banjir Sanggau, Warga Mulai Mengungsi ke Gedung Pertemuan Kecamatan Mukok
"Dan ini merupakan anugerah, anugerah alam yang patut kita syukuri, dan tidak semua Kota di Indonesia tepat dilewati garis Khatulistiwa atau titik kulminasi." tambahnya.
"Sehingga dengan adanya tugu pada tahun 1928 dibangun oleh Belanda yang sekarang kita jadikan monumen ini sudah menjadi branding Kota Pontianak sejak jaman dahulu," tegasnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa tidak hanya Pontianak sebagai Kota Khatulistiwa saja yang terus dibranding oleh Pemkot.
"Tapi masih banyak lagi yang masih bisa kita branding, terkait dengan infrastruktur, dengan budaya, dengan kesenian, maupun wisata lainnya ataupun aktivitas masyarakatnya," ucapnya.
"Misalnya gini, minum kopi, dia teringat dengan Kota Pontianak, karena Pontianak mempunyai kopi yang enak," jelasnya mencontohkan.
Ia pun menjelaskan, saat ini Pemerintah Kota Pontianak terus melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan branding yang sudah terbentuk pada monumen tugu Khatulistiwa tersebut.
"Tugu sekarang monumennya direhap ini, kita perbaiki, kita restorasi sebaik mungkin. Contohnya Masjid Jami' ya, Masjid Jami' kita restorasi dikembalikan ke bentuk aslinya, dengan material-material yang sama," ucapnya.
"Sehingga itu bisa bertahan, artinya sampai seumur hidup, sampai Dunia ini masih ada dia tetap berdiri tegak. Nah tugu juga demikian," jelasnya.
Edi Kamtono menyebut keberadaan Pontianak sebagai Kota Khatulistiwa pun diperingati sebanyak 2 kali dalam setahun, yakni setiap tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September yang diberi nama pesona titik Kulminasi atau dikenal juga dengan sebutan hari tanpa bayangan.
Branding Pontianak sebagai Kota Khatulistiwa pun, kata Edi Kamtono, tidak hanya digaungkan pada setiap momentum peringatan saja, melainkan juga selalu tersemat pada setiap kesempatan event-event besar lainnya yang diselenggarakan di Kota Pontianak.
"Di situ kan ada aktivitas, yang melibatkan semua unsur, tidak hanya masyarakat Kota Pontianak tapi juga masyarakat Indonesia maupun Dunia ya, kita ajak untuk memperingati peristiwa alam tersebut di tugu," ucapnya.
"Nah dampak lainnya itu sangat besar, terhadap semangat atau produktivitas, terhadap perekonomian, itu pasti akan terjadi."
"Sehingga, label Khatulistiwa, Equator, Tugu, ini kita jadikan brand di setiap aktivitas. Misalnya sport tourism Pontianak Khatulistiwa maraton misalnya, terus triatlon Khatulistiwa, fun bike Khatulistiwa, festival Kulminasi, jadi semuanya bermuara kepada adanya tugu tersebut, adanya Kota Pontianak yang dilewati garis Khatulistiwa," jelasnya.
Smart City
Walikota Pontianak Edi Kamtono hadir dalam kesempatan diskusi bersama Tribun Pontianak Official Podcast, yang mengangkat tema "Membranding Kota Pontianak" hari ini Jumat 14 Oktober 2022.
Edi Kamtono menjelaskan dalam upaya membranding Kota Pontianak, Pemkot mencoba melihat potensi-potensi yang ada yang disesuaikan dengan topografi, kebiasaan, maupun kebudayaan masyarakat Kota Pontianak ini sendiri.
Selain itu, kata Edi Kamtono, dari Pontianak sebagai Kota Khatulistiwa yang telah terbranding dengan cukup baik sejauh ini, masih banyak lagi potensi-potensi lain yang dapat dijadikan sebagai sebuah identitas.
"Yang tadi sudah kita dapat adalah tugu (tugu Khatulistiwa), yang kedua adalah Sungai Kapuas, setelah bangunan-bangunan sejarah seperti Masjid Jami' dan Keraton Kadariah, setelah itu ada bangunan-bangunan yang memiliki nilai budaya ataupun cagar budaya yang tinggi," ucapnya.
"Karena itu harus kita pertahankan harus kita jadikan narasi dalam proses pembangunan berkelanjutan," sambungnya.
Selain itu, ia juga menjelaskan upaya lain untuk membranding Kota Pontianak sesuai dengan era modernisasi saat ini adalah melalui pembangunan infrastruktur dan transportasi yang memadai.
"Adanya jembatan Kapuas 1 (pembangunan duplikasi), jembatan landak, dengan bentuk yang seperti sekarang, ini juga menjadi branding," ucapnya.
"Jadi kalau kita lihat, ada sungai ada jembatan panjang seperti ini, oh, ini pasti sungai Kapuas ini," jelasnya.
Edi Kamtono menambahkan bahwa ada hal lain yang juga dapat menjadi branding tersendiri untuk Kota Pontianak adalah kultur kebiasaan dan budaya masyarakat. Salah satunya adalah kecintaan masyarakat terhadap kopi, yang terbukti dengan banyaknya warkop-warkop (warung kopi) yang ada di Kota Pontianak ini.
Sehingga banyak masyarakat yang menjuluki Pontianak ini dengan sebutan 'Kota seribu warung kopi'.
"Sekarang kita lihat cafe, warung kopi dimana-mana, dan ini tidak hanya di Pontianak sebenarnya, banyak di beberapa Kota. Tapi, kekuatan Pontianak ini tentu ada kelebihannya," ucapnya.
"Artinya masyarakat Pontianak lebih banyak beraktivitas diluar rumah terutama di warung kopi dan cafe di setiap aktivitasnya."
"Misalnya kalau mau mereka ke warung kopi, kalau mau belajar mereka ke warung kopi, mau ketemu teman ataupun diskusi mereka di warung kopi, sehingga warung kopi sangat kuat sebagai budaya," jelasnya.
Edi mengatakan, dari semua hal di atas yang dapat dijadikan sebagai branding untuk Kota Pontianak ini, harus didukung oleh citra yang positif pula dari semua kalangan, baik Pemerintah sendiri maupun Masyarakat.
"Saya rasa ini juga merupakan potensi yang kuat, selama branding ini bernilai positif, nge-band kan ada juga yang negatif," ucapnya.
"Wah Kota Pontianak ini kalau isu yang pendatang datang tidak aman, misalnya sering terjadi kriminalitasnya tinggi. Itu juga branding Kota yang negatif, sehingga masyarakatnya takut keluar malam, takut datang," jelasnya.
Oleh karenanya ia branding semacam itu tersebut, tidak berlaku untuk Kota Pontianak.
Sehingga apabila branding yang muncul ke masyarakat luar adalah positif, maka akan memicu peningkatan kunjungan wisatawan ke Kota Pontianak ini.
"Tapi kalau branding Kota Pontianak ini Masyarakatnya ramah, aman, bersih, misalnya seperti itu, itu sudah membranding sendiri," ucapnya.
"Sehingga orang akan, wah kita ke Pontianak ini akan lebih asik, gitu," jelasnya.
Selain itu Edi juga menjelaskan, bahwa Pemkot Pontianak saat ini juga sedang terus melanjutkan pembangunan infrastruktur-infrastruktur dasar yang wajib untuk dilengkapi.
Melalui infrastruktur yang lengkap dan berkualitas pula, Pontianak dengan sendirinya akan terbranding sebagai Kota yang maju dengan fasilitas-fasilitas yang lengkap dan memadai.
"Sarana prasarana dasar yang kita bangun selama ini, itu sudah menuju Kota smart, kita masuk 100 Kota smart yang dimonitor dan dibimbing oleh Kominfo," ucapnya.
"Dan tahun 2021 kita juga mendapat penghargaan dari Kominfo, menuju Kota smart city, yaitu smart branding," sambungnya.