Wakil Bupati Mempawah Nilai Masyarakat yang Rukun Menjadi Modal Utama Bagi Kemajuan Suatu Daerah
Muhammad Pagi percaya, FKUB Kabupaten Mempawah yang diisi tokoh-tokoh yang familiar dapat bersama-sama pemerintah daerah menjaga Kabupaten Mempawah
Penulis: Ramadhan | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Wakil Bupati Mempawah, Muhammad Pagi, menghadiri dan membuka secara resmi Sosialisasi Moderasi Beragama dan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 tahun 2006 yang dilaksanakan oleh FKUB Kabupaten Mempawah, di Rumah Budaya Melayu Mempawah, Selasa 27 September 2022.
Pada kesempatan itu, Muhammad Pagi menerangkan, bahwa masyarakat yang rukun menjadi modal utama bagi kemajuan suatu daerah.
“Mari kita bersinergi untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, ingat masyarakat yang rukun menjadi modal utama bagi kemajuan suatu daerah," katanya.
Muhammad Pagi percaya, FKUB Kabupaten Mempawah yang diisi tokoh-tokoh yang familiar dapat bersama-sama pemerintah daerah menjaga Kabupaten Mempawah agar tentram dan damai.
• FKUB Mempawah Gelar Sosialisasi Moderasi Beragama
"Saya atas nama Pemda Kabupaten Mempawah mengucapkan terima kasih FKUB telah berkontribusi menciptakan masyarakat yang tentram, damai dan harmonis,” kata Muhammad Pagi.
Muhammad Pagi menegaskan, Pemerintah Daerah memberikan sokongan untuk energi dalam meningkatkan peran di tengah masyarakat.
"Kalau ada masalah, harus kita selesaikan dengan arif dan bijak. Jangan saling menyalahkan antara satu dengan yang lain, tetapi harus saling memperbaiki. Demi bersama-sama mewujudkan masyarakat yang cerdas, mandiri dan terdepan,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat, KH Syahrul Yadi menjelaskan, Wajah Indonesia ke depan akan ditentukan sukses tidaknya implementasi moderasi beragama.
"Yaitu corak beragama yang mengambil jalan tengah (tidak ekstrem kanan dan ekstrem kiri),” ujarnya.
Syahrul Yadi menjelaskan, kedepan tantangan FKUB makin berat. Diantara yang melatarinya adalah pertama, media sosial jadi tantangan dalam menciptakan kondisi yang kondusif, kemudian syahwat kolonial, yakni syahwat ingin menjajah.
"Indonesia jadi ladang pertarungan blok Barat, Amerika dan blok Timur, China. Indonesia menjadi pasar ekonomi yang luar biasa, karena jumlah terbesar keempat penduduk dunia,” katanya dengan semangat berapi-api.
Selanjutnya menurut Syahrul Yadi yang menjadi tantangan FKUB ialah organisasi tradisional.
"Dia ada beroperasi di Indonesia, pusatnya berada di luar negeri. Kasus di Sintang menjadi contoh nyata. Ketiga, solidaritas identitas. Memperjuangkan kelompoknya mati-matian. Ini menjadi kelemahan berfikir dan membahayakan keutuhan bangsa dan mencederai Bhinneka Tunggal Ika. Berpikiran subjektif dan sempit,” jelasnya.
“Keempat, bias pesta demokrasi. Bicara politik semuanya menjadi dibikin halal. Politik identitas menjadi efek bias demokrasi. Kelima, subjektifitas beragama. Ketika di mimbar umum, tidak dibenarkan mencela agama lain. Bicara soal Indonesia dan bicara semangat menjaga moderasi dalam beragama,” terangnya lagi.
Syahrul Yadi menjelaskan, mengatasi persoalan tersebut ada alternatif solusi yang ditawarkan, yakni Penguatan moderasi beragama, dengan program prioritas Kementerian Agama.