Lokal Populer

Fahrur Rofi Ajak Masyarakat Bantu Percepatan Penurunan Stunting dan Perbaikan Gizi Masyarakat Sambas

menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tingkat nasional tahun 2021 prevelensi stunting sudah mencapai 24,04 persen

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Wakil Bupati Sambas Fahrur Rofi. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Wakil Bupati Sambas Fahrur Rofi mengajak seluruh masyarakat untuk membantu percepatan penurunan stunting dan perbaikan gizi masyarakat di Kabupaten Sambas, Minggu 11 September 2022.

"Berdasarkan Perpres No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Pada Pasal 5 ayat (1) disebutkan target yang harus dicapai adalah 14 persen pada tahun 2024," kata Wakil Bupati Sambas Fahrur Rofi.

Fahrur Rofi, mengungkapkan, bahwa menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tingkat nasional tahun 2021 prevelensi stunting sudah mencapai 24,04 persen. Sedangkan, ucap dia, target yang harus dicapai pada tahun 2024 prevelensi stunting harus di angka 14 persen.

"Berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tingkat nasional tahun 2021 prevelansi stunting sudah mencapai 24,04 persen, angka prevelansi stunting untuk Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 29,08 persen dan Kabupaten Sambas di tahun 2021 prevelansi stunting mencapai 32,6 persen," ucapnya.

Menikah di Usia 20 Tahun Kebawah Cenderung Sebabkan Stunting

Data tersebut berarti, imbuh dia, bahwa pihaknya harus menurunkan 18,6 persen kasus stunting pada balita dalam kurun waktu 3 tahun mendatang. Sehingga untuk mencapai itu, perlu kerja keras dari semua stakeholder.

Sebelumnya, Wakil Bupati Sambas Fahrur Rofi menghadiri Rapat Koordinasi Audit Kasus stunting Kabupaten Sambas Tahun 2022 bersama Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Drs. H. Ria Norsan, M.M., M.H., di Aula Hotel Pantura Jaya Sambas, pada Kamis 8 September 2022 lalu. 

Dia menjelaskan, berdasarkan Perpres No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting terdapat lima strategi nasional dalam percepatan penurunan stunting. 

"Diantaranya strategi yang dimaksud yaitu pertama peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan di kementerian atau lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten dan kota, dan pemerintah desa," ujarnya.

Penjelasan Stunting

Kalimantan Barat (Kalbar) termasuk salah satu Provinsi yang cukup tinggi dalam hal prevalensi stunting, yaitu 29,8 persen. Atas kenyataan ini, Tim Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Kalimantan Barat pun telah bertekad untuk menurunkan angka stunting menjadi 25,49 persen di penghujung tahun 2022 ini.

Sebelum membahas lebih jauh tentang Stunting. Ada baiknya terlebih dahulu kita pahami apa itu Stunting?

dr. Eka Ardiani Putri, MARS selaku Dokter & Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura sekaligus sebagai Kepala Laboratorium OSCE (Objective Structured Clinical Examination) Universitas Tanjungpura dan Département Public Health Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura menjelaskan tentang apa itu stunting dan cara pencegahannya.

Stunting merupakan masalah gizi yang cukup signifikan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan si Kecil. Stunting artinya mempengaruhi sekitar 162 juta balita di seluruh dunia, dan 8 juta balita di Indonesia hal ini berdasarkan data Riskedas tahun 2013. Terdapat satu dari empat orang anak balita mengalami stunting.

Keadaan stunting atau balita bertubuh pendek merupakan indikator masalah gizi dari keadaan yang berlangsung lama. Seperti masalah kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, pola asuh, dan pemberian asupan makanan yang kurang baik dari sejak si Kecil lahir. Akibatnya, si Kecil tidak tumbuh sesuai dengan indikator tinggi badan yang ideal sesuai usianya.

“Ketika balita mengalami stunting artinya selain mengalami gangguan pertumbuhan, umumnya memiliki kecerdasan yang lebih rendah dari anak balita normal. Selain itu, anak balita stunting lebih mudah menderita penyakit tidak menular ketika dewasa dan memiliki produktifitas kerja yang lebih rendah. Dengan menanggulangi stunting pada si Kecil sejak dini, Ibu turut meningkatkan kualitas hidupnya di masa depan,” ujarnya.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan meliputi kesehatan dan gizi ibu yang buruk, asupan makanan si Kecil yang tidak memadai, dan infeksi. Secara khusus, hal ini meliputi status gizi dan kesehatan Ibu sebelum, selama dan setelah kehamilan yang ikut berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan awal anak.

Lebih lanjut dr. Eka menjelaskan, faktor lain dari sisi Ibu yang dapat menyebabkan stunting meliputi perawakan anak yang pendek, jarak kelahiran terlalu dekat, dan kehamilan remaja, yang mengganggu asupan nutrisi ke janin. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan nutisi untuk pertumbuhan ibu yang masih remaja.

"Faktor lainnya dari segi nutrisi meliputi asupan makanan untuk si Kecil yang tidak memadai, termasuk pemberian ASI yang belum optimal (non-eksklusif ASI) dan makanan pendamping ASI yang terbatas dalam kuantitas, kualitas dan variasinya," jelasnya.

Pemantauan tinggi badan dibutuhkan untuk menilai normal tidaknya pertumbuhan anak. Deteksi dini terhambatnya pertumbuhan diperlukan untuk memberikan terapi lebih awal, sehingga memberikan hasil yang baik dan mencegah stunting lebih dini.

dr. Eka yang juga sebagai Pengurus IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Wilayah Kalimantan Barat menyarankan agar pengukuran tinggi badan dan berat badan harus diukur dan dipantau berkala, minimal pada waktu-waktu bayi umur < 1> 3 - 21 tahun : setiap 6 bulan.

Selain menjelaskan tentang stunting dan factor yang mempengaruhi terjadinya stunting, Dosen Akbid Aisiyah Pontianak ini juga memberikan tips atau cara untuk mencegah stunting.

Gelar Peringatan Peringatan HKG PKK ke-50, Tim Penggerak PKK Melawi Angkat Isu Stunting

Cara Penanggulangan Stunting

Ibu dapat melakukan tindakan yang memiliki dampak langsung pada pencegahan dan penanggulangan stunting dengan mengatasi penyebab-penyebab yang sudah dibahas di atas. Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan meliputi:

  1. Pada ibu hamil
    Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting.
    Ibu hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dalam jumlah yang cukup. Apabila Ibu mendapati berat badan yang berada di bawah normal atau kondisi Kurang Energi Kronis (KEK), maka Ibu perlu diberikan asupan makanan tambahan.
    Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
    Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
  2. Pada saat bayi lahir
    Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Bayi sampai dengan usia 6 bulan eksklusif diberi Air Susu Ibu (ASI) saja.
  3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
    Mulai usia 6 bulan, selain ASI, bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, dan imunisasi dasar yang lengkap.
  4. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga. Kebersihan rumah, lingkungan & bayi atau anak.

“Stunting atau kondisi balita pendek dapat dicegah dengan langkah-langkah yang dilakukan sejak dini. Pencegahan dapat dilakukan semenjak si Kecil masih dalam kandungan dan pada saat 1000 hari petama kehidupannya. Pemberian asupan nutrisi yang tepat dan seimbang dapat menghindarkan si Kecil dari masalah stunting. Salam sehat anak Bangsa khususnya anak-anak di Kalimantan Barat,” pungkasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved