Lokal Populer

Dampak Kenaikan BBM Diperkirakan Akan Ada Penyesuaian Harga Bahan Pokok

tidak menutup kemungkinan bahwa harga dari bahan pokok tersebut akan mengalami penyesuaian harga kedepannya.

TRIBUNPONTIANAK/SAHIRUL HAKIM
Ilustrasi Sembako - Dampak kenaikan harga BBM diperkirakan akan mempengaruhi harga bahan pokok di Pontianak dalam waktu dekat 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak, Junaidi, mengatakan bahwa harga bahan pokok di Kota Pontianak, pasca kenaikan harga BBM masih belum terjadi kenaikan yang signifikan.

Hal tersebut menurutnya karena pedagang masih menggunakan stok lama, sehingga para pedagang tersebut belum melakukan penyesuaian harga.

Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa harga dari bahan pokok tersebut akan mengalami penyesuaian harga kedepannya.

Untuk telor kata dia, sampai saat ini di pasar induk Flamboyan Kota Pontianak masih di kisaran harga Rp. 1.600 - Rp. 2.000 tergantung ukuran. Sementara, untuk cabai lokal perkilonya Rp. 52.000, dan cabai antar pulau Rp. 70.000 perkilo.

Pasca Diumumkannya Kenaikan Harga BBM, Kapolsek Kapuas Monitoring Harga Sembako 

“Untuk sementara di pasar induk, kebetulan saya tadi turun karena ada kegiatan. Kalau untuk yang selama ini telor itu berkisaran 16,17,18,19 paling tinggi,” ujarnya, Rabu, 7 September 2022.

“Dan demikian juga kalau harga cabai lokal itu 52 rb, kalau cabai antara pulau itu 70 an rb. Jadi sementara belum signifikan,” timpalnya.

Lanjut Junaidi, yang mengalami kenaikan harga yaitu daging ayam ras yang sebelumnya Rp. 26.000 per kg naik menjadi Rp. 28.000 per kg

Sementara untuk daging sapi dari yang sebelumnya Rp. 130.000 perkilo menjadi Rp. 150.000 - Rp. 160.000 perkilonya.

“Ayam itu ada kenaikan, itupun kenaikan dari yang lalu sekitar seribuan rupiah,” katanya.

“Penyebabnya sejak penyakit PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) mungkin ketersediaan stok di masing-masing daerah, kemarin juga baru habis Idul Adha juga mungkin ketersediaannya berkurang,” terangnya.

BBM Satu Harga

M Wawan Gunawan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Pontianak mengatakan sedikit banyak kenaikan ini berdampak langsung kepada masyarakat di seluruh Indonesia, dan tidak terkecuali di Kalimantan Barat.

Harga BBM eceran khususnya Pertalite, telah melonjak siginifikan di Kota Pontianak saja pengecer mematok harga hingga Rp 12.000 untuk setiap liternya.

"Di Kota Pontianak misalnya, BBM jenis Pertalite di jual Rp 11.500 sampai dengan Rp 12.000 di eceran," ucapnya, Rabu, 7 September 2022.

Polsek Ketungau Tengah Gelar Pengobatan Umum dan Salurkan Bantuan Sembako kepada Korban Banjir

Kenaikkan yang juga sangat signifikan terjadi di beberapa daerah pedalaman di Kalbar termasuk daerah perbatasan Malaysia, menurut informasi yang ia dapat harga BBM eceran ini bahkan naik hingga menyentuh angka Rp. 14.000 untuk setiap liternya.

"Di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas misalnya disana harga BBM jenis Pertalite mencapai Rp 12 sampai dengan Rp 13 ribu/liter. Di daerah perbatasan lainnya, seperti di Kecamatan Paloh juga tidak jauh berbeda, bahkan ada yang menyentuh angka Rp 14 ribu untuk setiap liternya. Lalu kemudian daerah-daerah seperti Kabupaten Melawi, harga di eceran pun berkisar di angka Rp 12-13 ribu/liter," ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa hal ini dikarenakan daerah-daerah tersebut jauh dari SPBU, hingga daerah-daerah ini menjadi sangat terdampak mengingat biaya operasional yang tinggi.

"Pasalnya, daerah-daerah seperti Desa Temajuk, yang ada di Kecamatan Paloh dan jauh dari SPBU tentu akan menjadi daerah yang paling terdampak," ucapnya.

Menurutnya sebenarnya pemerintah pusat memiliki program BBM satu harga untuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Sehingga semestinya program ini dapat dijalankan dengan baik guna mendorong keadilan sosial untuk seluruh masyarakat khususnya di daerah-daerah 3T.

"Pemerintah memiliki kebijakan BBM Satu Harga. Program ini merupakan program Pemerintah agar masyarakat di daerah 3T di luar Jawa dapat menikmati harga BBM yang sama dengan di pulau Jawa. Sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud serta dapat terwujud serta memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah, khususnya 3T," ucapnya.

Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan ini nantinya akan tersentralisasi di pusat-pusat supplier BBM, seperti SPBU. Karena sampai saat ini belum ditemukan implementasi dari kebijakan ini di level terendah, termasuk didaerah yang jauh dari SPBU.

"Karenanya, momentum penyesuaian harga BBM bersubsidi yang baru ditetapkan oleh pemerintah dalam beberapa hari terakhir, dirasa tepat untuk bisa mewujudkan mimpi BBM satu harga di seluruh wilayah Indonesia," ucapnya.

Karena tidak dapat dipungkiri, bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi ini sudah pasti akan berdampak luas pada perekonomian masyarakat. Terutama untuk daerah yang jauh dari akses SPBU.

"Harapannya, agar pemerintah juga bisa menekan angka inflasi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM. Dengan demikian, geliat perekonomian masyarakat yang baru tumbuh pasca pandemi Covid-19 bisa tetap terjaga, dan daya beli masyarakat tidak menurun," tutupnya.

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved