Harga Tiket Pesawat Masih Mahal - Garuda Beri Saran Baru ke Pemerintah

Pemerintah sebelumnya sempat mengabarkan Harga Tiket Pesawat bakal mengalami penurunan sekitar 15 persen.

Editor: Rizky Zulham
KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RIZKY ZULHAM
Pesawat Garuda Indonesia - Harga Tiket Pesawat Masih Mahal - Garuda Beri Saran Baru ke Pemerintah. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Hingga saat ini Harga Tiket Pesawat masih mahal dan belum mengalami penurunan hampir di semua Maskapai di rute penerbangan domestik Dalam Negeri maupun Luar Negeri.

Pemerintah sebelumnya sempat mengabarkan Harga Tiket Pesawat bakal mengalami penurunan sekitar 15 persen.

Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF) Andi Fahrurrozi mengatakan pihaknya turut berupaya menekan Harga Tiket Pesawat.

Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan perawatan pesawat sehingga berdampak positif terhadap beban operasional.

"Salah satu yang sedang kita lakukan dengan asosiasi Maintenance Repair and Overhaul (MRO) adalah kita sudah mulai workshop dan berdiskusi intens dengan Kemenperin untuk membahas mengenai biaya masuk dan pajak dalam rangka impor untuk material dan komponen pesawat," kata Andi dalam konferensi pers secara virtual, Jumat 2 September 2022.

Harga Tiket Pesawat di Daerah Ini Mulai Subsidi, Harga Rp 2 Juta Kini Sisa Rp 300.000

Andi menyarankan agar pemerintah memberikan insentif khusus untuk MRO pesawat. Hal ini dinilai penting agar dapat mengurangi beban biaya perawatan pesawat bagi maskapai.

"Dan juga bisa langsung menurunkan harga tiket pesawat," ujarnya.

Selain itu, Andi mengatakan pihaknya telah mengesahkan Laporan Tahunan tahun buku 2021 dengan membukukan pendapatan usaha sebesar 210,6 juta dollar AS.

Sementara itu, kerugian bisa ditekan hingga 70 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 311,3 juta dollar AS menjadi 94,5 juta dollar AS.

Ia mengatakan pendapatan tersebut merupakan hasil dari upaya pemulihan berkelanjutan yang digalakkan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

"Langkah pemulihan berkelanjutan tersebut diwujudkan dengan perbaikan kinerja fundamental melalui strategi menjaga bisnis lebih lean dan mengatur belanja modal agar lebih efektif," ucap dia.

Tambah Armada

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nduga, Papua, mulai memberikan subsidi penerbangan bagi masyarakat yang hendak berpergian dengan beberapa rute yang ditentukan.

Program tersebut berlaku pada penerbangan pesawat tipe pilatus dan caravan milik PT Assosiated Mission Aviation (AMA).

"Selama ini masyarakat mengeluh harga tiket mahal. Makanya saat ini kami buat program tersebut supaya masyarakat bisa terbantu," ujar Penjabat Bupati Nduga, Namia Gwijangge, melalui keterangan tertulis, Senin 5 September 2022.

Berubah! Aturan Baru PPKM Mulai Hari Ini - Cek Lagi Syarat Naik Pesawat Terbaru

Melalui subsidi itu, harga tiket pesawat di Nduga turun drastis.

Namia menyebut, sebelum disubsidi, tarif normal penerbangan antar-distrik di Nduga atau Kenyam-Mimika bisa mencapai Rp 2 juta per orang.

Namun, dengan subsidi tersebut, tarif penerbangan turun cukup jauh.

"Tarif tiket pesawat subsidi sendiri sebesar Rp 300.000 untuk dewasa dan Rp 200.000 untuk anak-anak," kata Namia.

Subsidi penerbangan di Kabupaten Nduga ini akan melayani sejumlah rute penerbangan.

Yakni, rute Timika-Kenyam-Paro, Yeretma-Yuguru-Kuyawage. Subsidi berlaku pulang pergi setiap hari menggunakan pesawat caravan.

Kemudian yang menggunakan pesawat pilatus akan melayani rute Wamena-Kenyam-Gearek-Kilmid-Alama dan rute Iniye-Pilini-Sipogol-Enggolok-Musiarem.

Menurut Namia, program subsidi penerbangan ini sangat penting bagi warga Nduga karena hampir seluruh distrik di wilayah yang masih rawan gangguan keamanan tersebut belum bisa diakses dengan jalur darat.

"Pemimpin harus mendengar dan dapat memberikan solusi-solusi persoalan yang dihadapi masyarakat dan hal inilah yang saya selalu berusaha lakukan," tuturnya.

Bob Kayadu, salah satu warga Nduga, mengaku sangat antusias dengan program subsidi penerbangan. Sebab, selama ini masyarakat kesulitan untuk berpergian.

Menurut Bob, penerbangan menjadi solusi paling praktis karena dibutuhkan waktu berhari-hari untuk masyarakat pergi ke ibu kota Nduga di Distrik Kenyam dengan berjalan kaki.

"Selama ini kalau masyarakat ada keperluan terpaksa jalan kaki, bisa 3 sampai 4 hari baru sampai. Kalau yang punya uang bisa naik pesawat yang harganya mahal dan jadwalnya tidak rutin," tutur Bob.

Karenanya, ia berharap program tersebut bisa terus ada sampai akses transportasi darat dapat terbuka.

"Kalau boleh subsidi ada terus sampai ada jalan dibuka," ungkapnya.

(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved