Petani Sawit Sambas Ungkap Harga TBS Merangkak Naik, Reza : Masih Jauh Dari Normal

"Alhamdulillah ini sangat bagus, harga sawit sudah mulai ada kenaikan, berarti pemerintah sudah berupaya untuk meningkatkan harga sawit," katanya.

Penulis: Imam Maksum | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa/Yudi
Dua petani sawit di Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas sedang menaikkan TBS ke dalam pikap. Istimewa/ Yudi 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Harga Tandan Buah Segar ( TBS ) Sawit di Kabupaten Sambas perlahan merangkak naik.

Meski tipis kini harganya hampir mencapai Rp1.800 per kilogram, Jumat 12 Agustus 2022.

Satu diantara petani sawit Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, bernama Reza mengungkapkan harga TBS sawit merangkak naik.

Reza merasa bersyukur atas kenaikan sawit setelah beberapa bulan terakhir anjlok.

"Hingga saat ini, per 10 Agustus 2022 kemarin TBS terpatok diharga tertinggi Rp1,775 per kilogramnya, harga tersebut dilihat dari PT RWK Kabupaten Sambas," ucapnya.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Sorot Kelangkaan Solar, Dorong Bangun Tangki BBM yang Lebih Besar

Dia mengatakan kenaikan harga TBS adalah buah dari upaya pemerintah daerah meningkatkan harga sawit.

"Alhamdulillah ini sangat bagus, harga sawit sudah mulai ada kenaikan, berarti pemerintah sudah berupaya untuk meningkatkan harga sawit," katanya.

Dia mengatakan bahwa harga normal sawit dengan harga sekarang masih berselisih setengah harga. Dia melanjutkan, harga itu masih jauh untuk mengejar harga normal, terutama harga TBS masih belum jelas karena tidak stabil.

"Sejatinya harga normal sawit itu berada di atas angka Rp3.000, tetapi hingga saat ini sebenarnya harga juga masih turun naik, sudah beberapa kali seperti itu," kata Reza menjelaskan.

Dia berharap pemerintah terus mengupayakan kenaikan harga sawit, mengingat sebagian besar sumber perekenomian masyarakat Kabupaten Sambas bergantung pada harga sawit.

"Saya sangat mengharapkan perhatian pemerintah terhadap petani sawit mengenai harga TBS, tidak hanya pemilik yang menguntungkan, tapi banyak orang yang menerima upah maupun bekerja untuk mengurus sawit," harapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved