Sejarah Gereja Sion yang Jadi Cagar Budaya Gereja Tertua di Jakarta Dibangun Zaman VOC
Gereja Sion menjadi gereja tertua di Jakarta. Gereja yang dibangun pada zaman VOC ini masih digunakan hingga saat ini.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Gereja Sion menjadi gereja tertua di Jakarta.
Gereja yang dibangun pada zaman VOC ini masih digunakan hingga saat ini.
Disadur dari cagarbudaya.kemdikbud.go.id, Situs Cagar Budaya Gereja Sion Jakarta merupakan gereja tertua di Jakarta yang masih digunakan hingga saat ini.
Gereja tertua yang didirikan di Batavia adalah Oude Koepelkerk pada tahun 1626, yang khusus diperuntukkan bagi pekerja perusahaan dagang.
Sejak saat itu Jemaat Portugis memiliki tiga gedung gereja yaitu Portugese Binnenkerk (Gereja Portugis di dalam Tembok Kota), Portugese Buitenkerk (Gereja Portugis di luar Tembok Kota), dan Gereja Kampung Tugu.
• Mengenal Gereja Katedral Milan dengan Arsitektur Gothik Termasyhur di Seluruh Eropa
Portugese Binnenkerk merupakan sebuah bangunan dari batu yang didirikan antara tahun 1669 hingga 1672 dan diresmikan pada tahun 1673 yang pada mulanya dimaksudkan untuk melayani kebaktian berbahasa Melayu sekaligus jemaat Mardijkers berbahasa Portugis.
Dalam perkembangannya, ternyata gereja tersebut terutama digunakan oleh jemaat berbahasa Portugis, sehingga akhirnya dikenal sebagai Portugese Binnenkerk.
Namun, gereja yang berdiri di sekitar Jalan Kopi dekat Jembatan Kali Besar modern ini terbakar habis dan sebuah gereja darurat yang terbuat dari bambu dibangun di luar tembok kota, di sisi Timur, dimana terdapat sebuah jemaat besar Mardijkers dan Kristen Pribumi.
Dalam perkembangannya, pondok terbuka yang sangat sederhana di luar tembok kota itu dianggap tidak memadai lagi sebagai tempat ibadah orang Mardijkers.
Akhirnya, pada tanggal 11 Juli 1692, para pembesar VOC dan gereja di Batavia menyetujui pembangunan De Nieuwe Portugese Buitenkerk (Gereja Portugis baru di luar tembok kota).
Gereja ini dibuat oleh Ewout Verhagen Rotterdam dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Pieter van Hoorn, seorang pensiunan penasihat Pemerintah.
Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis ini dibangun di sebelah tenggara tembok kota.
Portugeesche Buitenkerk ini dibangun diatas tanah hibah dari Karel Reiniersz.
Pembangunan gereja selesai pada 23 Oktober 1695.
Di hari yang sama, dilakukan khotbah pertama dalam bahasa Belanda oleh Pendeta Theodarus Zas.
Pada awalnya, gereja ini diperuntukan bagi orang-orang Portugis.
Sejak diresmikan penggunaannya sebagai tempat kebaktian tahun 1695, gereja ini telah dua kali berganti nama. Tahun 1942, nama Gereja Portugis sempat dilarang oleh pemerintah penjajah Jepang dan ditutup selama dua tahun.
Sesudah pendudukan Jepang berakhir dan Belanda kembali berkuasa, maka seorang pendeta Inggris bernama Charles Poire (1946) berhasil membuka kembali gereja ini.
Pada tahun 1951, gereja ini disebut dengan nama Gereja Sion oleh Pendeta Charles Poire.
Pada tahun 1965 Gereja Sion beroleh nama baru menjadi Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Jemaat Sion.
Gereja ini tetap lebih dikenal dengan nama Gereja Sion hingga kini.
• Paus dari Masa ke Masa, Pemimpin Gereja Katolik Roma Tertinggi
Sejak tahun 1972, Pemda DKI Jakarta menetapkan bangunan Gereja Sion ini menjadi salah satu bangunan bersejarah yang dilindungi Pemda DKI.
Pada tahun 1725, dilakukan perubahan pada bangunan gereja.
Bentuk bangunan yang berubah adalah bagian serambi yang terdapat dua buah pilar bulat dan bagian atasnya ditopang dengan enam tiang dari bata.
Pemugaran selanjutnya dilakukan pada 1992/1993 oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
(*)
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News