Kisah Bayi Tanpa Tempurung Kepala
Bayi Tanpa Tempurung Kepala di Sungai Pinyuh Mempawah Sempat di Diagnosa Hanya Berumur 7 hari
Mulyadi, ayahanda dari Al Qori Ramadhan bercerita kepada awak media. Dirinya mengatakan semenjak istrinya hamil tidak ada gejala apapun, dan bahkan sa
Penulis: Ramadhan | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Al Qori Ramadhan, bayi berusia 1,2 tahun, anak pertama pasangan dari Mulyadi dan Sarkiah lahir dalam kondisi tanpa tempurung kepala pada bulan Mei 2021 yang lalu.
Mulyadi dan Sarkiah merupakan pasangan suami istri yang tinggal di RT 01/RW 01, Dusun Timur, Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Bahkan sangat mirisnya, Al Qori Ramadhan sempat divonis dokter tidak berumur panjang, atau didiagnosa berumur sekitar 3-7 hari setelah dilahirkan.
Para awak media pun berkesempatan berkunjung ke kediaman Mulyadi dan Sarkiah untuk melihat secara langsung kondisi Al Qori Ramadhan.
Setibanya awak media di rumah pasutri tersebut, para awak media disambut dengan sangat ramah, dan terlihat Al Qori Ramadhan yang sedang digendong sang ayahnya.
Melihat kondisi dan pertumbuhan Al Qori Ramadhan, sebenarnya dia adalah anak yang sehat, badannya tumbuh dengan sehat, namun hanya ada kelainan di kepalanya.
Mulyadi, ayahanda dari Al Qori Ramadhan bercerita kepada awak media. Dirinya mengatakan semenjak istrinya hamil tidak ada gejala apapun, dan bahkan sang istri rajin pergi ke Posyandu.
"Saat dari istri saya hamil rasanya tidak ada gejala-gejala aneh, dan istri saya malahan sering pergi ke Posyandu untuk periksa kesehatan dan imunisasi, dan bahkan sempat di USG dan hasilnya normal semua," ujarnya, Jumat 22 Juli 2022.
• MTs Negeri 1 Mempawah Gelar Seleksi KSM dan OBA Tingkat Satuan Pendidikan
Mulyadi berkisah, selama kehamilan sang istri, dirinya sempat membawa sang istri untuk USG selama tiga kali.
"Bahkan di usia kandungan memasuki 9 bulan kita lakukan USG lagi, semua masih normal, dokter bilang kondisi kandungan sehat, namun hanya kondisi kepala anak kami yang sedikit mungil," katanya.
Namun betapa terkejutnya Mulyadi melihat saat anaknya dilahirkan tanpa batok kepala.
"Anak kami lahir bulan puasa tahun lalu, sekitar bulan Mei 2021 di Rumah Sakit Rubini Mempawah. Saat dilahirkan perasaan saya bercampur aduk, ada rasa senang, bahagia, dan ada sedih, karena melihat anak pertama kami dilahirkan tanpa batok kepala," ujarnya.
Setalah dilahirkan tanpa batok kepala, pihak keluarga berusaha mencarikan solusi medis yang terbaik untuk Al Qori Ramadhan.
Namun betapa terkejutnya Mulyadi bersama pihak keluarga saat mendengar diagnosa yang dikeluarkan pihak dokter, yang mengatakan kasus anak lahir tanpa batok kepala hanya berusia 3-7 hari saja.
"Saat pertama anak kami lahir tanpa batok kepala, kami langsung berusaha konsultasi untuk mencarikan jalan yang terbaik untuk pengobatan anak kami. Namun dokter mendiagnosa umur anak kami hanya 3-7 hari, namun apabila bisa melewati itu semua sudah menjadi takdir Allah," terangnya.
Tidak puas mendengar jawaban sang dokter, pihak keluarga pun meminta agar Al Qori Ramadhan dirujuk ke Rumah Sakit Soedarso Pontianak.
"Setelah dari RSUD Rubini Mempawah, anak kami langsung dirujuk ke RSUD Soedarso Pontianak, namun disana dokter juga mendiagnosa seperti itu, anak kami hanya bisa bertahan 3-7 hari saja," ujarnya.
"Namun Alhamdulillah sampai 20 hari dirawat dari RSUD Rubini dan Soedarso anak kami masih diberikan keselamatan, dan hingga saat ini berusia 1 tahun 2 bulan, Alhamdulillah Al Qori Ramadhan tumbuh sehat, hanya saja ada kelainan di kepalanya," terang Mulyadi.
Setelah kurang lebih 20 hari mendapat perawatan di Rumah Sakit, pihak keluarga pun sepakat membawa Al Qori Ramadhan pulang dan dirawat di rumah.
"Setalah berembuk bersama keluarga, kami pun sepakat membawa anak kami pulang ke rumah, kemungkinan apabila dirawat dengan penuh kasih sayang orangtuanya anak kami bisa tumbuh dan sehat, dan Alhamdulillah hingga saat ini anak kami masih bersama kami," katanya.
Meskipun Al Qori Ramadhan sudah dibawa pulang ke rumah, untuk perawatan masih terus dilakukan per pekannya.
"Hingga saat ini kami masih rutin untuk memeriksakan kesehatan anak kami, rawat jalan ke RSUD Rubini, jadi seminggu sekali masih ambil obat," katanya.
Mulyadi menceritakan, untuk saat ini anaknya tumbuh layaknya anak orang-orang yang lahir normal, namun terkadang disaat demam suka kejang.
• Pemkab Mempawah Lindungi Pekerja Rentan dan Jasa Konstruksi dengan BP Jamsostek
"Kalau pertumbuhannya mungkin anak kami dalam segi pertumbuhan bisa lebih dari anak normal, namun hanya terkendala di kepala saja. Perawatan dan obat terus diberikan, karena apabila anak kami panas atau demam dia suka kejang-kejang. Jadi saat ini yang kita lakukan menjaga kondisi kesehatannya agar tidak panas dan tidak sakit," terangnya.
Mulyadi kembali bercerita, untuk saat ini tonjolan di kepala anaknya sudah mulai mengecil dibandingkan sejak dilahirkan.
"Sebenarnya tonjolan di kepala anak kami ini akibat tidak ada tempurung kepala, dan bahkan dulu cairan sering keluar dari kepalanya, dan bentuk tonjolannya dulu lebih besar dari ini, dan Alhamdulillah berjalannya waktu tonjolan di kepala atas anak kami semakin mengecil," terangnya.
"Terkait cairan yang sering keluar, Alhamdulillah sekarang sudah tidak lagi, dulu terakhir saat anak kami berusia 7 bulan, cairan itu sering keluar dari kepala anak kami, dan kami terus berusaha menjaga agar kepalanya tidak terkena bakteri dan selalu membersihkannya, bahkan sempat dikasih perban," terangnya.
Hingga saat ini, Mulyadi dan sang istri yakin dengan kuasa Allah, bahwa anaknya bisa tumbuh dan sehat.
"Kita tetap yakin dengan kuasa Allah, kami yakin dengan perawatan penuh kasih sayang dari kedua orangtuanya, anak kami bisa menjalani hidupnya dan bisa tumbuh besar dengan sehat," ucapnya tegar.
Oleh sebab itu, Mulyadi dan sang istri sepakat untuk kedepan belum bisa mengambil keputusan untuk langkah apakah akan dilakukan operasi atau tidak.
Karena mereka juga takut, saat dilakukan operasi akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap anak kesayangannya tersebut.
"Untuk saat ini kami begini saja, tetap merawat Al Qori Ramadhan sepenuh hati. Untuk langkah kedepan kita akan mempertimbangkan mau operasi atau bagaimana, tentunya akan tetap konsultasi dengan pihak medis," katanya.
Terkait bantuan, Mulyadi mengatakan, dirinya sudah berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk pengobatan.
"Kami sudah pernah bertemu dengan pihak Dinas Sosial, kemudian kami juga pernah menanyakan prosedur bantuan kepada teman-teman, dan perangkat Desa. Intinya kami ingin yang terbaik untuk Al Qori Ramadhan," tutupnya. (*)
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News