Khutbah Jumat Tentang Idul Adha : Kepribadian Menjalankan Ibadah Haji dan Kurban
Kurban identika dengan menyembelih hewan qurban pada saat hari raya yang diawali dengan pelaksanaan sholat ied Idul Adha.
Ketiga, kepribadian syakirin (orang-orang bersyukur).
Khutbah Jumat Kedua
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Islam tidak mengenal paksaan dalam beribadah. Sebagai contoh dalam ibadah shalat, jika tidak bisa berdiri maka diperbolehkan dengan cara duduk.
Jika tidak bisa duduk maka diperbolehkan berbaring, dan seterusnya hingga shalat dengan isyarat.
Sama halnya perintah ibadah haji, kewajiban menjalankannya adalah bagi orang Islam yang mampu.
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (٩٧)
“....mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha-Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS Ali Imran[3]: 97).
Pada ayat tersebut terdapat kata اسْتَطَاعَ yang artinya “sanggup/mampu”.
Hal ini menunjukkan betapa beruntungnya orang-orang yang mendapat kesempatan berangkat haji ke Baitullah.
Dia adalah satu diantara sekian juta orang yang bisa menjalankan ibadah haji.
Oleh karenanya patut disyukuri atas nikmat yang telah Allah berikan kepadanya.
Keempat kepribadian sosial akan tertanam dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ibadah kurban pun demikian adanya, untuk bisa mendapatkan binatang kurban membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Begitu juga dengan haji mereka belajar arti pentingnya sahabat, dapat saling menolong, berbagi nasihat, saling mengisi dan sebagainya.