Profil Siapakah Cak Nun alias Mbah Nun Viral Twitter Hari Ini Gara-gara Isi Ceramah di Markas PDIP
Ayahnya adalah petani dan tokoh agama (kyai) yang sangat dihormati masyarakat Desa Menturo, Sumobito, Jombang.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Nama Cak Nun menjadi trending hari ini di Twitter.
Viralnya sosok Cak Nun di Twitter lantara pria usia 68 tahun tersebut mengisi ceramah di Markas PDIP.
Ceramah Cak Nun diundang untuk menyampaikan ceramah pada pengajian yang digelar PDIP di Masjid At Taufiq Lenteng Agung 10 April 2022.
Pada saat itu juga tampak ada Puan Maharani yang merupakan Ketua DPR RI.
• Profil Siapakah Hillary Brigitta Lasut Anggota DPR-RI Putri Bupati Kepulauan Talaud Elly Engelbert
Lantas siapakah sosok Cak Nun tersebut yang berani secara gamblang dan tegas menyampaikan ceramah di Markas Banteng.
Melansir dari wikipedia, Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun atau Mbah Nun lahir di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953.
Saat ini usianya sudah menginjak 68 tahun.
Cak Nun merupakan anak keempat dari 15 bersaudara.
Lahir dari pasangan Muhammad Abdul Latief dan Chalimah.
Ayahnya adalah petani dan tokoh agama (kyai) yang sangat dihormati masyarakat Desa Menturo, Sumobito, Jombang.
Cak Nun adalah seorang tokoh intelektual Muslim Indonesia.
Ia menyampaikan gagasan pemikiran dan kritik-kritiknya dalam berbagai bentuk puisi, esai, cerpen, film, drama, lagu, musik, talkshow televisi, siaran radio, seminar, ceramah, dan tayangan video.
Ia menggunakan beragam media komunikasi dari cetak hingga digital dan sangat produktif dalam berkarya.
• Profil Siapakah Joni Isnaini Ditangkap Polda Kalbar Kasus Korupsi Proyek Jalan Pemprov Setelah Kabur
Selain penulis, ia juga dikenal sebagai seniman, budayawan, penyair, cendekiawan, ilmuwan, sastrawan, aktivis-pekerja sosial, pemikir, dan kyai. Banyak orang mengatakan Cak Nun adalah manusia multi-dimensi.
Menjelang kejatuhan pemerintahan Soeharto, Cak Nun merupakan salah satu tokoh yang diundang ke Istana Merdeka untuk dimintakan nasihatnya, yang kemudian celetukannya diadopsi oleh Soeharto berbunyi "Ora dadi presiden ora pathèken”.