Ramadhan Kareem
Jangan Menjadi Orang Yang Merugi di Bulan Ramadan
Selain itu Ramadan juga sebagai bulan penuh ampunan, yakni dengan memberikan keistimewaan bagi yang berpuasa berupa ampunan atas dosa-dosa.
Penulis: Ramadhan | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kalimantan Barat, Ustadz Susanto, SE, ME, menyeru kepada umat muslim untuk tidak menjadi orang yang merugi di bulan Ramadan.
Ada sebuah riwayat hadits menerangkan “Betapa banyak yang berpuasa namun dia hanya mendapatkan dari puasa tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR Ahmad).
Hadits ini menjadi alarm pengingat bagi umat muslim, bahwa Rasulullah SAW sedari awal telah menyampaikan peringatan adanya orang-orang yang menjumpai bulan Ramadan dan melakukan puasa, namun tidak mendapatkan nilai ibadah atau pahala di sisi Allah SWT, selain lapar dan dahaga.
Padahal sebagaimana janji Allah, seperti diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, berkata Rasulullah SAW bersabda “Semua amalan Bani Adam dilipatgandakan sepuluh kali, sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman kecuali puasa, karena puasa itu ditujukan untukKu (Allah), dan Aku (Allah) sendiri yang akan membalasnya” (HR Muslim).
• Sumarin Asnawi Jelaskan Tentang 7 Amalan Terbaik Selama Ramadhan
Selain itu Ramadan juga sebagai bulan penuh ampunan, yakni dengan memberikan keistimewaan bagi yang berpuasa berupa ampunan atas dosa-dosa yang dilakukan.
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan, karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya di masa lalu akan diampuni” (HR Bukhari).
Termasuk dengan melaksanakan sholat lail (surat taraweh) serta iktikaf untuk menggapai malam lailatul qadar juga akan menghapus dosa-dosa yang telah lalu, atau melalui memperbanyak bersedekah juga dapat menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api.
Itulah balasan yang dijanjikan oleh Allah dibulan suci Ramadan, sebagai bulan yang penuh rahmat, bulan yang penuh ampunan dan bulan yang penuh barokah.
Tetapi sebagaimana diingatkan oleh Rasulullah SAW tersebut tidak semua muslim mampu meraihnya. Bahkan kata Rasulullah banyak yang celaka dan merugi selama bulan Ramadan. Mengapa demikian?
Dalam QS Fatir ayat 32, Allah berfirman “Kemudian Al Qur’an Aku (Allah) wariskan kepada orang-orang yang Aku pilih diantara hamba-hambaKu, lalu diantara mereka ada yang menganiaya dirinya sendiri, ada yang sedang-sedang, dan ada pula yang bersemangat berbuat kebaikan atas izin Allah. Yang demikian itu adalah keutamaan yang besar”.
Dari penjelasan ayat tadi, maka seorang muslim dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni golongan yang aniaya diri sendiri, golongan muqtashid atau pas-pasan dalam amalan (hanya mengerjakan yang wajib saja) dan golongan yang bersemangat dalam menjalankan kebaikan.
Pengertian menganiaya diri sendiri dalam ayat ini bukan menganiaya secara fisik atas dirinya, melainkan menurut Tafsir Ibnu Katsir adalah mereka yang menjalankan petunjuk dan ketentuan Allah dengan melalukan amal kebaikan, namun mereka juga berbuat kemaksiatan dan keburukan.
Pendek kata ibadah ok, maksiat jalan. Atau dengan kata lain mereka melakukan suatu kemaksiatan yang akibatnya akan kembali pada diri sendiri dengan teraniaya di akhirat.
Sementara itu, meraih kesempurnaan ibadah puasa, bukan sekedar menahan lapar dan dahaga di saat terbit fajar, sampai terbenamnya matahari.
Tetapi semua ucapan dan tindakan dusta serta dholim mesti ditinggalkan. Tanpa menjauhi atau meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta dan/atau maksiat, maka puasanya tidak bernilai ibadah di sisi Allah SWT.