Ramadhan Kareem

Bolehkah Main Sosmed saat Puasa? Berikut Ulasan Ustaz Harjadi Hefni

Nafsu menguat jika iman melemah. Ketika iman melemah, maka jari jemari kita berselancar untuk mencari hal-hal yang tidak baik.

Editor: Jamadin
File/Harjani Hefni
Ustaz Dr. H. Harjani Hefni, Lc, MA, Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Pontianak 

Orang yang masuk dalam kategori ini menghabiskan cukup besar waktunya dengan smartphonenya. Dampak lain yang kemungkinan terjadi adalah berpalingnya kecintaan seseorang dari ibadah ke smartphone. Kalau ini terjadi, maka dia akan termasuk orang yang merugi.

Kelemahan kedua adalah ketidakmampuan orangtua untuk mendampingi anak. Kondisi anak yang dunianya adalah game dan belum banyaknya bekal mereka untuk menyaring mana yang baik dan mana yang tidak sangat rentan untuk menjadi korban smartphone. Jika orangtua merasa tidak mampu untuk selalu mendampingi anak, sebaiknya mereka tidak diberi smartphone.

Kita harus mendahulukan tindakan pencegahan kerusakan daripada mendapatkan manfaat. Kaedah hukum kita mengatakan:

Sudah banyak penelitian yang menemukan dampak negative smatphone bagi anak-anak. Karena itu, jangan kita karena alasan sayang memberikan kepada mereka sesuatu yang bisa merusak masa depan mereka.

Kelemahan kita untuk menyaring informasi yang masuk dan menyebarkan kembali informasi yang kita terima.

Manusia secara umum haus terhadap informasi dan gemar menyampaikan informasi yang mereka miliki.

Di era di mana informasi yang masuk begitu cepat dan sangat banyak, kadang-kadang kemampuan kita untuk tabayyun menjadi terbatas apalagi memang kesadaran untuk tabayyun memang tidak ada. Akhirnya tersebarlah berita-berita yang tidak benar di tengah-tengah kita.

Karena maraknya berita hoax ini, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah Melalui Media Sosial.

Keempat, Kelemahan untuk menahan nafsu. Nafsu punya kecenderungan untuk memerintahkan kita melakukan kejahatan.

Nafsu menguat jika iman melemah. Ketika iman melemah, maka jari jemari kita berselancar untuk mencari hal-hal yang tidak baik.

Tidak sedikit rumah tangga hancur gara-gara ber smartphone, anak-anak remaja menjadi bangkit nafsu seks nya lalu mencari mangsa anak-anak gadis yang masih belia.

Kelima, kelemahan mencari alternative. Manusia adalah makhluk yang selalu ingin beraktivitas. Disaat rumah kita sepi dari alternative, maka dia pasti akan mencari kegiatan yang membuatnya tidak bosan.

Di antara yang paling menarik saat ini adalah smartphone. Tetapi kalau suasana rumah saling mencinta, diskusi tentang tema-tema menarik antara orang tua dan anak hidup, atau buku-buku yang bermanfaat tersedia, atau film-film tentang Rasul dan para sahabat tersedia, atau anak-anak memiliki teman-teman yang baik. Jika ini tersedia, maka akan sangat mengurangi waktu mereka untuk ber smarth phone.

Jadi, hukum bermedia sosial mengikuti hukum yang dilakukan dengan saat bermedia sosial. Jika mereka bermedia sosial untuk hal-hal yang positif, maka hukumnya boleh, tapi kalau dipakai untuk yang tidak baik, maka akan mengurangi atau menghilangkan pahala puasa.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved