Warga Rela Antre 3 Jam Beli Migor Subsidi dan Harap Perbanyak Pasar Murah, Agen Heran Stok Langka

Kalau pun harga nya tidak sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah juga tidak apa-apa, yang penting ada

Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Sejumlah warga rela mengantre minyak goreng murah di salah satu agen di Ketapang. 

Hal itu dikatakan Junaidi usai melakukan sidak bersama Satgas Pangan ke sejumlah agen penjual minyak goreng dalam rangka menyelidiki kelangkaan minyak goreng di Kabupaten Ketapang.

"Dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Benua Kayong dan Kecamatan Delta Pawan persedian stok minyak goreng yang ada di distributor dalam kondisi normal. Dengan kata lain, stok minyak goreng dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Ketapang," jelasnya.

Selain stok, Junaidi juga memastikan untuk harga yang dijual oleh distributor atau pun toko masih dalam harga normal. "Sesuai dengan ketentuan kebijakan pemerintah satu harga dengan kisaran Rp 14 ribu," ujarnya.

Untuk itu, kata Junaidi, dirinya mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Ketapang untuk tidak khawatir terhadap kelangkaan sehingga menyebabkan pembelian dengan jumlah yang banyak (panic buying).

"Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang menghimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir dan membeli minyak goreng dalam jumlah besar. Dikarenakan setelah diselidiki, tidak ada kelangkaan terhadap minyak goreng dan minyak goreng dijual dengan harga normal," pungkasnya.

Langka di Sekadau

Minyak goreng langka dan mahal juga dikeluhkan pemilik rumah makan Tiga Sahabat di Sekadau, Anton. Ia mengakui belum pernah mendapatkan minyak goreng subsidi. Dirinya belum pernah mendapatkan minyak goreng subsidi.

Alhasil untuk kebutuhan memasak dan berjualan, ia dan istri menggunakan minyak goreng biasa yang dijual di pasaran dengan harga Rp 23 ribu per liter. Dengan harga yang cukup mahal itupun, dikatakannya minyak goreng masih sulit didapatkan.

"Cape keliling, kadang tidak dapat, ujung-ujungnya baru disimpankan seliter dua liter dari toko langganan. Apalagi saya selama ini kalau minyak tinggal 2 liter di rumah ya saya cari lagi, keliling lagi. Jangan sampai tidak dapat karena mau jualan gimana, kalau tidak ada minyak goreng," ujarnya.

Dalam sehari dirinya memerlukan setidaknya 6 liter minyak goreng untuk memasak. Dengan estimasi harga minyak goreng kemasan 2 liter Rp 47.000 untuk merek biasa.

"Kalau merek Sanco, Bimoli tidak ada lagi di pasar. Hanya merek biasa yang harganya sudah mahal juga. Selama ini saya pakai minyak goreng yang mahal, saya belum pernah dapat minyak goreng subsidi," ucapnya.

Untuk minyak goreng subsidi, diakuinya memang ada di setiap toko. Namun biasanya ketika dikeluarkan oleh pihak toko akan langsung habis dalam waktu satu jam. Hari dan waktu minyak goreng itu dikeluarkan pun tidak menentu dengan masing-masing orang hanya bisa mendapatkan 1 liter.

Sementara itu, dengan harga minyak goreng yang mahal. Anton tetap tidak bisa menaikkan harga jualannya. Ia terpaksa menjual beberapa jenis makanan yang digoreng dengan harga yang sama seperti sebelum harga minyak goreng naik.

Warga Ketapang Masih Sulit Mendapatkan Minyak Goreng, Terpaksa Antre Migor Murah Berjam-jam

Keuntungan pun didapatkan dari jenis-jenis makanan lainnya yang tidak banyak menggunakan minyak goreng. Juga tergantung dengan banyak tidaknya pelanggan yang datang setiap harinya.

"Ya keuntungan tergantung ramai tidaknya pelanggan. Biasa 1 hari dapat 2 juta lebih kotornya. Itulah yang diputar kembali," tandasnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved