Dukung IKN Pindah ke Kalimantan, Ormas Dayak Se Kalimantan Buat 9 Petisi

Ketua Umum Garda Borneo menyampaikan masyarakat Dayak sangat menyambut dengan baik atas perpindahan Ibukota Negara Indonesia ke Pulau Kalimantan.

Penulis: Ferryanto | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/Ferryanto
Pembacaan 9 Petisi dari gabungan organisasi masyarakat Dayak se Kalimantan atas Pemindahan Ibukota Negara Indonesia ke Pulau Kalimantan, tepatnya di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Petisi ini dibacakan di Rumah Betang, Jalan Letjen Sutoyo, Kota Pontianak, Senin 28 Februari 2022. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,PONTIANAK - Setelah melakukan pertemuan dan pembahasan, Organisasi Kemasyarakatan Suku Dayak dan Tokoh Dayak se Kalimantan, mengeluarkan 9 Petisi atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022, tentang Ibu Kota Negara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.

Bertempat di Rumah Betang, Jalan Sutoyo, Pontianak, Kalimantan Barat, 9 Petisi itu ditandatangni oleh puluhan pimpinan organisasi kemasyarakatan Suku Dayak dan Tokoh Dayak dari Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Utara, dan Provinsi Kalimantan Tengah, senin 28 Februari 2022.

Berikut adalah isi dari 9 petisi yang dibuat oleh gabungan ormas Dayak se pulau Kalimantan.

Pertama,“Harus melibatkan masyarakat Dayak dalam pembangunan Ibu Kota Negara sebagai wujud keseriusan Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Dayak, rasa memiliki masyarakat Dayak terhadap Ibu Kota Negara termasuk mengakodomir kearifan lokal Suku Dayak.”

Sambut IKN, Kubu Raya Bersiap Diri Jadi Sumber Penghasil Pangan

Kedua, “Harus melibatkan Suku Dayak di dalam perencanaan, pengengelolaan dan pengawasan Badan Otorita Ibu Kota Negara.”

Ketiga, “Merealisasikan Otonomi Khusus Kebudayaan Dayak sebagai jaminan untuk pencapaian percepatan pembangunan infrastruktur, sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, hukum, politik, di Pulau Kalimantan secara menyeluruh sebagai wilayah penyangga Ibu Kota Negara.”

Keempat, “Memberikan kewenangan kepada Dewan Adat Dayak dalam hal rekomendasi  bagi putera-puteri orang Dayak masuk di sekolah kedinasan, baik sipil, kepolisian maupun Tentara Nasional Indonesia yang harus diakomodir.”

Kelima, “Memberikan ruang bagi masyarakat Dayak, khsususnya generasi muda secara ekonomi, politik dan pemerintahan.”

Keenam, “Merealisasikan pembangunan Rumah Adat Dayak dan Museum Dayak untuk menyimpan benda pusaka maupun simbol-simbol Kebudayaan Dayak di Ibu Kota Negara sebagai identitas Bangsa Indonesia di Pulau Kalimantan dalam kawasan sentral Kebudayaan Dayak.”

Ketujuh, “Mengembalikan dan memberi nama wilayah dan administrasi pemerintahan sesuai dengan ciri khas Dayak, meliputi: nama-nama jalan, pelabuhan, bandar udara, gedung sesuai dengan kesejarahan Dayak, tokoh suci panutan dalam mitos dan legenda suci Dayak, tokoh-tokoh pejuang Dayak dari aspek pembakuan nama rupabumi di Ibu Kota Negara Nusantara, demi mewujudkan identitas Dayak dalam skala nasional, regional dan internasional.”

Kedelapan, “Presiden Republik Indonesia, Lembaga Eksekutif dan Lembaga Legislatif, memberikan jaminan kelangsungan pembangunan Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur dengan produk perundang-undangan turunan.”

Kesembilan, “Organisasi kemasyarakatan Suku Dayak dan Tokoh Dayak se Kalimantan, mendukung tindakan tegas Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia dalam menumpas tindakan radikalisme dan premanisme serta anti Pancasila. 

David Oendoen, Ketua Umum Garda Borneo menyampaikan masyarakat Dayak sangat menyambut dengan baik atas perpindahan Ibukota Negara Indonesia ke Pulau Kalimantan.

"ini merupakan sejarah besar, dimana ini berpindah bukan hanya cuma - cuma, namun melalui mekanisme dan perundang - undangan,dan ini satu anugrah, oleh sebab itu, masyarakat melalui ormas yang ada ingin terlibat dan dilibatkan dalam mengisi perjalanan perpindahan Ibukota, baik dari sosial, budaya, politik, ekonomi, kita secara pribadi, ormas, kelembagaan atapun individu lain - lain harus maju bersama - sama sebagai anak bangsa dalam bingkai NKRI,''ujarnya.

Petisi ini dikatakannya akan disampaikan pula ke Presiden Joko Widodo selaku pimpinan tertinggi nagara, diharapkannya, dengan pergantian presiden kedepan rencana pemindahan Ibukota Negara tetap terlaksana dan tidak mengaburkan keinginan masyarakat Dayak sebagaimana isi dalam petisi tersebut.

Kemudian, Ducun Helduk Umar, Ketua DPP Peyang Sahawung Kalimantan Tengah, yang merupakan koordinator rombongan se Kalimantan menyampaikan bahwa sumber daya manusia dari masyarakat dayak saat ini sudah siap untuk menyambut perpindahan Ibukota Negara Indonesia.

''kualiatas SDM kita sudah mumpuni, dan kami masyarakat Dayak siap mengisi Ibukota Negara dengan segala dan berbagai jabatan yang ada, dan kami siap mengawal proses pembangunan dari Ibukota negara Indonesia di Kalimantan,''ujarnya.

Selanjutnya, Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan Barat, Jakius Sinyor berharap pemindahan Ibukota Negara di Kalimantan tetap dapat terus berkelanjutan walaupun terjadi pergantian kepemimpinan negara.

''oleh sebab itu kami dari akar rumput siap mendukung dan mengawal, dan kami sangat bersyukur bila Ibukota dipindahkan,''katanya.

Pertemuan ini dikatakannya merupakan langkah awal proses pengawalan dari masyarakat terhadap pemindahan Ibukota Negara di Kalimantan.

''ini merupakan titik awal, agar nanti dapat ditindaklanjuti oleh saudara - saudara kita tokoh masyarakat yang ada di legislatif dan eksekutif, dan nanti akan disampaikan juga ke Presiden Majelis Adat Dayak Nasional sebagai organisasi Dayak tertinggi, yang kemudian akan disampaikan ke Pemerintah, dan itulah dukungan masyarakat Dayak terhadap IKN,''terangnya. (*)

[Update Informasi Seputar Kota Pontianak]

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved