Doa Katolik

Santo Yoseph dari Leonissa Orang Kudus Katolik 4 Februari

St. Yohanes dari Leonissa (San Guiseppe da Leonessa) terlahir dengan nama Eufranio Desiderio dalam sebuah keluarga Kristen yang saleh pada tahun 1556,

info katolik
Santo Yoseph dari Leonissa Orang Kudus Katolik 4 Februari. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Santo Yoseph dari Leonissa merupakan satu di antara Orang Kudus Katolik pada 4 Februari.

St. Yohanes dari Leonissa (San Guiseppe da Leonessa) terlahir dengan nama Eufranio Desiderio dalam sebuah keluarga Kristen yang saleh pada tahun 1556, di Leonissa, wilayah Abruzzi di kerajaan Napoli Italia.

Ayahnya bernama Yohanes Desiderio dan ibunya adalah Francesca Paulina.

Berkat bimbingan kedua orang tuanya yang penuh iman, Eufranio yang masih kecil itu telah melakukan kesalehan yang sedemikian besar, sehingga pada umurnya yang masih sangat muda itu dia menjauhkan diri dari hari-hari pesta tertentu dan dengan senang hati melakukan ulah-ulah kesalehan.

Kemudian, sewaktu melanjutkan studinya di Viterbo, dia sedemikian menarik perhatian dan kekaguman banyak orang karena kerajinan dan ketekunannya serta kehidupannya yang penuh dengan kebajikan, sehingga seorang bangsawan di kota itu menawarkan anak gadisnya untuk dinikahinya, disertai dengan sejumlah mas kawin yang berlimpah-limpah.

Tetapi Eufranio telah mengambil suatu pilihan yang lebih mulia.

Dia meninggalkan sekolah dan masuk Ordo Fransiskan di antara para Kapusin di Leonissa, pada tahun 1573 dan dia mengambil nama: Yoseph.

Santo Yohanes de Britto Orang Kudus Katolik 4 Februari

Di sini dia menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam hal-hal yang paling tidak disukai oleh orang-orang muda: mati-raga dan penitensi.

Sebagai seorang biarawan Kapusin, Yoseph menjalani hidup matiraga dengan sangat keras, sehingga saudara-saudara dalam biaranya menjulukinya sebagai "Brother Ass"; karena walaupun baru berusia muda, namun ia dapat menjalankan pantangan yang besar seperti biarawan-biarawan yang sudah berumur.

Yoseph serangkali mengatakan ke tubuhnya, "tidak ada kebutuhan untuk memperlakukan engkau seperti seekor kuda kerajaan.

Engkau harus puas menjadi keledai yang buruk."

Biliknya di biara hanyalah sebuah sel (kamar) yang sederhana sekali, sedemikian kecil dan sempit sehingga hampir-hampir dia tidak dapat berdiri, duduk atau berbaring di situ.

Tempat tidurnya hanyalah lantai tanah dengan sebongkah kayu sebagai bantalnya.

Dia lebih memilih makan makanan yang orang lain tidak dapat atau tidak mau memakannya, seperti kacang-kacangan yang basi dan roti yang sudah berjamur.

Kendati kesibukan dan jerih payah tugas berkhotbahnya, dia tetap sedemikian menjalani ulah tapa dan mati-raganya, bahkan sesudah tugas berkhotbah itu dipercayakan padanya.

Dengan karya-karya ulah tapa dan penitensi, dia berusaha untuk merebut kambali untuk Tuhan, jiwa-jiwa yang tidak dapat digerakkan oleh kata-katanya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved