Perpanjang Kerjasama dengan Seameo Recfon dan Poltekkes Pontianak untuk Turunkan Stunting di Sambas
Mulai 2022 sampai 2024 nanti, Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas menargetkan pembentukan pelopor stunting di seluruh sekolah akan tuntas
Penulis: Imam Maksum | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Sambas, Southeast Asian Ministers of Education Organozation-Regional Center for Food and Nutrition (Seameo Recfon) dan Poltekkes Kemenkes Pontianak berlanjut.
Kerjasama itu ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerjasama dalam rangka penguatan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif guna menanggulangi stunting di tahun 2022 di Aula Utama Kantor Bupati Sambas, Kalimantan Barat, Rabu 12 Januari 2022.
Seameo Recfon merupakan pusat kajian pendidikan pangan dan gizi yang sebelumnya dikenal dengan nama Seameo Tropmed Regional Center for Community Nutrition (RCCN).
Seameo Recfon berfokus pada empat bidang area utama yang menjadi program dan kegiatannya, yaitu Capacity Building atau Seminar dan Workshop, Pengembangan Masyarakat, Penelitian dan Konsultansi, serta Program Pelatihan Bergelar.
• Diskumindag Sambas Masih Tunggu Petunjuk Kebijakan Minyak Goreng Subsidi
Sekretaris Daerah Kabupaten Sambas, Ferry Madagaskar mengatakan, ada dua langkah dalam menyelesaikan masalah stunting di Kabupaten Sambas, pertama adalah pencegahan, kedua penanganan.
Dua aspek tersebut menurut dia harus dilakukan dalam waktu bersamaan.
“Pencegahan dan penanganan harus dilakukan bersamaan, karena masalah stunting ini bukan hanya semata-mata faktor gizi saja, tapi banyak faktor lain yang mengikuti diantaranya kemiskinan.
Ferry Madagaskar mengungkapkan faktor kemiskinan itulah yang menjadi penyebab utama. Kedua, sanitasi kurang baik, ketiga air bersih, dan keempat pengetahuan ibu.
“Jadi semuanya berpengaruh pada resiko stunting,” katanya.
Ferry Madagaskar mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sambas melanjutkan kerjasama dengan Seameo Recfon dan Poltekkes Kemenkes Pontianak karena terbukti punya hasil yang signifikan dalam penurunan angka stunting di Sambas.
“Penurunan angka itu juga tidak lepas dari peran serta stakeholder lain seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan,” ujarnya.
Ferry Madagaskar menjelaskan selama lima tahun ini, angka stunting di Kabupaten Sambas sudah turun dari 38 persen menjadi 32 persen.
“Walaupun masih belum bisa mencapai target nasional yakni 14 persen tapi kita bersyukur, adanya program kerjasama seperti ini turut membantu pemertintah dalam pencegahan dan penanganan stunting,” katanya.
Ferry Madagaskar mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sambas akan terus membentuk pelopor-pelopor stunting di setiap sekolah melalui peran guru Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah.
“Mulai 2022 sampai 2024 nanti, Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas menargetkan pembentukan pelopor stunting di seluruh sekolah akan tuntas,” ujarnya.
Penandatanganan perjanjian kerjasama itu dihadiri langsung oleh Direktur Seameo Recfon, Muchtaruddin Mansyur dan Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak, Didik Haryadi, Kepala OPD terkait dan para Kepala Sekolah di Kabupaten Sambas. (*)
(Simak berita terbaru dari Sambas)