Ratusan Babi Mati Mendadak Terjadi di 10 Kecamatan di Kapuas Hulu, Warga Tidak Melapor

Sedangkan dari data yang ada hingga 25 Oktober 2021 sudah ada 600 ekor babi yang mati. "Sebenarnya banyak babi yang mati, namun masyarakat banyak tid

Penulis: Sahirul Hakim | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
pig-world.co.uk
Ilustrasi hewan babi. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAPUAS HULU - Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Kapuas Hulu, ada sekitar ratusan ekor babi di 10 kecamatan wilayah Kapuas Hulu, tiba-tiba mati mendadak akibat penyakit African Swine Fever (Demam Babi Afrika).

Kabid Peternakan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kapuas Hulu, Marytiningsih menyatakan bahwa, kasus kematian babi secara mendadak tersebar di 10 kecamatan wilayah Kabupaten Kapuas Hulu.

"10 kecamatan yaitu Putussibau Utara, Putussibau Selatan, Bika, Seberuang, Embaloh Hulu, Silat Hilir, Batang Lupar, Embaloh Hilir, Kalis dan Mentebah," ujarnya kepada wartawan, Jumat 3 Desember 2021.

Sedangkan dari data yang ada hingga 25 Oktober 2021 sudah ada 600 ekor babi yang mati.

"Sebenarnya banyak babi yang mati, namun masyarakat banyak tidak melapor," ucapnya.

Sejak Agustus Babi Milik Warga Kapuas Hulu Terpapar Virus ASF

Marytiningsih menjelaskan, sebenarnya kasus kematian babi terjadi di bulan Agustus 2021, namun tidak pernah dilaporkan, sehingga pada tanggal 8 September 2021 baru ada laporan kematian babi secara mendadak di Kecamatan Putussibau Utara.

"Kita cek di laboratorium hasilnya positif karena virus African Swine Fever," ujarnya.

Dijelaskannya, penyakit demam babi Afrika tidak ada obat maupun vaksinnya, sehingga yang bisa dilakukan masyarakat adalah melakukan pencegahan melalui penyemprotan disinfektan pada kandang-kandang secara rutin serta langsung mengisolasi ternak yang mulai sakit agar tidak menularkan kepada ternak yang masih sehat.

"Tidak ada vaksin, jadi cara supaya ternak babi tidak terkena virus ini segera lakukan pembersihan kandang dengan disinfektan dan jangan biarkan orang sembarangan memasuki kandang ternak karena berpotensi menularkan," ucapnya.

Marytiningsih juga memastikan bahwa, virus demam babi Afrika tersebut tidak menular ke manusia hanya menular sesama hewan ternak hususnya babi.

"Penularan virus ini secara kontak langsung dan tidak langsung, dan bisa bertahan lama jika berada di kotoran," ujarnya.

Dalam hal tersebut, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kapuas Hulu telah mengambil langkah mulai dari melakukan investigasi, dan mengambil sampel darah dan tulang belakang kemudia ditambah jeroan, hati, jantung, sampel air dikirim ke balai Veteriner Banjar Baru Kalsel.

"Kita juga melakukan edukasi kepada masyarakat langsung terhadap penangan virus ASF ini, dan sudah menyurati para penyuluh untuk waspada virus ASF, dan Kades serta camat," ucapnya.

Kemudian Bupati juga sudah mengeluarkan SE Nomor 524.31/2460/Distan/2021 tentang pengendalian terhadap penyebaran penyakit menular pada babi.

"Kami mengimbau kepada masyarakat jika menemukan babi yang mati jangan dibuang ke sungai, tapi dikubur kedalaman minimal 60 centimeter," ungkapnya. (*)

(Simak berita terbaru dari Kapuas Hulu)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved